Tema: Cinta Diam-Diam
Judul: Selip rasa dalam hati
Author: Fanni Salma
Untuk sebuah syarat mutlak hatiku
benar-benar tertaut padamu. Hanya saja, getar ini tak selalu mudah ku artikan.
Ah, tentu. Memandang kebahagiaanmu saja sudah sangat menyenangkan, entah dari
jarak dekat ataupun jauh. Pasalnya, satu kata berwujud ‘Hai’ telah mampu membuat semuanya terasa melayang lantas
menjatuhkan secara pelan-pelan. Andai saja aku tau dari awal, satu kata itu
mampu merenggutku karena kehilangan. Tepat! Setiap pertemuan selalu ada
perpisahan. Sama seperti ketika aku mengenal sosokmu, seakan kamu akan selalu
ada di hari-hariku, tak peduli sampai kapan sang waktu melukiskan kisah itu
untukku. Kisah yang selalu aku nikmati diam-diam di belakangmu. Sekali lagi,
perpisahan itu ada. Ah.. memang tak ada ucapan ‘selamat tinggal’ antara kita,
bukan jarak yang membuat kita terpisah, hanya kedekatan kita yang terasa ‘berbeda’.
Itulah definisi perpisahan yang sebenarnya.
Ingatkah? Ketika aku dan kamu
saling tertawa lepas, entah menertawakan apa saja, saling mencibir, saling
peduli, saling tersenyum bahkan saling terluka. Aku merekamnya. Siluet-siluet
masa indah itu masih terekam jelas di otakku, pada kenyataannya kamu masih
mendominasi disini, di hidupku. Tahukah? Sejak perasaan nyaman itu tiba, aku
baru sadar bahwa perasaan cinta itu ada. Menghiasi setiap sudut sepiku. Sayangnya
kamu tak pernah menyadarinya. Ya, semua kisah-kisah yang sudah lewat hanya
sekedar ‘masa lalu’ yang tak
sedikitpun mengecohmu. Padahal, jauh di dalam harapanku, semuanya masih tetap istimewa.
Sampai sekarang, rasa itu masih
sama. Jelas dengan keadaan yang berbeda. Pemandanganmu dari jauh sudah cukup
membuat kupu-kupu menggelitiki perutku. Tak sampai hati mengingatmu, selalu aku
berharap Tuhan memutar kembali kisah kita sekali saja, supaya aku tak perlu
merasa kehilangan sosokmu yang dulu. Aku sadar, perubahan itu ada. Dimana metamorfosa
terkadang membuat jengah. Ah maaf, aku tak sedang membicarakan perubahan. Kamu masih
sosok yang sama, hanya keadaan yang berbeda. Haha. Miris, cukup miris. Aku
merindukanmu. Selalu merindukanmu disetiap helaan nafasku. Sampai sekarang pun,
aku merindukanmu. Tentu dalam diamku.
Tahukah? Tatkala aku –berusaha menjaga
jarak antara kita, itu sangat sulit. Bisa saja aku memerintahkan otakku untuk
tak menegurmu atau bahkan berpura-pura tak mengenalmu. Sayangnya aku gagal,
semua tersabotase olehmu. Pertahananku selalu rapuh hanya karena sentuhan
kecilmu. Yang aku tau, ini bukan sekedar selipan rasa dalam hati. Mencintaimu diam-diam
bukan hanya sekedar angin lalu. Sayangnya kamu tak pernah tau, namun aku selalu
menikmatinya.
***
0 komentar:
Posting Komentar