"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Rabu, 12 Juni 2013

Selip Rasa Dalam Hati



Tema: Cinta Diam-Diam
Judul: Selip rasa dalam hati
Author: Fanni Salma

Untuk sebuah syarat mutlak hatiku benar-benar tertaut padamu. Hanya saja, getar ini tak selalu mudah ku artikan. Ah, tentu. Memandang kebahagiaanmu saja sudah sangat menyenangkan, entah dari jarak dekat ataupun jauh. Pasalnya, satu kata berwujud ‘Hai’ telah mampu membuat semuanya terasa melayang lantas menjatuhkan secara pelan-pelan. Andai saja aku tau dari awal, satu kata itu mampu merenggutku karena kehilangan. Tepat! Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Sama seperti ketika aku mengenal sosokmu, seakan kamu akan selalu ada di hari-hariku, tak peduli sampai kapan sang waktu melukiskan kisah itu untukku. Kisah yang selalu aku nikmati diam-diam di belakangmu. Sekali lagi, perpisahan itu ada. Ah.. memang tak ada ucapan ‘selamat tinggal’ antara kita, bukan jarak yang membuat kita terpisah, hanya kedekatan kita yang terasa ‘berbeda’. Itulah definisi perpisahan yang sebenarnya.
Ingatkah? Ketika aku dan kamu saling tertawa lepas, entah menertawakan apa saja, saling mencibir, saling peduli, saling tersenyum bahkan saling terluka. Aku merekamnya. Siluet-siluet masa indah itu masih terekam jelas di otakku, pada kenyataannya kamu masih mendominasi disini, di hidupku. Tahukah? Sejak perasaan nyaman itu tiba, aku baru sadar bahwa perasaan cinta itu ada. Menghiasi setiap sudut sepiku. Sayangnya kamu tak pernah menyadarinya. Ya, semua kisah-kisah yang sudah lewat hanya sekedar ‘masa lalu’ yang tak sedikitpun mengecohmu. Padahal, jauh di dalam harapanku, semuanya masih tetap istimewa.
Sampai sekarang, rasa itu masih sama. Jelas dengan keadaan yang berbeda. Pemandanganmu dari jauh sudah cukup membuat kupu-kupu menggelitiki perutku. Tak sampai hati mengingatmu, selalu aku berharap Tuhan memutar kembali kisah kita sekali saja, supaya aku tak perlu merasa kehilangan sosokmu yang dulu. Aku sadar, perubahan itu ada. Dimana metamorfosa terkadang membuat jengah. Ah maaf, aku tak sedang membicarakan perubahan. Kamu masih sosok yang sama, hanya keadaan yang berbeda. Haha. Miris, cukup miris. Aku merindukanmu. Selalu merindukanmu disetiap helaan nafasku. Sampai sekarang pun, aku merindukanmu. Tentu dalam diamku.
Tahukah? Tatkala aku –berusaha menjaga jarak antara kita, itu sangat sulit. Bisa saja aku memerintahkan otakku untuk tak menegurmu atau bahkan berpura-pura tak mengenalmu. Sayangnya aku gagal, semua tersabotase olehmu. Pertahananku selalu rapuh hanya karena sentuhan kecilmu. Yang aku tau, ini bukan sekedar selipan rasa dalam hati. Mencintaimu diam-diam bukan hanya sekedar angin lalu. Sayangnya kamu tak pernah tau, namun aku selalu menikmatinya.

***

0 komentar:

Posting Komentar