"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Selasa, 17 November 2015

Review “Heart Beat Movie: Sahabat adalah saudara yang terpilih”



Film yang dibintangi empat cewek cantik yang tak lain adalah “Blink” ini berhasil menghipnotis gue sejak pertama kali tahu kabar mereka ada project film. Melihat bagaimana beberapa sinetron & ftv mau gak mau sempet bikin gue “sebagai fans Ify” pesimis. Pasalnya, tahu sendiri porsi Ify dan Sivia selama ini hanya sebagai “pajangan” yang munculnya seolah-olah karena formalitas atau bisa dibilang karena mereka member Blink. Apalagi mengingat dua sinetron terakhir mereka yang ‘katanya’ untuk promo lagu justru kebanyakan memakai lagu orang, gue agak takut kalau di film ini juga akan dicampuri dengan lagu-lagu orang. Hmmm. Ya, ini keraguan awal karena semakin hari rasa penasaran gue semakin bertambah dengan munculnya spoiler-spoiler.
Tanggal 14 November akhirnya gue melancarkan kenekatan untuk nonton Heart Beat di kota seberang. Fyi, kebetulan sekali ponsel gue rusak dan perjuangan banget minjem-minjem ponsel temen. Sempet ngabarin ke Mama kalau pulang sabtu, tapi nggak bilang alasannya apa soalnya kalau bilang udah jelas akan dilarang keras. Jam 3 sore gue dijemput temen dan akhirnya nginep. Rencana yang harusnya nonton hari jum’at ditunda karena kesorean sedangkan temen ada latihan orchestra. Jam 6 sore ditinggal sendirian di kost temen sampai jam 9 malam lagi. Yak! Ini namanya perjuangan.
Paginya, jam 9 gue udah OTW nonton padahal filmnya mulai jam 12.15 WIB akhirnya muter-muter dulu. Jam setengah 11 kita ngantri tiket. Huh! Deg-degan sekali. Kita keluar sebentar untuk foto-foto & gue nyempetin bawa kertas tulisannya “ALUNA-BIRU HARGA MATI!!!” sampai yang lewat pada curi-curi baca karna penasaran (bisa jadi juga karna heran sama anak kepedean bawa-bawa kertas demo). Jam 12.05 WIB mulai masuk ke teater 4. Nggak sabar. Sayang, yang nonton sedikit, mungkin udah pada nonton di hari sebelumnya (berusaha positive thinking).
Film dimulai... deg... Aluna-Biru! Udah janji sama diri sendiri supaya nggak ngantuk jadi selama sekiar 95 menit melototin film takut kelewat meskipun sedetik. Halah. Dari awal nggak diceritain Aluna-Biru ini pacaran, jadi mungkin kalau nggak baca sinopsis baru paham kalau Aluna-Biru pacaran waktu scene Keira bilang “Cieee kalian pacaran ya”.
Alur demi alur gue menikmati meskipun banyak keganjalan dan ekspetasi yang harus dilupakan hm. Kelebihan film ini tentunya film ini beda dari film-film girlband/boyband lain yang rata-rata menceritakan perjalanan karir mereka, sedangkan di sini Blink menceritakan sosok-sosok lain namun tidak terlepas dari ‘musik’. Ya, rasanya Blink itu khas sekali dengan musik yang berkualitas. Selama film berlangsung juga penonton dibuat enjoy dengan soundtrack-soudtracknya apalagi lagu ciptaan Ify yang berjudul ‘Kembalilah’ sangat sangat berhasil bikin gue—khususnya—baper. Karakter-karakter yang diperankan Blink ini juga sudah pas dengan karakter asli mereka yang nggak beda jauh. Kalau awalnya gue jatuh hati sama karakter Aluna sebelum film ini tayang, akhirnya malah gue jatuh hati sama karakter Lexa di film Heart Beat dan geregetan sama tokoh Aluna. Entah gimana bisa akting Sivia jauh sekali dari sinetron-sinetron Blink, yang biasanya dialog apapun digayain marah-marah tiba-tiba bisa sedrastis ini peningkatannya. Untuk Ify dalam memerankan tokoh Aluna memang paling ‘dapet’ waktu Aluna nangis sesenggukan di depan Biru, Ify yang biasanya kalau akting cuma mangap kaget dibuat-buat bisa nangis sesenggukan. Huh good job Ify-Via! Mungkin ini bisa jadi pertimbangan kalau mau bikin sinetron Blink terus mau ganti peran utama sekali-kali hehe ._. lalu Lido-Lexa ini perlu gue acungin jempol, mereka aktingnya bikin baper kayak pacaran beneran.
Untuk kelemahannya hm sejujurnya gue sangat kecewa dengan karakter Aluna yang kurang digali. Aluna ini kan anak yang kesepian dan sedingin benua antartika tapi entah kenapa kesan dingin ini cuma ‘dapet’ di awal setiap Aluna nyuekin Biru selebihnya gue sebagai penonton nggak merasakan dinginnya Aluna. Lalu, gue agak aneh sama Aluna yang bisa sedingin itu sama Biru tapi mau diajak gabung ke grup bikinan Keira yang baru dikenalnya. Ya, itu aneh sekali di mata gue bahkan gue berharap Aluna cuma ngelirik Keira terus keluar dari ruang musik. Kemudian di bagian yang gue tunggu-tunggu, waktu Aluna-Agatha & Lexa-Keira pada berantem gue pikir akan menegangkan & bikin kebawa suasana tapi ternyata...... yah kecewa lagi. Terlalu cepat sampai gue bahkan nggak sempet nangkep kalimat-kalimat yang dilontarkan mereka. Cuma sempet denger Aluna bilang “Lo pura-pura nggak tahu kan Biru itu pacar gue” & Lexa bilang “Lo suka kan sama Lido?” selebihnya cuma denger Keira-Agatha sibuk ngelak pakai kalimat “Apa sih...” dan si Agatha udah tepar aja dan kemudian entah gimana Keira udah di dalam ruangan rumah sakit dimana ada adiknya. Seperti yang gue katakan, terlalu cepat. Bagian Aluna-Biru yang peluk-pelukan gue kurang paham itu sebenernya mereka putus atau enggak. Untuk ending, gue bingung sekali malah. Gue pikir Agatha meninggal. Respon gue waktu endingnya itu melongo sambil nggak sadar bilang “Hah?” dan sempet kepikiran Biru & Lido “Gak seru ah masa akhirnya nggak sama siapa-siapa” karena sejujurnya gue ngarep Biru-Aluna balikan & Lido-Lexa jadian. Dua couple ini menurut gue yang jadi magnet film Heart Beat.
Ya, selebihnya gue appreciated banget sama ini film. Bener-bener layak tonton karena nggak ada adegan kissing atau banting-bantingan. Menurut gue nilai 8/10 cocok untuk Heart Beat. Dari rumah gue udah merencanakan nangis waktu Aluna dipeluk Biru eh malah akhirnya gue nangis pas Lexa naik ke stage dan terharu sekali sama kalimat-kalimat yang dilontarkan Keira, Agatha & Aluna. Oh iya, kayaknya ada beberapa adegan yang dicut ya? Nggak ada bagian pada pegangan tangan waktu Agatha terbaring entah dimana, waktu Aluna-Biru suap-suapan, waktu Blink duduk di lantai & Blink ngobrol ketawa-ketawa di tangga kampus.
Ini beberapa dialog yang gue suka (mungkin butuh revisi karena gue cuma ngandelin keterbatasan ingatan):
Aluna: Emang kita duet ya di kelas ini?
Biru: Emang hati kita berduet ya? Kayaknya hati kita solois banget.
--
Aluna: Biru, mau kemana?
Biru: Kamu yang kemana. Aku kan selalu ada di depan kamu.
--
Aluna: Aku cuma nanya kamu kemana. Dari kemarin aku nelfon kamu, kamu nggak angkat-angkat. Kalau bukan kamu yang nemenin aku, siapa lagi?
--
Lexa: Lo yang... selalu ada buat gue.
Lido: Cuma jadi yang selalu ada aja nih? Nggak bisa lebih?
--
Lexa: Kenapa gue jahat banget sama sahabat-sahabat gue? Kenapa lo nggak pernah ingetin gue, Do? Kenapa?
--
Keira: Keluar aja lo semua keluar! Gue bisa kok cari yang lebih bagus dari kalian!
--
Sebenernya ada beberapa dialog lagi, sayangnya gue lupa. Hehe. Yuk yang belum nonton Heart Beat buruan nonton.