Tittle: Camera in Love
Author: Fanny Salma
Cowok Sok Cool! Penyamun!
Gadis blasteran dengan celana
pendek bergambar dragon ball itu baru bangun dari hibernasinya. Gimana nggak
disebut hibernasi? Karena kemarin hari minggu, kerjaan dia cuma tidur dan
bangun kalo laper doang. Cewek itu menguap dengan lebarnya lalu dengan
males-malesan melirik jam, udah jam 06.00 dan itu terasa singkat di tidur
panjangnya cewek ini. Males-malesan lagi si cewek ini bangun dan langsung ke
kamar mandi, dengan polosnya ia masuk gitu aja tanpa membuka pintu. Alhasil? Kejedot
tuh hidung mancungnya.
“Rese! Yang naroh pintu disini
siapa sih ah!”dumel cewek itu setengah sadar. Tiba-tiba ada suara orang
terkikik lebar.
“Dari kita tinggal di sini
juga tu pintu udah di sana kali tung! Makanya jangan ngebo mulu, haha.” Si cewek
itu langsung melempar handuknya tepat ke muka si pemilik suara.
“WEESSS NYANTEE TUNG!” cewek
itu memonyongkan bibirnya.
“RAFLIIIIII!!!!!! KELUAAAAARRR!!!”
suara menggelegar si cewek langsung membuat si perusak suasana ciut hingga
memilih kabur.
“AAAAAA ADA IFY SI MONSTER
TUNG TUUUNG!!” si perusak suasana pagi yang disebut Rafli itu berlari sambil
berteriak. Cewek yang namanya disebut-sebut sebagai monster tung tung langsung
menyambar handuknya dan melanjutkan misi.
Beberapa menit kemudian pintu
kamar yang bertuliskan ‘Ify Queena Cantik’ sudah tertutup rapat. Si pemilik
kamar tersenyum puas setelah menutup
pintu kamarnya. Dengan langkah lebar, gadis yang sekarang memakai seragam
bermotif batik dengan warna lembayung menuju ruang makan.
Di ruang makan sudah ada
manusia kecil yang tadi pagi membuat kekacauan. Siapa lagi kalau bukan Rafli?
Cowok manis berkulit sawo matang seperti papanya itu menyambut Ify dengan
cengiran lebar. Ify hanya mencibir lalu mengalungkan SLR di lehernya lantas
menghabiskan sarapan tanpa banyak bersuara. Sayang banget hari ini mereka
sarapan roti karena Ify kesiangan.
“Gue nebeng ya tung, hehe.”
Rafli menunjukkan deretan gigi putihnya sambil menatap Ify penuh harap. Tetapi
gadis itu malah pura-pura berfikir.
“Duh kayaknya gue mau bersihin
SLR deh,”gumam Ify.
“Ntar gue bersihin SLR lo
sekinclong mungkin deh! Gimana?”sahut Rafli. Sebenernya Rafli tau si Ify lagi
banyak modus, sekalian ngambil untung. Tapi gimana ya? Rafli kan baru masuk SMP
beberapa bulan lalu jadi belum dibeliin motor, uang jajan juga lumayan buat
nge-time zone.
“Sipp! Ayo!” Rafli tersenyum
lebar.
“Yes, timezone!!”seru Rafli
dengan senyum lebarnya. Meskipun harus berkorban bersihin SLR Ify.
***
Ify berjalan dikoridor. Ia
melepaskan kalungan SLRnya lalu mengotak-atiknya. Sampai ketika ia melihat
koridor jadi ramai, entah apa tapi Ify nggak tau dan nggak mau tau. Cewek itu
berusaha melindungi camera SLRnya seperti melindungi pacarnya saat kerumunan
itu semakin ramai saja. Jangan sampai jatuh! Begitu rapalnya dalam hati. Naas,
dari depan tanpa diduga ada yang berlari dan menabraknya hingga camera Ify
terpelanting cukup jauh.
Mata Ify hampir mengeluarkan
air mata, begitu paniknya melihat keadaan camera SLRnya yang mengenaskan. Ify segera
memungutnya dan mencari sosok yang telah menyebabkan cameranya rusak. Di
depannya sudah ada cowok yang menggaruk tengkuknya dengan wajah sok polos. Ify
geram.
“Tanggung jawab lo!”cerca Ify
langsung menunjuk ke wajah cowok itu.
“Lah, kok gue? Kan salah lo
juga berdiri di sini,”jawab si cowok yang ternyata menyebalkan di kesan pertama
Ify.
“Enak aja lo ngeles. Gue dari
tadi juga udah di sini tapi lo dateng pake lari dan nubruk gue. Makanya punya
mata tuh dipake yang bener! Lo pikir camera gue harganya murah? Hah!!”bentak
Ify. Si cowok itu mengernyit, dia juga tau kali kalo SLR harganya mahal.
“Halah, lo kalo mau caper
nggak gini juga kali.” Jawaban cowok di depan Ify ini nggak seperti yang Ify
harapkan. Apaan? Baru ketemu kan?
“Lo kalo ngomong dijaga ya!
Atas dasar apa lo bilang gue caper? Kita aja baru ketemu. Dasar gila!!” gantian
cowok di depannya yang linglung. Tadi cewek ini bilang apa? Baru ketemu?
“Gue nggak mau tau, lo benerin
camera gue!!”lanjut Ify begitu tak ada respon dari cowok di depannya. Cowok itu
langsung tersadar.
“Berapa sih harga camera lo?
Gue beliin yang baru deh,”ujar cowok itu tanpa dosa. Ify geram sekali lagi. Ini
cowok bener-bener .... !
“Gue bilang BE-NE-RIN! Bukan
ganti. Gue bisa beli yang baru kalo gue mau. Tapi di dalem camera ini ada
banyak yang gak bisa lo bahkan gue sendiri membelinya. Sekarang gue bebasin lo
supaya lo mikir caranya ngehargain orang pake sikap bukan uang. Ngerti?!” Ify
segera pergi dari hadapan cowok ngeselin itu.
“Gue salah ya?”gumam cowok
itu. Koridor yang tadinya ramai sekarang sudah kembali seperti biasa. Takut
ketauan si cowok kalo dari tadi mereka sibuk nontonin perang idolanya sama si
cewek camera tadi.
***
Acha yang melihat sahabatnya
monyong-monyong waktu masuk kelas langsung tau dia kenapa. Kalo udah monyong begitu
pasti ada yang rese. Malah lebih parahnya lagi si Ify monyong-monyong sambil
natap cameranya. Apa dia putus sama pacar eh cameranya? Acha jadi mikir yang
enggak-enggak. Gimana kalo ternyata Ify emang prustasi gara-gara putus sama
camera? Ah nggak mungkin. Kalo udah putus, masak masih dibawa-bawa aja sama
Ify? Dielus-elus begitu lagi.
“Lo kenape sih tung?” Ify
langsung menceritakan kronologis kejadian tadi pagi yang membuat pacar
tercintanya si camera cidera. Acha cuma manggut-manggut berusaha ngerti. Ah
tapi Acha kesel juga! Kan selama ini yang ngefotoin Acha ya si Ify pake SLRnya.
Ntar foto dia nggak jadi daftar populer lagi donk di instagram? Ify kan
photographer hebat!
“Kurang ajar banget sih. Emang
siapa yang si cowok nyebelin itu?”tanya Acha menggebu-gebu. Ify hanya
mengedikkan bahunya.
“Kalo gue liat ntar gue kasih
tau.” Acha hanya mengangguk pasrah.
Lima menit kemudian bel masuk
berbunyi. Ify dan Acha sudah menyiapkan buku mereka di atas meja, termasuk
rutinitas mereka dari dulu. Yang ngajarin itu Mamanya Acha. Katanya biar
terbiasa melakukan sesuatu secara disiplin. Sayangnya mereka nggak pernah
merasa jadi anak disiplin sih.
Tiba-tiba bu Erita datang
bersama anak cowok yang sangat seksi. Mata Ify terbelalak ketika melihat
wajahnya. Ify langsung menyenggol siku Acha, membuat gadis itu menoleh ke arah
Ify.
“Itu yang gue maksud. Cowok
ngeselin tadi pagi,”bisik Ify.
“Hah?” Cuma itu yang keluar
dari bibir Acha. Ify jadi kesal sendiri.
“Tanggepannya jangan gitu donk
chul!”dengus Ify.
“Lo nggak tau siapa dia
tung?”tanya Acha. Ify menggeleng, ia jadi ingat cowok itu tadi sempet keliatan
bingung waktu Ify bilang ‘baru aja ketemu’.
“Dia Rio, tung. Si Mario Jaden
Stev anak kelas sebelah yang populer itu. Most wanted, terkenal cool. Pokoknya
idaman anak cewek banget. Lo kemana aja sih? Makanya jangan pacaran sama benda
mati mulu!” Ify hanya bisa menatap Acha tak percaya. Cowok ngeselin kayak dia
most wanted?
“Terus ngapain di sini?”tanya
ify. Acha hanya menggeleng tanda tak mengerti.
“Selamat pagi anak-anak.
Perkenalkan ya ini Mario, anak kelas sebelah yang sekarang jadi temen sekelas
kalian. Ini kesalahan dari TU yang salah mengetik, harusnya dia di kelas ini
tetapi malah ditulis di kelas sebelah,”jelas bu Erita yang bikin Ify makin
gedek. Bakal satu kelas selama setahun sama cowok ngeselin? Oh God!
“Hallo semua. Nama saya Mario
Jaden Stev, bisa dipanggil Rio. Semoga kita bisa berteman dengan baik,”ujar Rio
dengan senyumnya seperti biasa. Bahkan bu Erita ikut-ikutan melting.
“Apaan bertemen baik? Yang ada
gue enek ada elo,”desis Ify.
“Rio, kamu duduk dengan Sivia.
Itu yang pakai bandana hijau,”ujar bu Erita. Rio langsung menangkap sosok ....
cewek camera? Ya. Bukannya melihat cewek yang namanya Sivia, Rio malah terlebih
dahulu melihat cewek camera itu sedang monyong-monyong.
Rio segera menuju bangkunya.
Sempat dia melirik cewek camera itu dan tanpa sengaja melihat cameranya rusak
parah di atas meja, Rio jadi makin nggak enak hati sama dia. Tapi si cowok ini
berusaha biasa saja. Dengan cuek, dia duduk di samping cewek yang namanya
Sivia.
“Hai, gue Rio. Lo?”sapa Rio
dengan coolnya. Cowok itu mengulurkan tangannya, tak tau jika Ify di depannya
udah monyong-monyong nyibir Rio yang –katanya sok kecakepan.
“Hallo Rio. Gue Sivia Ayu Via,
panggil apa aja oleh-oleh wae asal orak Ayu masalahe aku orak ayu,”balas Sivia
dengan khas medoknya. Rio jadi mengernyit heran, ini cewek ngomong apa sih?
Begitu tanya Rio entah pada siapa, masalahnya dia nanya dalem hati.
“Aduh.. lo ngomong apa
ya?”tanya Rio sambil menggaruk tengkuknya. Ify dan Acha udah cekikikan
mendengarnya.
“Mposss lo!”seru Ify dalam
hati.
“Lah lo orang mana? Basa Jawa
wae orak ngerti,”gedek Sivia. Suaranya sedikit keras sampe kedengeran ke
telinga Ify dan Acha. Tentu aja keduanya nggak bisa nahan ketawa.
“Heh, siapa suruh lo
ketawa?”sengit Rio. Ify diam lalu tersenyum meremehkan.
“Why not?”tajam Ify. Rio
memilih diam dan fokus terhadap materi bu Erita. Sedangkan Ify merasa menang!
Setelah dua jam pelajaran, bel
istirahat berbunyi. Ify dan Acha segera membereskan buku-buku mereka. Ify
memijat keningnya, bingung harus berbuat apa pada cameranya. Tiba-tiba Sivia
menyentuh bahu Ify. Gadis itu terpaksa menoleh.
“Camera lo kenopo?”tanya Sivia
medok banget.
“Rusak,”singkat Ify.
“Ngarep sekolah tho ada tempat
service camera. Jajal ke sana,”nasihat Sivia. Ify menggeleng.
“Nggo duitku sik orak opo-opo,
yang penting lo bisa motret meneh,”tambah Sivia. Ify sama sekali nggak sadar
kalau Rio masih berada di belakangnya, mendengarkan percakapannya dengan si
anak jawa di sampingnya.
“Nggak usah siv. Gue masih
lama ada duitnya soalnya kan kemaren baru gue pake,”tolak Ify.
“Nanti pulang sekolah ikut
gue.” Ify terkesiap mendengar suara Rio.
“OGAH!”tolak Ify
mentah-mentah.
“Gue bilang ikut. Awas kalo lo
nolak,”ancam Rio kemudian keluar dari kelas begitu saja. Sampai di pintu dia
ketemu Ozy, Rio langsung lari nyari Alvin.
“Yahh marioku kok pergi
sicchh,”ngondek Ozy secara spontan ketika melihat Rio langsung berlari ketika
melihatnya.
Sementara Ify masih mengernyit
heran termasuk Sivia dan Acha. Mereka malah saling melirik.
“Kowe kenal Rio fy?”tanya
Sivia.
“Siv, bisa nggak sih nggak
usah disisipin bahasa jawa? Gue gedek dengernya. Mana lo medok banget
lagi,”sahut Acha.
“Ini budaya cha. Harus
dilestarikan,”alibi Sivia. Acha hanya menyibir.
“Duh apa deh kalian. Gue nggak
kenal si cowok rese tadi. Tau aja barusan,”dengus Ify. Sivia hanya membulatkan
bibirnya.
***
Alvin udah nongkrong di kantin
begitu Rio sampai di sana. Sebelumnya Rio udah ke kelas Alvin. Cowok itu
langsung menyambar minuman Alvin tanpa ijin, Alvin sendiri baru menyuapkan mie
ayamnya ke mulut. Dia tak ambil pusing. Setelah menelan mienya, Alvin langsung
meminum minumannya yang tinggal setengah. Jadi, Rio dan Alvin minum satu gelas
berdua. Sweet kan?
“Dari mana aja lo?”tanya
Alvin.
“Harusnya gue nanya elo bego!”
Rio menjitak kepala Alvin.
“Yee woles kali,”cibir Alvin.
Rio hanya cuek.
Tak lama kemudian Alvin
menangkap sosok Ify dan teman-temannya sedang menuju kantin. Tepatnya masih
berada di bibir kantin. Setelah hampir dekat, Alvin menyempatkan diri menyapa
Ify. Ah bukan menyapa selamat pagi tapi ....
“TUNG! Pulang sekolah suruh
adek lo balikin Marsha!”seru Alvin. Tanpa diberi kode lagi, Ify sudah sadar itu
untuknya.
“Iye kalo gue nggak
tidur,”jawab Ify cuek lantas memilih bangku yang jauh dari bangku Alvin dan
Rio.
“Lo kenal dia?”tanya Rio.
“Ify maksud lo? Dia tetangga
gue,”respon Alvin.
“Namanya Ify? Dia galak ye.
Gue udah berurusan sama monster kayak dia gara-gara jatohin cameranya,”curhat
Rio. Alvin hampir aja ketawa tapi berusaha ia tahan.
“Dia keliatannya aja kalem
tapi kalo udah ada yang rese emang bakalan jadi monster. Hati-hati lo jatuh
cinta sama dia, haha,”goda Alvin.
“Ngawur lo ah! Amit-amit, yang
ada gue nggak selamet, hii...” Alvin terkikik. Belum kena pesona Ify sih, coba
kalo liat Ify lagi motret. Beuhh!
“Eh tadi lo panggil dia apa?
Tung? Panggilan sayang ya?”tanya Rio tanpa dosa. Niatnya sih ngegodain.
“Iya donk! Tung emang
panggilan sayang,”jawab Alvin sekenanya yang membuat Rio tersedak.
“Apa apa? Lo?? Jadi... lo?”
Alvin bener-bener ngakak liat temennya yang satu ini.
“Tung emang panggilan sayang
dari orang-orang terdekatnya kayak gue, marsha adek gue, rafli adek dia sama si
acha tuh sahabatnya dari orok. Lo kira gue naksir Ify gitu? Ah gue kan
naksirnya ke elo yo..”balas Alvin sambil menggoda. Rio jadi kesel sendiri.
“Lo jangan kayak Ozy
deh,”sengit Rio.
“Gue kan nggak suka pink tapi
merah jambu!” Rio makin bergidik.
“Lo bertingkah gue
tonjok!”ancam Rio.
“Hahahahahaa..”
Sementara di bangku Ify, Acha
dan Ify sendiri udah nguap lebar denger Sivia khotbah tentang keris cuma karena
liat sampul buku adek kelas gambarnya keris. Khas dengan jawa. Cewek ini terus
aja bercerita panjang lebar dengan suara medoknya.
“Ehh ehh... Rio sama Alvin
mesra banget ya,”celetuk Acha yang membuat Sivia diam.
“Wahh iya tuh, jangan-jangan
mereka maho,”timpal Ify yang lebih tepatnya ikut mengalihkan perhatian supaya
Sivia nggak nyerocos lagi. Udah capek dengernya, malu-maluin lagi, ya kan?
Lagian Ify juga ogah liat muka sok cool Rio.
“Lebih mesra dari pada lo sama
si bohay fy,”sahut Sivia. Informasi aja, bohay itu nama camera SLR Ify.
Pluk. Sedotan yang Ify pegang
melayang ke wajah Sivia, “Tetep gue sama bohay itu udah yang paling pas! Nggak
ada yang lain!”tegas Ify yang tak mau dikalahkan sebagai the best couple.
Gimana nggak the best kalo
tiap ada Ify pasti ada bohay. Tidur juga bareng, cuma mandi aja yang
sendiri-sendiri soalnya bohay nggak suka air. Ntar kalo rusak Ify juga yang
repot, eh tapi kan bohay sekarang emang lagi rusak gara-gara cowok sok cool
itu?
“Serah lo ah,”acuh Sivia.
“Eh chul, ntar anterin gue
ketemu si cowok sok cool ya,”ujar Ify. Acha berhenti memakan baksonya sejenak.
“Gue ada ekskul melukis. Emang
lo nggak ada ekskul? Bukannya...”
“Ify mana pernah ikut ekskul!
Orak tau babar blaasss!”potong Sivia. Acha sedikit ketawa ketika Sivia
mengatakan ‘orak tau babar blas’. Dia nggak tau artinya tapi kedengerannya lucu
aja.
“Sivia sayuuung, bisa nggak
sih nggak usah nyisipin bahasa alien lo itu? Mana kesannya ngehina gue lagi.
Gue kan anak OSIS, sibuk!”bantah Ify dengan muka juteknya.
“OSIS apaan? Kalo rapat aja
lebih sering jadi tukang foto,”ledek Acha. Ify lagi-lagi monyong-monyong kayak
lumba-lumba.
Karena sebentar lagi bel,
mereka lebih milih ngabisin makanan dari pada ngebahas hal nggak penting
meskipun dari tadi Sivia berusaha mengalihkan perhatian dengan cerita walang
kekek-nya. Ya, gadis itu memang sangat welcome dengan budaya jawa. Padahal
Sivia ini dibesarkan di Jakarta udah dari SMP.
***
Seorang pemuda menatap intens
cewek di depannya. Sesekali melirik jam dinding yang menunjukkan bahwa sebentar
lagi bel pulang sekolah, entah mengapa dia jadi nggak sabar buat berduaan sama
cewek di depannya ini meskipun di tempat service. Ah apa-apaan sih! Kan tadi
dia nggak suka sama si cewek ini karena nggak welcome sama dia. Eh tapi dia
menarik juga.
“Duh gue jatuh cinta kayaknya,
gini ya rasanya?”batin cowok itu.
“Yo, wes bel pulang. Nginep
lo?” suara si gadis medok itu membuyarkan lamunannya.
“Eh udah bel? Hehe, nggak
sadar,”balasnya. Si gadis medok yang tak lain adalah Sivia hanya berdecak.
“Minggir kowe, aku dienteni
bapakku iki,”ujar Sivia. Rio yang hanya bisa mengerti kata ‘minggir’ langsung
memberi jalan Sivia supaya bisa lewat.
“Duluan yo, fy, cha.” Ify dan
Acha hanya mengacungkan jempolnya.
“Tung, gue ekskul dulu ya!
Baek-baek lo,”pamit Acha.
“Sip chul, ntar malem gue ke
rumah Alvin jadi nggak usah telepon ke rumah. Sekali-kali modal gitu kalo mau
telpon gue,”balas Ify yang langsung dilempar kertas yang tadinya akan Acha
buang. Ify sedikit meringis namun akhirnya tertawa juga. Acha tak menghiraukan,
malah bergegas pergi.
“Ayo!” suara berat Rio membuat
Ify tersadar kalo di kelas tinggal mereka berdua.
“Nggak deh. Gue mau pulang
aja,”tolak Ify namun Rio malah bersikeras sampai menarik lengannya. Ify yang
–kelihatannya risih hanya bisa pasrah. Dia nggak suka dipegang-pegang sama
cowok yang menurutnya rese.
Sampai di tempat service.
Ternyata tempat service di depan sekolah tutup. Rio berfikir sejenak, mengingat
dimana tempat service yang paling dekat. Tapi nyatanya yang paling dekat justru
juga jauh.
“Duh udah deh. Nggak usah sok
bertanggung jawab lo,”cibir Ify. Tangannya dilipat, membuat Rio makin terkesan
pada gadis ini. Disaat orang-orang berusaha menarik perhatiannya, Ify malah
membuatnya untuk tertarik dengan sendirinya.
“Tanggung jawab? Emang gue
ngapain elo?”goda Rio. Ify makin monyong-monyong. Rio geli melihatnya, kalo
udah sebel gadis ini selalu monyong kayak gitu.
“Apa lo monyong-monyong? Mau
dicium?”goda Rio lagi. Dalam hati si Ify udah misuh-misuh sama cowok sok cool
ini, baru disadarinya cowok ini nggak cuma sok cool tapi juga otak mesum!
“Dasar omes!”maki Ify. Rio
malah terkekeh, lucu aja liat ekspresi sebel Ify dan nggak ada saltingnya sama
sekali. Beda sama cewek-cewek yang udah digodain Rio selama ini.
“Udah deh gue pulang aja.
Thanks atas TANGGUNG JAWAB lo yang GAGAL ini,”tegas Ify. Baru saja dia akan
melangkah pergi, Rio menahannya.
“Hehe, becanda cantik. Yuk ah
kita cari tempat lain,”ujar Rio selembut mungkin yang membuat Ify jadi ENEK.
“Hhh.. Kalo gue nggak
mau?”cuek Ify.
“Gue jadi pacar lo,”jawab Rio
enteng. Ify spontan menjitak kepala Rio.
“Jangan asal nyablak lo! Nggak
sudi gue punya cowok sok cool kayak lo. Udah sok cakep, rese, sok cool lagi!
Hiiiii...” Ify berpura-pura merinding.
“Gue emang cakep kok, cool
juga,”balas Rio.
“NGGAK ADA!”nyolot Ify.
“Ah ntar juga lo falling in
love sama gue,”ujar Rio kepedean.
“Apaan sih, kayak nggak ada
cowok lain aja. Udah deh, gue males ribut. Sekarang gue nurut sama elo, jadi
nggak?” Ify mengalah. Menurutnya percuma juga ngomong sama anak rese kayak Rio
ini. Yang ada dia tekanan batin.
“Kita pacaran aja gimana? Kan
katanya lo nurut gue.” Oke, Ify udah pengen lepas sepatunya terus sumpelin ke
mulut Rio yang dari tadi ngegombal mulu. Bener-bener sok cool!
“Lo ngomong aneh-aneh lagi,
gue pulang,”ancam Ify. Pelan tapi tegas. Rio menggaruk tengkuknya.
“Oke oke. Ayo!” Rio menaiki
motornya.
“Cepet naik.” Ify jadi
ragu-ragu, kalo dia ngerjain gimana? Lagian bentuk motornya itu lohh....
“Jangan kudet lo sampe naik
motor beginian aja pake mikir,”celetuk Rio. Ify memanyunkan bibirnya lantas
membonceng.
“Jangan suruh gue
pegangan!”seru Ify yang membuat Rio terkekeh. Tau aja yang dipikirin Rio.
“Ogah juga nyuruh lo
pegangan,”bohong Rio. Ify jadi kesal karena menyuruh sopirnya datang ke sekolah
naik taksi dan membawa mobil Ify pulang karena berfikir ia akan lama dan Rafli
nggak bisa pulang.
Motor Rio melaju dengan
kencang. Ify kesel setengah mampus, Rio pasti ngerjain. Begitu pikirnya. Mau
tak mau tangan Ify bergerak ke jaket Rio dan menariknya sedikit untuk pegangan.
Sampai Rio memberhentikan motornya di tempat service.
“Katanya nggak mau pegangan?”goda
Rio. Ify merapikan rambutnya.
“Ini juga gara-gara lo bego.
Dasar penyamun,”ketus Ify.
“Thanks. Cuma elo yang kasih
julukan sebagus itu, perhatian banget lo ya. Kapan-kapan kita pacaran
ya,”ceplos Rio. Ah! Dasar Rio rese!
***
Malemnya Ify benar-benar ke
rumah Alvin. Mereka duduk di gazebo sementara Rafli dan Marsha belajar di ruang
tengah. Kebetulan Alvin udah selesai ngerjain PR, padahal baru beberapa minggu
masuk tapi PR udah nyerbu.
“Pin, gue heran deh sama temen
lo itu. Masa tadi siang pulang sekolah dia ngerjain gue abis-abisan,”curhat
Ify. Cewek itu langsung cerita semuanya dari A sampai Z.
“Haha. Namanya juga playboy
tung. Jangan kemakan pesona dia
lo!”canda Alvin.
“AMIT-AMIT. Penyamun emang! Dia
belum tau siapa gue, awas aja macem-macem udah gue gibeng, gue bikin rendang
terus kasiin kucing biar mampus terus...”
“Wah siapa yang mauu dikasihin
kucing?” Ify berhenti berkoar-koar lalu melihat cowok yang sedang
dibicarakannya sedang mengerling ke arahnya. Ify jadi pengen bikin rendang
beneran.
“Elo tuh yo mau dikasihin
kucing, ye nggak tung?”sahut Alvin. Ify lantas melotot ke arahnya.
“Yahh sayang donk, kan gue
ganteng. Buat lo aja gimana?” Ify MUAL!
“Ambil buat lo deh pin,”acuh
Ify lalu beranjak dari tempatnya dan pergi begitu saja. Alvin tertawa lebar.
“YAAHH FYYY!! GUE MAUNYA SAMA
CEWEK TULEN!!!”teriak Rio. Alvin lalu menirukan gaya Ozy ketika bertemu Rio.
“Gue makan lo!”ancam Rio.
“Hahaha. Udah gue bilang kan?
Pesona lo itu nggak ngaruh buat Ify, malah kayaknya pesona Ify yang ngaruh di
elo,”ledek Alvin. Rio menggaruk tengkuknya, salah tingkah.
“Iya sih dia menarik,
hehe,”cengir Rio.
“Kejar aja yo. Dia manis kan?
Gue aja suka liatnya.” Rio menjitak kepala Alvin.
“Mulai detik ini, Ify cuma
boleh diambil Mario Jaden Stev!”tegas Rio.
“Iya, sama PENYAMUN.
BUAKAKAKAKAKK!!!”timpal Alvin lantas pemuda itu berlari ke ruang tengah, Rio
mengejarnya. Akhirnya Rafli dan Marsha ditambah Ify yang sedang melakukan
aktivitas di sana jadi terganggu karena makhluk-makhluk ajaib ini.