"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Sabtu, 04 Mei 2013

Don't Judge Pricilla Again!

Assalamu'alaikum. Kali ini Fanny cuma mau bahas info tentang "Pricilla ngerebut pacar Shilla" yang disebut-sebut itu Cakka. Bukan mau nyari masalah, cuma mau ngelurusin permasalahan karena beberapa anak Shivers selalu 'mengungkit' kesalah pahaman itu kalau lagi ngejelekin Pricilla.

Pertama, saya tegaskan kalau itu berita TIDAK BENAR. Sama sekali salah.

printscreen 1

Nah! Ini kan yang jadi permasalahan waktu itu? coba LIAT TANGGAL. 30 Juni 2010 terus ini tahun berapa? ini udah tahun 2013, ya meskipun boomingnya tahun 2012.

printscreen 2

Ini tweet Angel bisa dimengerti kan? Ashilla sama Pricilla CUMA BECANDA. Shilla aja melet tuh -_-


Jadi, kenapa masih diungkit? Bahkan seakan-akan Pricilla salah beneran. Tolong banget jangan Childish. Saya bosen kalau ada yang bilang "Pricilla ngerebut pacar Shilla", kemaren ada yang ungkit itu lagi kan. Jangan gegabah sama berita murahan. Yang rugi siapa kalau udah gini? Be smart fans ya :)

Jumat, 03 Mei 2013

Blink haters atau Shivers sih? - Oh God!

Assalamu'alaikum, kali ini fanny mau bahas akun haters Blink yang masih 'fresh' nih. Ini ada fotonya, tapi sebelumnya saya peringatin SAYA MAU FRONTAL!

salah satu akun haters blink yang mulai menarik perhatian saya


Akun haters itu menarik bukan karena ngejelekin Blink tapi pake foto Ashilla Zee di atasnya. Padahal udah jelas usernya @WeHatersBLINK lalu kenapa bawa nama Ashilla?

Kita bahas satu-satu ya. Saya mau bagi-bagi beberapa printscreen timeline akun tersebut.

 printscreent 1

Tweet pertama, LAGI-LAGI dia bawa nama Ashilla. "Shivers lebih banyak dari pada Febbies", nah! Apa itu bisa dijadiin alasan buat bikin akun ini? Apa masalahnya kalau fans Febby sedikit? Dari pada pake autofollow? *eh. Tanpa followerspun, Febby lebih dulu meniti karier kok, pamor dia nggak turun tanpa followers yang bejibun.

Tweet kedua, menurut saya itu persepsi dan NGGAK ADA HUBUNGANNYA sama terbentuknya Girlband. Yang dibutuhin dari Girlband itu apa sih? Bakat kan? Skill dan attitude. Suara Febby emang kualitasnya paling rendah dari yang lain, tapi dia nutupin itu di dance, dari semua member dia yang paling luwes nge-dance. Muka Prissy lagi itu dikatain, bukannya sama aja ngatain Allah yang udah nyiptain? Sekali lagi, cantik atau enggak itu NGGAK NGARUH SAMA SEKALI. Buat apa cantik kalau kerjaannya nyari dosa? Lalu Ify dan Sivia, lagi-lagi fisik. Fisik anda nggak pernah dihitung pahala kok. Lebih belajar menghargai 'hasil karya' Tuhan ya!

Tweet ketiga, siapa yang bilang konser Blink batal? Pake ngatain nggak laku? Kalau nggak laku, mereka nggak akan se-up ini. Urusan konser kayak situ aja yang mau ngadain.

printscreen 2

Tweet pertama, hmm oke.. khusus ini biar saya aja yang tau (?)

Tweet kedua, dari sini bisa dibilang si pemilik akun itu fansnya Ashilla yang nggak terima kenapa idolanya dikeluarin dan dia balik benci ke Blink. Kesimpulan saya aja sih.

Tweet ketiga, nggak gila followers tapi bikin acc twitter freak kayak begitu. Mungkin bener dia nggak gila followers, lebih gila nyari masalah sih.

Tweet keempat, nah kan dia bawa-bawa idolanya lagi. Anak-anak Blink juga sering masuk TT kok. Si pemilik akun se-upay apa sih? Apa matanya suka mendadak burem kalau liat TT ada yang nggak dia suka? Atau pura-pura nggak tau? Lagian apa gunanya masuk TT kalau lebih sering karena kontroversi, ye kan? Eh maaf, kan udah ijin mau frontal :)

printscreen 3

Tweet pertama, nama idolanya disebut lagi. Paham lah, dia mungkin mau naikin pamor idolanya. Yang terkenal sebelum di Blink nggak cuma si Ashilla ya plis, anak-anak Blink juga. Ify sebelum ikut idola cilik udah nyanyi, pernah di trans juga bareng Farabi, Sivia sama Febby? Nggak usah ditanya, mereka udah jadi artis duluan, main film, model, bintang iklan. Pricilla emang nggak setenar mereka tapi sebelum di Blink dia udah jadi penyanyi di gereja-gereja dan di Musikal Laskar Pelangi bareng Shilla juga.

Tweet kedua, entah ini keberapa tiap dia ngehina Blink pasti ada nama mbak onoh. Urusan keren apa enggak itu RELATIF. Di mata pemilik akun emang keren Shilla, yang lain? Contoh aja saya, saya mengakui Shilla suaranya lumayan bagus tapi sayangnya pasaran, dan saya nggak pernah merasa dia sekeren itu. Jadi intinya semuanya tergantung siapa yang melihat.

printscreen 4

Tweet pertama, dia ke Febby lagi seakan Febby itu 'senjata' paling ampuh buat dibully. Masalah ya kalau followers Febby nggak naik-naik? Mentang-mentang idolanya followersnya bejibun sampai haters aja dibales mention *eh

Tweet kedua, saya nggak tau ini masalah apa. Tapi saya rasa itu privacy Ashilla sama Pricilla. Yang nge-publish ketauan banget nyari sensasi padahal belum tau kebenarannya. Cakka kan nggak kenal deket sama Pricilla -_-
printscreen 5

Tweet pertama, bisanya ngebelain Ashilla karena TT ya? Saya baru tau masuk TT itu bisa bikin orang dibela-belain mati-matian. Lagian dia kemana aja sih waktu Pricilla, Ify, Blink masuk TT juga? Apa perlu saya print semuanya terus saya lihatin langsung di depan matanya? Ah, saya sibuk untuk hal nggak penting kayak gitu. Biarlah Tuhan yang kasih tau.

Tweet kedua, nah ini nih... apa yang hebat perlu kemenangan? Masuk nominasi udah hebat loh, Ashilla? Boro-boro menang, masuk nominasi aja enggak *emaap. Kalau nggak tau dunia kompetisi jangan asal judge ya kawan-kawan, kesannya ntar anda sendiri yang keliatan 'bego' sampai hal sekecil itu aja diperbesar.

***

Terima kasih udah mau baca, saya cuma ngeluarin uneg-uneg. Alasan saya bikin ini bukan untuk memprovokasi atau menghina orang lain. Cuma pengen kasih pemahaman aja ke kalian para BlinkStar atau sekedar fans para member Blink.

Alasan saya bikin ini juga karena tertarik pada avatar user tersebut terutama isi timelinenya yang selalu membawa bekas eh mantan member Blink. Hal kecil kayak gini efeknya bakalan gede banget. Pesan saya, jangan nyulut api kalau nggak mau kebakar.

Be Smart Fans yaww!!!

Jangan lupa Block akun itu yaa!!! Mwaahh :*

Kamis, 02 Mei 2013

The New of Member Idola Cilik 1

Assalamu'alaikum! Kali ini Fanny dateng bawa anak-anak idola cilik sesi pertama yang udah pada gede. Sekedar mengobati kangen.


LET'S!



Rizky Patrick Egeten

Kiki sekarang udah gede, udah ganteng banget ya kan? Dulu? Masih inget dulu dia kayak apa? Kalo lupa bisa searching di google. Hehe. Yang jelas sekarang dia sibuk sekolah sama kadang nyanyi off air di gereja.

 Angelica Martha Pieters 


Cewek yang disapa Angel ini pasti udah nggak asing banget. Apalagi dia udah jadi penyanyi solo bahkan bintang iklan. Angel ini udah secantik ini, dulu juga cantik kok. Dia juga udah punya lagu sendiri yang diciptain musisi terkenal kayak kak Yovie.


 Gabriel Stevent Damanik

Gabriel atau Iyel juga udah segede ini. Kelas satu SMA. Kariernya alhamdulillah masih jalan juga, meskipun cuma off air. Di SMA ini, Gabriel udah pernah main di ftv di Indosiar sebagai Erick.

Zahra Damariva

Zahra Damariva. Ini sama aja, nggak asing lagi kan? Yang lagunya terkenal itu "Langkahku" sama "Alasan" ciptaan Zahra sendiri. Dia sering juga muncul di TV, kariernya udah nggak diragukan lagi.

Nurwahid Hidayat / Dayat Simbaia

Nah! Yang satu ini pasti nggak asing banget kan? Penyanyi iya, bintang iklan iya, pemain film iya. Yap! ini dulunya polos banget. Sekarang? Liat aja tuh gaya banget, narsis paraahh!! Haha. Cowok ini udah terkenal dengan boybandnya "Stanza".


Goldi Senna Prabowo

Goldi ini udah nggak aktif di layar tv. Tapi masih banyak loh fansnya, salut sama GoldZone! Kata Dayat, si Goldi ini kalo di BBM rame banget tapi waktu ketemu kemaren dia banyak diem dan lebih milih ngumpul sama mamanya. Haha. Makin gede makin kece ini bocah :)

Siti Nur Qomaria

Entah kalian inget atau nggak sama Siti ini. Apalagi dia yang paling beda nasib dari finalis lain, kehidupannya makin keras. Kita doain bareng-bareng ya semoga Siti bisa sukses kayak anak-anak lain. Kayak Ify, Angel, Zahra, Sivia, dll.

Sivia Azizah

Sama yang ini sih udah sering liat ya, sukses besar! Bareng Ify juga. Ya, mereka so sweet banget selalu bersama. Kemana-mana bareng. Sivia ini kabarnya nggak perlu ditanyain lagi ya. Tonton TV aja 24 jam, pasti ada muka dia deh. Meskipun cuma diiklan.

Septian Putra Manuel

Septian. Inget nggak? Beda ya sama Tian waktu kecil. Septian ini pindah ke Semarang dari SMP kayaknya. Sekarang sekolah di SMK Semarang juga. Tian meskipun rada dilupain sama ICL tapi dia masih deket sama anak-anak Idola Cilik kayak Dayat. Waktu dia ke GF IC 2013 kemaren, dia nginep di rumah Dayat.

Ashilla Zahrantiara

Kalo Shilla pasti udah tau juga kan? Dia solo karier dan jadi cadangannya Gisel Idol kalau Gisel nggak bisa duet sama Last Child.

Fauzia Irva Lestari

Irva ini sebelumnya gabung di Dalagita, bahkan bisa dibilang sukses tapi dia keluar dan lebih pilih solo karier sambil nyantai-nyantai. Irva jadi pemenang di Starvoice juga, anaknya sekarang aktif ngecover lagu. Kalau mau download lagunya minta link ke Irva sendiri ya. Anaknya ramah kok :)


Alyssa Saufika Umari / Ify Alyssa

Ify juga udah gede nih, makin cantik. Ify gabung di girlband Blink bareng Sivia. Tapi Ify masih aktif di kegiatan dulu kayak Autism Day. Dia bahkan udah nyiptain banyak lagu, ada sekitar 9-10 lagu. Yang baru dipublish baru dua dan dibawain Blink, oh iya sama lagu yang buat hari ibu, ciptaan Ify mendadak. Selain itu lagu ciptaan Ify yang Hujan & Teduh dapet juara di SMA Al-Izhar sebagai soundtrack terbaik. Sayangnya selalu aja dirahasiain Ify, disimpen dulu katanya.

Raja Sion Naiambaton Simbolon

Sion juga satu boyband sama Dayat di Stanza. Sekarang udah gede aja ya, beda sama dulu waktu di IC yang pernah nangis cuma karena lupa lirik lagu *eh. Pokoknya Sion ini udah tinggi, cool parah!


Riko Anggara

Sebelumnya maaf, saya pilih foto pakai seragam karena keliatan lebih ganteng. Pokoknya dia semakin KECE. Orangnya makin lucu, cablak, pokoknya bisa bikin ngakak cuma karena tweet-tweet ajaibnya. Riko juga welcome sama banyak orang. Riko bakat beatbox!

Iyan Kusnudiansyah

Pleaseee!! Jangan punya prasangka kalau itu foto Iyan. Sama sekali bukan. Yang jelas, saya nggak pernah tau gimana kabarnya adek kita ini sekarang :" semoga dia bakal muncul lagi ya!


Rosalin Abhi Prawesti

Yakk! Osa. Anak kecil ini akhirnya muncul dengan rambutnya yang udah mulai panjang. Sayang ini aslinya bareng-bareng waktu anak-anak IC 1 pada reuni di GF IC 2013 jadi Osa-nya hasil crop-cropan. Sekarang bisa diliat, Osa cantik banget! Semoga kita bisa liat dia lagi ya nyanyi bareng-bareng anak Idola Cilik 1 lainnya.


***

Terima kasih yang sudah mau baca. Ini sekedar mengobati rasa kangen anak-anak Idola Cilik Lovers. Nggak cuma kita yang udah gede, mereka juga. Kalau kata anak-anak IFy Club, We're Still Together! :))

Rabu, 01 Mei 2013

Cerpen - Bidadari Surga


Tittle: Bidadari Surga
Author: Fanny Salma


Bidadari Surga
           
Pagi yang cerah itu Tania terbangun dari tidurnya. Setelah itu ia bersiap untuk pergi ke sekolah diantar papa. Tania bersekolah di SD Cemara Kasih. Di sana ia punya banyak teman karena Tania anak yang baik.
Sesampainya di sekolah, kaki Tania berhenti melangkah tepat di ruangan kelas empat. Di bangkunya sudah ada Khalif, teman sebangku yang sangat lucu dan sedikit narsis. Tania tersenyum kepadanya.
“Selamat pagi Khalif,”sapa Tania ramah.
“Selamat pagi juga Tania, udah ngerjain PR?”tanya Khalif.
“Udah donk. Kamu belum ya?”balas Tania masih dengan senyum ramah.
“Udah kok. Tadi malem kak Gabriel yang ngerjain, aku tidur. Hehe,”seringai Khalif.
“Wooo! Ngerjain sendiri donk lif, ntar kalau kamu nggak naik kelas gimana?” Khalif menggaruk bagian belakang kepalanya.
“Iya juga sih. Kalau gitu mulai sekarang aku mau belajar giat deh biar bisa ngerjain PR sendiri.” Tania tersenyum mendengarnya.
“Yap! Biar bisa jadi dokter kayak cita-cita kamu. Iya kan?”tanya Tania sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Ah Tania... aku kan emang calon dokter!” Tania tertawa. Khalif memang bercita-cita menjadi dokter.
Tiba-tiba dada Tania terasa sesak. Tanpa Tania ketahui lagi, semuanya menjadi gelap.

***

Tania membuka mata dan menatap ruangan yang serba putih. Sedikit melirik ke arah pintu, terlihat papa dan mama serta kak Alyssa sedang berbicara dengan dokter Zahra, wanita itu dokter Tania dan kak Alyssa sejak kecil. Tania penasaran dan memilih untuk mendekati mereka. Dengan langkah pelan, ia mulai mendengarkan dengan seksama perbincangan orang dewasa itu.
“Tania mengidap leukimia, saya tidak bisa memastikan sampai kapan dia akan bertahan. Mungkin hanya satu bulan tapi semua kita serahkan kepada Allah,”ujar dokter Zahra yang sengaja didengar oleh Tania.
“Apa? Leukimia? Anda pasti salah kan?”tanya Papa tak percaya.Terlihat mama sudah menangis di pelukan kak Alyssa.
“Maaf, hasil lab kami menyatakan demikian.” Dokter Zahra tertunduk pasrah.
“Adek saya nggak bakal mati dok!”tegas kak Alyssa. Sontak Tania mengerutkan kening karena mendengar kata ‘mati’.
“Aku bakalan mati?” begitu yang keluar dari mulut gadis itu secara tiba-tiba. Papa, Mama, kak Alyssa dan dokter Zahra langsung menyadari kehadiran Tania yang berada tepat di belakang mereka.
“Tania? Kok kamu di sini? Kamu masih sakit sayang,”ucap Papa lembut sambil mengelus puncak kepala Tania.
“Kalian kenapa nggak jawab pertanyaan Tania? Apa Tania bakalan mati?”tanya Tania sekali lagi tanpa memperdulikan perkataan Papa karena ia merasa diabaikan.
“Taniaa...”lirih Mama.
“Mama kenapa nangis? Karena Tania bakalan mati?” Tania bertanya demikian dengan wajah polosnya.
“Semua orang bakalan mati sayang,”sahut Papa.
“Mati itu apa?”tanya Tania polos.
“Mati itu kembali ke rumah Allah,”jawab Papa sambil terus mengelus puncak kepala Tania dengan senyumnya yang tiada pudar.
“Oh. Kalo gitu Tania nggak mau mati ah, Tania masih mau main sama mama, papa juga kak Alyssa.” Mama semakin terisak mendengar ucapan Tania.
“Tania, pulang yuk!”ajak kak Alyssa. Tania hanya mengangguk.
Kemudian mereka semua pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Mama sudah bisa tersenyum namun wajahnya masih terlihat sedih. Tania yang tidak tega langsung berinisiatif menyanyikan lagu kesukaannya untuk Mama.
“Kak, kakak main gitar ya. Aku mau nyanyi buat mama, lagu biasa ya kak,”pinta Tania ke kak Alyssa. Kakaknya itu mengacungkan jempolnya.
Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik... Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasanya... bagi hambanya yang sabar dan tak kenal putus asa....” lagu itu mengalun lembut dari bibir Tania.
Papa dan mama diam-diam mengucap syukur karena memiliki anak seperti Tania yang sudah berbakti kepada mereka selama ini. Tania yang membanggakan.
“Makasih ya sayang. Apapun yang terjadi, kamu jangan pernah putus asa ya,”ujar Mama lalu mencium Tania dan memeluknya erat. Papa dan kak Alyssa tersenyum lalu ikut memeluk Tania.

***

Esoknya di rumah, Tania menangis di depan Papa, Mama dan kak Alyssa. Bahkan ia sangat terisak.
“Pokoknya Tania nggak mau mati!”
“Dek, Allah itu udah mengatur segalanya. Kamu harus sabar,”ujar kak Alyssa.
“Kenapa Allah jahat sih kak? Tania kan pengen sama kalian terus,”balas Tania sambil terisak.
“Adek nggak boleh gitu ke Allah, ntar adek dosa loh. Kalau dosa masuk neraka,”jelas kak Alyssa. Papa dan Mama hanya terdiam, membiarkan kak Alyssa membujuk Tania.
“Neraka itu apa?”tanya Tania.
“Neraka itu tempatnya anak-anak nakal. Di sana serem deh! Adek nggak mau kan masuk sana? Beda sama di surga, di sana enak banget deh! Adek minta apa aja langsung di kasih sama Allah.” Tania mulai meredakan tangisnya.
“Kenapa Allah nggak kasih di sini aja?” kak Alyssa menggeleng.
“Karena Allah ingin kita menjadi kepompong dulu sebelum menjadi kupu-kupu makanya kita harus jadi anak baik kayak bidadari yang ada di surga ,”jawab kak Alyssa.
“Di surga ada bidadari? Cantik ya kak?” kak Alyssa mengangguk.
“Oh.. maafin Tania ya kak, ma, pa. Tania nggak mau sedih lagi, Tania juga mau jadi bidadari surga. Maafin adek ya..”

***

 Satu bulan kemudian operasi Tania mencapai kegagalan. Ia telah meninggal. Teman-teman SD Cemara Kasih berduka melihat kepergian teman mereka yang sangat baik itu.
“Khalif kangen Tania kak, temen-temen juga,”ujar Khalif yang sekarang ada di rumah Tania bersama kakaknya, kak Gabriel.
“Iya Khalif, kamu harus jadi anak baik kayak Tania ya!”balas kak Gabriel.
“Khalif janji, Khalif mau belajar giat supaya bisa pinter kayak Tania terus jadi dokter. Pasti Tania bangga sama Khalif,”ucap Khalif. Kak Gabriel tersenyum lalu mengajak Khalif berpamitan dan pulang ke rumah mereka.
“Mungkin Tania udah jadi bidadari surga ya ma,”ujar kak Alyssa setelah rumah menjadi sepi.
“Iya. Tania anak yang baik, semua yang baik pasti mendapatkan balasan yang baik juga,”jawab Mama.
“Alyssa sayang Tania,”ucap kak Alyssa.
“Iya kak. Tania pasti juga sayang banget sama kakak,”sahut Papa.
Mereka bertiga lalu mendoakan Tania supaya masuk surga karena selama ini telah menjadi anak yang berbakti dan berprestasi.

---END--

Cerpen - Lembayung dan Senja


Tittle: Lembayung dan Senja
Author: Fanny Salma





Lembayung dan Senja

Satu lagi kisah tentang kehidupan, tentang cinta yang mengawali semua mimpi dan tentang perjuangan bernama harga diri. Ini kisahku dan ibuku sendiri. Aku, Kaila Saufika dan Ibuku bernama Fatimah. Ya, hanya Fatimah. Sederhana seperti sosoknya. Ibuku bekerja sebagai pedagang kue sedangkan ayahku sudah pergi dua tahun lalu saat aku duduk di bangku SD. Bukan meninggal tetapi sengaja pergi tanpa kami. Kini aku telah menjadi sosok anak SMP dalam balutan seragam putih biru dan ibuku masih bertahan dengan pekerjaan yang sama hanya untuk aku dan adik laki-lakiku yang berumur 8 tahun, bernama Khalif Arsyadi.
Mentari masih malu menunjukkan batang hidungnya namun ibuku sudah berada di dapur, membuat macam-macam kue yang nantinya akan beliau titipkan ke warung-warung. Tentunya semua ini dilakukan hanya untuk aku dan adikku, untuk kami supaya tetap bisa bersekolah sampai setinggi-tingginya. Walau itu terlihat mustahil, melihat ekonomi kami yang serba pas-pasan tetapi ia tak pernah letih memberi semangat bahwa ia akan tetap bisa menyekolahkan kami.
“Belajar saja. Ini bukan tugas kamu, nak,”ujar Ibu dengan senyum kebanggaannya ketika aku meminta untuk membantu. Peluhnya sudah terlihat jelas di pagi yang buta ini.
“Kaila sudah belajar, Ibu tenang saja. Biar Kaila bantu ya,”balasku dengan keukeuh.
“Belajarlah. Ibu ingin kamu lebih pintar dari Ibu. Jadi Kaila nanti bisa mewujudkan cita-cita Kaila.” Aku menghela nafas beratdan memilih mengiyakan perintahnya
Tepat pukul 06.45 aku sudah berada di sekolah. SMP Cakrawala, SMP elit di kota Bandung. Nyatanya aku bangga menjadi anak beasiswa meski terlihat ‘berbeda’ dari anak-anak di sini. Tak lama setelah aku mendaratdi bangku paling pojok di depan, bel masuk menjerit sampai ke penjuru sekolah. Datanglah wanita cantik yang kira-kira sudah berkepala empat.
“Selamat pagi,”sapa bu Wahyuni. Wali kelasku.
“Pagiiii buuuu!”
“Materi kali ini tentang proses pencernaan pada tubuh manusia.” Bu Wahyuni mulai menjelaskan materi hari ini. Banyak anak-anak yang tak berminat mendengarkan ha-hal yang sedang disampaikan oleh beliau karena dirasa rumit. Namun aku tetap setia berusaha memahami apa yang beliau sampaikan.
***
Aku dan ibu tengah menjajakan kue di sore hari, Khalif sedang menjaga rumah. Ini adalah rutinitas kami supaya tak hanya mengandalkan uang kue yang dititipkan di warung saja. Setelah semua terjual habis, aku dan ibu duduk direrumputan dekat rumah pak RT. Hanya untuk melepas penat. Meski langit mulai gelap, kami tak juga beranjak.
“Itu senja,”ujar Ibu sambil menunjuk langit.
“Warnanya indah. Kaila tidak pernah memperhatikan,”balasku sambil ikut menatap langit sore.
“Warna lembayung. Sangat indah, ibu selalu suka.” Aku menoleh ke arah ibu dan menangkap guratan kebahagiaan ketika ia menatap sang senja. Diam-diam aku ikut tersenyum melihatnya.
“Senja terlalu indah hingga cepat berlalu, nak,”tambah Ibu. Beliau kini menatapku. Aku mengangguk setuju karena sebentarlagi memang akan benar-benar gelap.
“Itu berarti kita harus selalu ingat kalau tidak selamanya kita berada di dunia, suatu saat kita akan dikirim ke akhirat untuk sesuatu yang bersifat abadi  jadi disini kita harus memprioritaskan bantu-membantu. Tuhan selalu memberi kebahagiaan kalau kita mau bersyukur,”lanjut Ibu.
“Termasuk kalau kita punya masalah?” entah bagaimana pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibirku. Mengingat bahwa kami lebih sering tertimpa masalah. Bahkan tadi sempat ada pelanggan yang memarahi ibu karena harga kue yang katanya kemahalan, padahal dia tidak pernah tau bagaimana susah payah Ibu membuatnya.
“Orang yang selalu bersyukur adalah orang yang benar-benar menikmati hidup. Percaya sama Ibu, Tuhan tidak pernah lepas tangan atas masalah yang sedang kita hadapi,”ucap Ibu sambil mengusap puncak kepalaku.
“Sudah gelap. Ayo pulang bu, kasian Khalif,”ajakku. Ibu mengangguk lalu mengambil wadah yang dipakai kami untuk berjualan. Aku mengikutinya dari belakang.
“Terima kasih senja, warna lembayungmu memberiku satu lagi pelajaran. Tentang bersyukur. Ya, aku bersyukur menjadi Kaila,”gumamku.
Kami terus berjalan tanpa lelah meski langit sudah gelap. Sesampainya di rumah, ternyata Khalif sudah selesai melaksanakan ibadah. Aku tersenyum, anak kecil itu selalu hebat.
***



Wanita itu ibuku
Berbalut baju dan jilbab yang telah usang
Senyum teduhnya tak pernah berlalu
Tak seperti senja yang mudah pergi dan kembali
Ia seperti lembayung
Kontras, cerah, berwarna dan bersahabat
Meski penatnya tak terjamah
Tanganya setia terbuka menemaniku

Wanita itu ibuku
Yang selalu bertahta di mataku
Yang menyisipkan namaku dalam doanya
Tiga tahun berlalu, aku telah menjadi sosok anak SMA yang telah mengikuti Ujian Nasional. Tinggal satu langkah lagi. Bahkan aku sudah terdaftar dalam kampus yang terkenal elit di Bandung. Ini berkat beasiswa dan berkat Ibu yang membanting tulang demi aku dan Khalif. Hari ini aku dinyatakan lulus. Tanpa pikir panjang, aku langsung pulang ke rumah dan menubruk tubuh Ibu yang mulai renta.
“Terima kasih untuk semua yang telah Ibu beri ke Kaila. Kaila bangga punya Ibu. Terima kasih sudah memperjuangkan Kaila, Kaila selalu sadar bahwa beban Ibu sangat berat...” aku terisak dalam rengkuhan wanita penuh cinta ini. Ia mengusap puncak kepalaku.
“Selamat ya nak. Ibu bangga punya Kaila. Jangan merasa kamu membebani Ibu, justru ibu yang harusnya berterima kasih karena kamu tidak meninggalkan ibu seperti ayahmu,”balas Ibu.
“Yang Kaila tau, ibu wanita hebat, yang mengajarkan Kaila untuk tidak menjadi senja yang cepat berlalu tetapi seperti lembayung yang selalu ada untuk senja. Ibu... hebat!” tangis kebahagiaan kami meluncur begitu saja. Aku bersyukur diciptakan untuk menemani sosok wanita hebat di depanku.

-TAMAT-
http://www.4shared.com/file/gOmVWMb3/cerpen.html

Camera In Love - Part 1 "Cowok Sok Cool! Penyamun!"



Tittle: Camera in Love
Author: Fanny Salma

Cowok Sok Cool! Penyamun!


Gadis blasteran dengan celana pendek bergambar dragon ball itu baru bangun dari hibernasinya. Gimana nggak disebut hibernasi? Karena kemarin hari minggu, kerjaan dia cuma tidur dan bangun kalo laper doang. Cewek itu menguap dengan lebarnya lalu dengan males-malesan melirik jam, udah jam 06.00 dan itu terasa singkat di tidur panjangnya cewek ini. Males-malesan lagi si cewek ini bangun dan langsung ke kamar mandi, dengan polosnya ia masuk gitu aja tanpa membuka pintu. Alhasil? Kejedot tuh hidung mancungnya.

“Rese! Yang naroh pintu disini siapa sih ah!”dumel cewek itu setengah sadar. Tiba-tiba ada suara orang terkikik lebar.

“Dari kita tinggal di sini juga tu pintu udah di sana kali tung! Makanya jangan ngebo mulu, haha.” Si cewek itu langsung melempar handuknya tepat ke muka si pemilik suara.

“WEESSS NYANTEE TUNG!” cewek itu memonyongkan bibirnya.

“RAFLIIIIII!!!!!! KELUAAAAARRR!!!” suara menggelegar si cewek langsung membuat si perusak suasana ciut hingga memilih kabur.

“AAAAAA ADA IFY SI MONSTER TUNG TUUUNG!!” si perusak suasana pagi yang disebut Rafli itu berlari sambil berteriak. Cewek yang namanya disebut-sebut sebagai monster tung tung langsung menyambar handuknya dan melanjutkan misi.

Beberapa menit kemudian pintu kamar yang bertuliskan ‘Ify Queena Cantik’ sudah tertutup rapat. Si pemilik kamar tersenyum puas setelah  menutup pintu kamarnya. Dengan langkah lebar, gadis yang sekarang memakai seragam bermotif batik dengan warna lembayung menuju ruang makan.

Di ruang makan sudah ada manusia kecil yang tadi pagi membuat kekacauan. Siapa lagi kalau bukan Rafli? Cowok manis berkulit sawo matang seperti papanya itu menyambut Ify dengan cengiran lebar. Ify hanya mencibir lalu mengalungkan SLR di lehernya lantas menghabiskan sarapan tanpa banyak bersuara. Sayang banget hari ini mereka sarapan roti karena Ify kesiangan.

“Gue nebeng ya tung, hehe.” Rafli menunjukkan deretan gigi putihnya sambil menatap Ify penuh harap. Tetapi gadis itu malah pura-pura berfikir.

“Duh kayaknya gue mau bersihin SLR deh,”gumam Ify.

“Ntar gue bersihin SLR lo sekinclong mungkin deh! Gimana?”sahut Rafli. Sebenernya Rafli tau si Ify lagi banyak modus, sekalian ngambil untung. Tapi gimana ya? Rafli kan baru masuk SMP beberapa bulan lalu jadi belum dibeliin motor, uang jajan juga lumayan buat nge-time zone.

“Sipp! Ayo!” Rafli tersenyum lebar.

“Yes, timezone!!”seru Rafli dengan senyum lebarnya. Meskipun harus berkorban bersihin SLR Ify.

***

Ify berjalan dikoridor. Ia melepaskan kalungan SLRnya lalu mengotak-atiknya. Sampai ketika ia melihat koridor jadi ramai, entah apa tapi Ify nggak tau dan nggak mau tau. Cewek itu berusaha melindungi camera SLRnya seperti melindungi pacarnya saat kerumunan itu semakin ramai saja. Jangan sampai jatuh! Begitu rapalnya dalam hati. Naas, dari depan tanpa diduga ada yang berlari dan menabraknya hingga camera Ify terpelanting cukup jauh.

Mata Ify hampir mengeluarkan air mata, begitu paniknya melihat keadaan camera SLRnya yang mengenaskan. Ify segera memungutnya dan mencari sosok yang telah menyebabkan cameranya rusak. Di depannya sudah ada cowok yang menggaruk tengkuknya dengan wajah sok polos. Ify geram.

“Tanggung jawab lo!”cerca Ify langsung menunjuk ke wajah cowok itu.

“Lah, kok gue? Kan salah lo juga berdiri di sini,”jawab si cowok yang ternyata menyebalkan di kesan pertama Ify.

“Enak aja lo ngeles. Gue dari tadi juga udah di sini tapi lo dateng pake lari dan nubruk gue. Makanya punya mata tuh dipake yang bener! Lo pikir camera gue harganya murah? Hah!!”bentak Ify. Si cowok itu mengernyit, dia juga tau kali kalo SLR harganya mahal.

“Halah, lo kalo mau caper nggak gini juga kali.” Jawaban cowok di depan Ify ini nggak seperti yang Ify harapkan. Apaan? Baru ketemu kan?

“Lo kalo ngomong dijaga ya! Atas dasar apa lo bilang gue caper? Kita aja baru ketemu. Dasar gila!!” gantian cowok di depannya yang linglung. Tadi cewek ini bilang apa? Baru ketemu?

“Gue nggak mau tau, lo benerin camera gue!!”lanjut Ify begitu tak ada respon dari cowok di depannya. Cowok itu langsung tersadar.

“Berapa sih harga camera lo? Gue beliin yang baru deh,”ujar cowok itu tanpa dosa. Ify geram sekali lagi. Ini cowok bener-bener .... !

“Gue bilang BE-NE-RIN! Bukan ganti. Gue bisa beli yang baru kalo gue mau. Tapi di dalem camera ini ada banyak yang gak bisa lo bahkan gue sendiri membelinya. Sekarang gue bebasin lo supaya lo mikir caranya ngehargain orang pake sikap bukan uang. Ngerti?!” Ify segera pergi dari hadapan cowok ngeselin itu.

“Gue salah ya?”gumam cowok itu. Koridor yang tadinya ramai sekarang sudah kembali seperti biasa. Takut ketauan si cowok kalo dari tadi mereka sibuk nontonin perang idolanya sama si cewek camera tadi.

***

Acha yang melihat sahabatnya monyong-monyong waktu masuk kelas langsung tau dia kenapa. Kalo udah monyong begitu pasti ada yang rese. Malah lebih parahnya lagi si Ify monyong-monyong sambil natap cameranya. Apa dia putus sama pacar eh cameranya? Acha jadi mikir yang enggak-enggak. Gimana kalo ternyata Ify emang prustasi gara-gara putus sama camera? Ah nggak mungkin. Kalo udah putus, masak masih dibawa-bawa aja sama Ify? Dielus-elus begitu lagi.

“Lo kenape sih tung?” Ify langsung menceritakan kronologis kejadian tadi pagi yang membuat pacar tercintanya si camera cidera. Acha cuma manggut-manggut berusaha ngerti. Ah tapi Acha kesel juga! Kan selama ini yang ngefotoin Acha ya si Ify pake SLRnya. Ntar foto dia nggak jadi daftar populer lagi donk di instagram? Ify kan photographer hebat!

“Kurang ajar banget sih. Emang siapa yang si cowok nyebelin itu?”tanya Acha menggebu-gebu. Ify hanya mengedikkan bahunya.

“Kalo gue liat ntar gue kasih tau.” Acha hanya mengangguk pasrah.

Lima menit kemudian bel masuk berbunyi. Ify dan Acha sudah menyiapkan buku mereka di atas meja, termasuk rutinitas mereka dari dulu. Yang ngajarin itu Mamanya Acha. Katanya biar terbiasa melakukan sesuatu secara disiplin. Sayangnya mereka nggak pernah merasa jadi anak disiplin sih.

Tiba-tiba bu Erita datang bersama anak cowok yang sangat seksi. Mata Ify terbelalak ketika melihat wajahnya. Ify langsung menyenggol siku Acha, membuat gadis itu menoleh ke arah Ify.

“Itu yang gue maksud. Cowok ngeselin tadi pagi,”bisik Ify.

“Hah?” Cuma itu yang keluar dari bibir Acha. Ify jadi kesal sendiri.

“Tanggepannya jangan gitu donk chul!”dengus Ify.

“Lo nggak tau siapa dia tung?”tanya Acha. Ify menggeleng, ia jadi ingat cowok itu tadi sempet keliatan bingung waktu Ify bilang ‘baru aja ketemu’.

“Dia Rio, tung. Si Mario Jaden Stev anak kelas sebelah yang populer itu. Most wanted, terkenal cool. Pokoknya idaman anak cewek banget. Lo kemana aja sih? Makanya jangan pacaran sama benda mati mulu!” Ify hanya bisa menatap Acha tak percaya. Cowok ngeselin kayak dia most wanted?

“Terus ngapain di sini?”tanya ify. Acha hanya menggeleng tanda tak mengerti.

“Selamat pagi anak-anak. Perkenalkan ya ini Mario, anak kelas sebelah yang sekarang jadi temen sekelas kalian. Ini kesalahan dari TU yang salah mengetik, harusnya dia di kelas ini tetapi malah ditulis di kelas sebelah,”jelas bu Erita yang bikin Ify makin gedek. Bakal satu kelas selama setahun sama cowok ngeselin? Oh God!

“Hallo semua. Nama saya Mario Jaden Stev, bisa dipanggil Rio. Semoga kita bisa berteman dengan baik,”ujar Rio dengan senyumnya seperti biasa. Bahkan bu Erita ikut-ikutan melting.

“Apaan bertemen baik? Yang ada gue enek ada elo,”desis Ify.

“Rio, kamu duduk dengan Sivia. Itu yang pakai bandana hijau,”ujar bu Erita. Rio langsung menangkap sosok .... cewek camera? Ya. Bukannya melihat cewek yang namanya Sivia, Rio malah terlebih dahulu melihat cewek camera itu sedang monyong-monyong.

Rio segera menuju bangkunya. Sempat dia melirik cewek camera itu dan tanpa sengaja melihat cameranya rusak parah di atas meja, Rio jadi makin nggak enak hati sama dia. Tapi si cowok ini berusaha biasa saja. Dengan cuek, dia duduk di samping cewek yang namanya Sivia.

“Hai, gue Rio. Lo?”sapa Rio dengan coolnya. Cowok itu mengulurkan tangannya, tak tau jika Ify di depannya udah monyong-monyong nyibir Rio yang –katanya sok kecakepan.

“Hallo Rio. Gue Sivia Ayu Via, panggil apa aja oleh-oleh wae asal orak Ayu masalahe aku orak ayu,”balas Sivia dengan khas medoknya. Rio jadi mengernyit heran, ini cewek ngomong apa sih? Begitu tanya Rio entah pada siapa, masalahnya dia nanya dalem hati.

“Aduh.. lo ngomong apa ya?”tanya Rio sambil menggaruk tengkuknya. Ify dan Acha udah cekikikan mendengarnya.

“Mposss lo!”seru Ify dalam hati.

“Lah lo orang mana? Basa Jawa wae orak ngerti,”gedek Sivia. Suaranya sedikit keras sampe kedengeran ke telinga Ify dan Acha. Tentu aja keduanya nggak bisa nahan ketawa.

“Heh, siapa suruh lo ketawa?”sengit Rio. Ify diam lalu tersenyum meremehkan.

“Why not?”tajam Ify. Rio memilih diam dan fokus terhadap materi bu Erita. Sedangkan Ify merasa menang!

Setelah dua jam pelajaran, bel istirahat berbunyi. Ify dan Acha segera membereskan buku-buku mereka. Ify memijat keningnya, bingung harus berbuat apa pada cameranya. Tiba-tiba Sivia menyentuh bahu Ify. Gadis itu terpaksa menoleh.

“Camera lo kenopo?”tanya Sivia medok banget.

“Rusak,”singkat Ify.

“Ngarep sekolah tho ada tempat service camera. Jajal ke sana,”nasihat Sivia. Ify menggeleng.

“Nggo duitku sik orak opo-opo, yang penting lo bisa motret meneh,”tambah Sivia. Ify sama sekali nggak sadar kalau Rio masih berada di belakangnya, mendengarkan percakapannya dengan si anak jawa di sampingnya.

“Nggak usah siv. Gue masih lama ada duitnya soalnya kan kemaren baru gue pake,”tolak Ify.

“Nanti pulang sekolah ikut gue.” Ify terkesiap mendengar suara Rio.

“OGAH!”tolak Ify mentah-mentah.

“Gue bilang ikut. Awas kalo lo nolak,”ancam Rio kemudian keluar dari kelas begitu saja. Sampai di pintu dia ketemu Ozy, Rio langsung lari nyari Alvin.

“Yahh marioku kok pergi sicchh,”ngondek Ozy secara spontan ketika melihat Rio langsung berlari ketika melihatnya.

Sementara Ify masih mengernyit heran termasuk Sivia dan Acha. Mereka malah saling melirik.

“Kowe kenal Rio fy?”tanya Sivia.

“Siv, bisa nggak sih nggak usah disisipin bahasa jawa? Gue gedek dengernya. Mana lo medok banget lagi,”sahut Acha.

“Ini budaya cha. Harus dilestarikan,”alibi Sivia. Acha hanya menyibir.

“Duh apa deh kalian. Gue nggak kenal si cowok rese tadi. Tau aja barusan,”dengus Ify. Sivia hanya membulatkan bibirnya.

***

Alvin udah nongkrong di kantin begitu Rio sampai di sana. Sebelumnya Rio udah ke kelas Alvin. Cowok itu langsung menyambar minuman Alvin tanpa ijin, Alvin sendiri baru menyuapkan mie ayamnya ke mulut. Dia tak ambil pusing. Setelah menelan mienya, Alvin langsung meminum minumannya yang tinggal setengah. Jadi, Rio dan Alvin minum satu gelas berdua. Sweet kan?

“Dari mana aja lo?”tanya Alvin.

“Harusnya gue nanya elo bego!” Rio menjitak kepala Alvin.

“Yee woles kali,”cibir Alvin. Rio hanya cuek.

Tak lama kemudian Alvin menangkap sosok Ify dan teman-temannya sedang menuju kantin. Tepatnya masih berada di bibir kantin. Setelah hampir dekat, Alvin menyempatkan diri menyapa Ify. Ah bukan menyapa selamat pagi tapi ....

“TUNG! Pulang sekolah suruh adek lo balikin Marsha!”seru Alvin. Tanpa diberi kode lagi, Ify sudah sadar itu untuknya.

“Iye kalo gue nggak tidur,”jawab Ify cuek lantas memilih bangku yang jauh dari bangku Alvin dan Rio.

“Lo kenal dia?”tanya Rio.

“Ify maksud lo? Dia tetangga gue,”respon Alvin.

“Namanya Ify? Dia galak ye. Gue udah berurusan sama monster kayak dia gara-gara jatohin cameranya,”curhat Rio. Alvin hampir aja ketawa tapi berusaha ia tahan.

“Dia keliatannya aja kalem tapi kalo udah ada yang rese emang bakalan jadi monster. Hati-hati lo jatuh cinta sama dia, haha,”goda Alvin.

“Ngawur lo ah! Amit-amit, yang ada gue nggak selamet, hii...” Alvin terkikik. Belum kena pesona Ify sih, coba kalo liat Ify lagi motret. Beuhh!

“Eh tadi lo panggil dia apa? Tung? Panggilan sayang ya?”tanya Rio tanpa dosa. Niatnya sih ngegodain.

“Iya donk! Tung emang panggilan sayang,”jawab Alvin sekenanya yang membuat Rio tersedak.

“Apa apa? Lo?? Jadi... lo?” Alvin bener-bener ngakak liat temennya yang satu ini.

“Tung emang panggilan sayang dari orang-orang terdekatnya kayak gue, marsha adek gue, rafli adek dia sama si acha tuh sahabatnya dari orok. Lo kira gue naksir Ify gitu? Ah gue kan naksirnya ke elo yo..”balas Alvin sambil menggoda. Rio jadi kesel sendiri.

“Lo jangan kayak Ozy deh,”sengit Rio.

“Gue kan nggak suka pink tapi merah jambu!” Rio makin bergidik.

“Lo bertingkah gue tonjok!”ancam Rio.

“Hahahahahaa..”

Sementara di bangku Ify, Acha dan Ify sendiri udah nguap lebar denger Sivia khotbah tentang keris cuma karena liat sampul buku adek kelas gambarnya keris. Khas dengan jawa. Cewek ini terus aja bercerita panjang lebar dengan suara medoknya.

“Ehh ehh... Rio sama Alvin mesra banget ya,”celetuk Acha yang membuat Sivia diam.

“Wahh iya tuh, jangan-jangan mereka maho,”timpal Ify yang lebih tepatnya ikut mengalihkan perhatian supaya Sivia nggak nyerocos lagi. Udah capek dengernya, malu-maluin lagi, ya kan? Lagian Ify juga ogah liat muka sok cool Rio.

“Lebih mesra dari pada lo sama si bohay fy,”sahut Sivia. Informasi aja, bohay itu nama camera SLR Ify.

Pluk. Sedotan yang Ify pegang melayang ke wajah Sivia, “Tetep gue sama bohay itu udah yang paling pas! Nggak ada yang lain!”tegas Ify yang tak mau dikalahkan sebagai the best couple.

Gimana nggak the best kalo tiap ada Ify pasti ada bohay. Tidur juga bareng, cuma mandi aja yang sendiri-sendiri soalnya bohay nggak suka air. Ntar kalo rusak Ify juga yang repot, eh tapi kan bohay sekarang emang lagi rusak gara-gara cowok sok cool itu?

“Serah lo ah,”acuh Sivia.

“Eh chul, ntar anterin gue ketemu si cowok sok cool ya,”ujar Ify. Acha berhenti memakan baksonya sejenak.

“Gue ada ekskul melukis. Emang lo nggak ada ekskul? Bukannya...”

“Ify mana pernah ikut ekskul! Orak tau babar blaasss!”potong Sivia. Acha sedikit ketawa ketika Sivia mengatakan ‘orak tau babar blas’. Dia nggak tau artinya tapi kedengerannya lucu aja.

“Sivia sayuuung, bisa nggak sih nggak usah nyisipin bahasa alien lo itu? Mana kesannya ngehina gue lagi. Gue kan anak OSIS, sibuk!”bantah Ify dengan muka juteknya.

“OSIS apaan? Kalo rapat aja lebih sering jadi tukang foto,”ledek Acha. Ify lagi-lagi monyong-monyong kayak lumba-lumba.

Karena sebentar lagi bel, mereka lebih milih ngabisin makanan dari pada ngebahas hal nggak penting meskipun dari tadi Sivia berusaha mengalihkan perhatian dengan cerita walang kekek-nya. Ya, gadis itu memang sangat welcome dengan budaya jawa. Padahal Sivia ini dibesarkan di Jakarta udah dari SMP.

***

Seorang pemuda menatap intens cewek di depannya. Sesekali melirik jam dinding yang menunjukkan bahwa sebentar lagi bel pulang sekolah, entah mengapa dia jadi nggak sabar buat berduaan sama cewek di depannya ini meskipun di tempat service. Ah apa-apaan sih! Kan tadi dia nggak suka sama si cewek ini karena nggak welcome sama dia. Eh tapi dia menarik juga.

“Duh gue jatuh cinta kayaknya, gini ya rasanya?”batin cowok itu.

“Yo, wes bel pulang. Nginep lo?” suara si gadis medok itu membuyarkan lamunannya.

“Eh udah bel? Hehe, nggak sadar,”balasnya. Si gadis medok yang tak lain adalah Sivia hanya berdecak.

“Minggir kowe, aku dienteni bapakku iki,”ujar Sivia. Rio yang hanya bisa mengerti kata ‘minggir’ langsung memberi jalan Sivia supaya bisa lewat.

“Duluan yo, fy, cha.” Ify dan Acha hanya mengacungkan jempolnya.

“Tung, gue ekskul dulu ya! Baek-baek lo,”pamit Acha.

“Sip chul, ntar malem gue ke rumah Alvin jadi nggak usah telepon ke rumah. Sekali-kali modal gitu kalo mau telpon gue,”balas Ify yang langsung dilempar kertas yang tadinya akan Acha buang. Ify sedikit meringis namun akhirnya tertawa juga. Acha tak menghiraukan, malah bergegas pergi.

“Ayo!” suara berat Rio membuat Ify tersadar kalo di kelas tinggal mereka berdua.

“Nggak deh. Gue mau pulang aja,”tolak Ify namun Rio malah bersikeras sampai menarik lengannya. Ify yang –kelihatannya risih hanya bisa pasrah. Dia nggak suka dipegang-pegang sama cowok yang menurutnya rese.

Sampai di tempat service. Ternyata tempat service di depan sekolah tutup. Rio berfikir sejenak, mengingat dimana tempat service yang paling dekat. Tapi nyatanya yang paling dekat justru juga jauh.

“Duh udah deh. Nggak usah sok bertanggung jawab lo,”cibir Ify. Tangannya dilipat, membuat Rio makin terkesan pada gadis ini. Disaat orang-orang berusaha menarik perhatiannya, Ify malah membuatnya untuk tertarik dengan sendirinya.

“Tanggung jawab? Emang gue ngapain elo?”goda Rio. Ify makin monyong-monyong. Rio geli melihatnya, kalo udah sebel gadis ini selalu monyong kayak gitu.

“Apa lo monyong-monyong? Mau dicium?”goda Rio lagi. Dalam hati si Ify udah misuh-misuh sama cowok sok cool ini, baru disadarinya cowok ini nggak cuma sok cool tapi juga otak mesum!

“Dasar omes!”maki Ify. Rio malah terkekeh, lucu aja liat ekspresi sebel Ify dan nggak ada saltingnya sama sekali. Beda sama cewek-cewek yang udah digodain Rio selama ini.

“Udah deh gue pulang aja. Thanks atas TANGGUNG JAWAB lo yang GAGAL ini,”tegas Ify. Baru saja dia akan melangkah pergi, Rio menahannya.

“Hehe, becanda cantik. Yuk ah kita cari tempat lain,”ujar Rio selembut mungkin yang membuat Ify jadi ENEK.

“Hhh.. Kalo gue nggak mau?”cuek Ify.

“Gue jadi pacar lo,”jawab Rio enteng. Ify spontan menjitak kepala Rio.

“Jangan asal nyablak lo! Nggak sudi gue punya cowok sok cool kayak lo. Udah sok cakep, rese, sok cool lagi! Hiiiii...” Ify berpura-pura merinding.

“Gue emang cakep kok, cool juga,”balas Rio.

“NGGAK ADA!”nyolot Ify.

“Ah ntar juga lo falling in love sama gue,”ujar Rio kepedean.

“Apaan sih, kayak nggak ada cowok lain aja. Udah deh, gue males ribut. Sekarang gue nurut sama elo, jadi nggak?” Ify mengalah. Menurutnya percuma juga ngomong sama anak rese kayak Rio ini. Yang ada dia tekanan batin.

“Kita pacaran aja gimana? Kan katanya lo nurut gue.” Oke, Ify udah pengen lepas sepatunya terus sumpelin ke mulut Rio yang dari tadi ngegombal mulu. Bener-bener sok cool!

“Lo ngomong aneh-aneh lagi, gue pulang,”ancam Ify. Pelan tapi tegas. Rio menggaruk tengkuknya.

“Oke oke. Ayo!” Rio menaiki motornya.

“Cepet naik.” Ify jadi ragu-ragu, kalo dia ngerjain gimana? Lagian bentuk motornya itu lohh....

“Jangan kudet lo sampe naik motor beginian aja pake mikir,”celetuk Rio. Ify memanyunkan bibirnya lantas membonceng.

“Jangan suruh gue pegangan!”seru Ify yang membuat Rio terkekeh. Tau aja yang dipikirin Rio.

“Ogah juga nyuruh lo pegangan,”bohong Rio. Ify jadi kesal karena menyuruh sopirnya datang ke sekolah naik taksi dan membawa mobil Ify pulang karena berfikir ia akan lama dan Rafli nggak bisa pulang.

Motor Rio melaju dengan kencang. Ify kesel setengah mampus, Rio pasti ngerjain. Begitu pikirnya. Mau tak mau tangan Ify bergerak ke jaket Rio dan menariknya sedikit untuk pegangan. Sampai Rio memberhentikan motornya di tempat service.

“Katanya nggak mau pegangan?”goda Rio. Ify merapikan rambutnya.

“Ini juga gara-gara lo bego. Dasar penyamun,”ketus Ify.

“Thanks. Cuma elo yang kasih julukan sebagus itu, perhatian banget lo ya. Kapan-kapan kita pacaran ya,”ceplos Rio. Ah! Dasar Rio rese!

***

Malemnya Ify benar-benar ke rumah Alvin. Mereka duduk di gazebo sementara Rafli dan Marsha belajar di ruang tengah. Kebetulan Alvin udah selesai ngerjain PR, padahal baru beberapa minggu masuk tapi PR udah nyerbu.

“Pin, gue heran deh sama temen lo itu. Masa tadi siang pulang sekolah dia ngerjain gue abis-abisan,”curhat Ify. Cewek itu langsung cerita semuanya dari A sampai Z.

“Haha. Namanya juga playboy tung.  Jangan kemakan pesona dia lo!”canda Alvin.

“AMIT-AMIT. Penyamun emang! Dia belum tau siapa gue, awas aja macem-macem udah gue gibeng, gue bikin rendang terus kasiin kucing biar mampus terus...”

“Wah siapa yang mauu dikasihin kucing?” Ify berhenti berkoar-koar lalu melihat cowok yang sedang dibicarakannya sedang mengerling ke arahnya. Ify jadi pengen bikin rendang beneran.

“Elo tuh yo mau dikasihin kucing, ye nggak tung?”sahut Alvin. Ify lantas melotot ke arahnya.

“Yahh sayang donk, kan gue ganteng. Buat lo aja gimana?” Ify MUAL!

“Ambil buat lo deh pin,”acuh Ify lalu beranjak dari tempatnya dan pergi begitu saja. Alvin tertawa lebar.

“YAAHH FYYY!! GUE MAUNYA SAMA CEWEK TULEN!!!”teriak Rio. Alvin lalu menirukan gaya Ozy ketika bertemu Rio.

“Gue makan lo!”ancam Rio.

“Hahaha. Udah gue bilang kan? Pesona lo itu nggak ngaruh buat Ify, malah kayaknya pesona Ify yang ngaruh di elo,”ledek Alvin. Rio menggaruk tengkuknya, salah tingkah.

“Iya sih dia menarik, hehe,”cengir Rio.

“Kejar aja yo. Dia manis kan? Gue aja suka liatnya.” Rio menjitak kepala Alvin.

“Mulai detik ini, Ify cuma boleh diambil Mario Jaden Stev!”tegas Rio.

“Iya, sama PENYAMUN. BUAKAKAKAKAKK!!!”timpal Alvin lantas pemuda itu berlari ke ruang tengah, Rio mengejarnya. Akhirnya Rafli dan Marsha ditambah Ify yang sedang melakukan aktivitas di sana jadi terganggu karena makhluk-makhluk ajaib ini.