"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Rabu, 01 Mei 2013

Camera In Love - Part 1 "Cowok Sok Cool! Penyamun!"



Tittle: Camera in Love
Author: Fanny Salma

Cowok Sok Cool! Penyamun!


Gadis blasteran dengan celana pendek bergambar dragon ball itu baru bangun dari hibernasinya. Gimana nggak disebut hibernasi? Karena kemarin hari minggu, kerjaan dia cuma tidur dan bangun kalo laper doang. Cewek itu menguap dengan lebarnya lalu dengan males-malesan melirik jam, udah jam 06.00 dan itu terasa singkat di tidur panjangnya cewek ini. Males-malesan lagi si cewek ini bangun dan langsung ke kamar mandi, dengan polosnya ia masuk gitu aja tanpa membuka pintu. Alhasil? Kejedot tuh hidung mancungnya.

“Rese! Yang naroh pintu disini siapa sih ah!”dumel cewek itu setengah sadar. Tiba-tiba ada suara orang terkikik lebar.

“Dari kita tinggal di sini juga tu pintu udah di sana kali tung! Makanya jangan ngebo mulu, haha.” Si cewek itu langsung melempar handuknya tepat ke muka si pemilik suara.

“WEESSS NYANTEE TUNG!” cewek itu memonyongkan bibirnya.

“RAFLIIIIII!!!!!! KELUAAAAARRR!!!” suara menggelegar si cewek langsung membuat si perusak suasana ciut hingga memilih kabur.

“AAAAAA ADA IFY SI MONSTER TUNG TUUUNG!!” si perusak suasana pagi yang disebut Rafli itu berlari sambil berteriak. Cewek yang namanya disebut-sebut sebagai monster tung tung langsung menyambar handuknya dan melanjutkan misi.

Beberapa menit kemudian pintu kamar yang bertuliskan ‘Ify Queena Cantik’ sudah tertutup rapat. Si pemilik kamar tersenyum puas setelah  menutup pintu kamarnya. Dengan langkah lebar, gadis yang sekarang memakai seragam bermotif batik dengan warna lembayung menuju ruang makan.

Di ruang makan sudah ada manusia kecil yang tadi pagi membuat kekacauan. Siapa lagi kalau bukan Rafli? Cowok manis berkulit sawo matang seperti papanya itu menyambut Ify dengan cengiran lebar. Ify hanya mencibir lalu mengalungkan SLR di lehernya lantas menghabiskan sarapan tanpa banyak bersuara. Sayang banget hari ini mereka sarapan roti karena Ify kesiangan.

“Gue nebeng ya tung, hehe.” Rafli menunjukkan deretan gigi putihnya sambil menatap Ify penuh harap. Tetapi gadis itu malah pura-pura berfikir.

“Duh kayaknya gue mau bersihin SLR deh,”gumam Ify.

“Ntar gue bersihin SLR lo sekinclong mungkin deh! Gimana?”sahut Rafli. Sebenernya Rafli tau si Ify lagi banyak modus, sekalian ngambil untung. Tapi gimana ya? Rafli kan baru masuk SMP beberapa bulan lalu jadi belum dibeliin motor, uang jajan juga lumayan buat nge-time zone.

“Sipp! Ayo!” Rafli tersenyum lebar.

“Yes, timezone!!”seru Rafli dengan senyum lebarnya. Meskipun harus berkorban bersihin SLR Ify.

***

Ify berjalan dikoridor. Ia melepaskan kalungan SLRnya lalu mengotak-atiknya. Sampai ketika ia melihat koridor jadi ramai, entah apa tapi Ify nggak tau dan nggak mau tau. Cewek itu berusaha melindungi camera SLRnya seperti melindungi pacarnya saat kerumunan itu semakin ramai saja. Jangan sampai jatuh! Begitu rapalnya dalam hati. Naas, dari depan tanpa diduga ada yang berlari dan menabraknya hingga camera Ify terpelanting cukup jauh.

Mata Ify hampir mengeluarkan air mata, begitu paniknya melihat keadaan camera SLRnya yang mengenaskan. Ify segera memungutnya dan mencari sosok yang telah menyebabkan cameranya rusak. Di depannya sudah ada cowok yang menggaruk tengkuknya dengan wajah sok polos. Ify geram.

“Tanggung jawab lo!”cerca Ify langsung menunjuk ke wajah cowok itu.

“Lah, kok gue? Kan salah lo juga berdiri di sini,”jawab si cowok yang ternyata menyebalkan di kesan pertama Ify.

“Enak aja lo ngeles. Gue dari tadi juga udah di sini tapi lo dateng pake lari dan nubruk gue. Makanya punya mata tuh dipake yang bener! Lo pikir camera gue harganya murah? Hah!!”bentak Ify. Si cowok itu mengernyit, dia juga tau kali kalo SLR harganya mahal.

“Halah, lo kalo mau caper nggak gini juga kali.” Jawaban cowok di depan Ify ini nggak seperti yang Ify harapkan. Apaan? Baru ketemu kan?

“Lo kalo ngomong dijaga ya! Atas dasar apa lo bilang gue caper? Kita aja baru ketemu. Dasar gila!!” gantian cowok di depannya yang linglung. Tadi cewek ini bilang apa? Baru ketemu?

“Gue nggak mau tau, lo benerin camera gue!!”lanjut Ify begitu tak ada respon dari cowok di depannya. Cowok itu langsung tersadar.

“Berapa sih harga camera lo? Gue beliin yang baru deh,”ujar cowok itu tanpa dosa. Ify geram sekali lagi. Ini cowok bener-bener .... !

“Gue bilang BE-NE-RIN! Bukan ganti. Gue bisa beli yang baru kalo gue mau. Tapi di dalem camera ini ada banyak yang gak bisa lo bahkan gue sendiri membelinya. Sekarang gue bebasin lo supaya lo mikir caranya ngehargain orang pake sikap bukan uang. Ngerti?!” Ify segera pergi dari hadapan cowok ngeselin itu.

“Gue salah ya?”gumam cowok itu. Koridor yang tadinya ramai sekarang sudah kembali seperti biasa. Takut ketauan si cowok kalo dari tadi mereka sibuk nontonin perang idolanya sama si cewek camera tadi.

***

Acha yang melihat sahabatnya monyong-monyong waktu masuk kelas langsung tau dia kenapa. Kalo udah monyong begitu pasti ada yang rese. Malah lebih parahnya lagi si Ify monyong-monyong sambil natap cameranya. Apa dia putus sama pacar eh cameranya? Acha jadi mikir yang enggak-enggak. Gimana kalo ternyata Ify emang prustasi gara-gara putus sama camera? Ah nggak mungkin. Kalo udah putus, masak masih dibawa-bawa aja sama Ify? Dielus-elus begitu lagi.

“Lo kenape sih tung?” Ify langsung menceritakan kronologis kejadian tadi pagi yang membuat pacar tercintanya si camera cidera. Acha cuma manggut-manggut berusaha ngerti. Ah tapi Acha kesel juga! Kan selama ini yang ngefotoin Acha ya si Ify pake SLRnya. Ntar foto dia nggak jadi daftar populer lagi donk di instagram? Ify kan photographer hebat!

“Kurang ajar banget sih. Emang siapa yang si cowok nyebelin itu?”tanya Acha menggebu-gebu. Ify hanya mengedikkan bahunya.

“Kalo gue liat ntar gue kasih tau.” Acha hanya mengangguk pasrah.

Lima menit kemudian bel masuk berbunyi. Ify dan Acha sudah menyiapkan buku mereka di atas meja, termasuk rutinitas mereka dari dulu. Yang ngajarin itu Mamanya Acha. Katanya biar terbiasa melakukan sesuatu secara disiplin. Sayangnya mereka nggak pernah merasa jadi anak disiplin sih.

Tiba-tiba bu Erita datang bersama anak cowok yang sangat seksi. Mata Ify terbelalak ketika melihat wajahnya. Ify langsung menyenggol siku Acha, membuat gadis itu menoleh ke arah Ify.

“Itu yang gue maksud. Cowok ngeselin tadi pagi,”bisik Ify.

“Hah?” Cuma itu yang keluar dari bibir Acha. Ify jadi kesal sendiri.

“Tanggepannya jangan gitu donk chul!”dengus Ify.

“Lo nggak tau siapa dia tung?”tanya Acha. Ify menggeleng, ia jadi ingat cowok itu tadi sempet keliatan bingung waktu Ify bilang ‘baru aja ketemu’.

“Dia Rio, tung. Si Mario Jaden Stev anak kelas sebelah yang populer itu. Most wanted, terkenal cool. Pokoknya idaman anak cewek banget. Lo kemana aja sih? Makanya jangan pacaran sama benda mati mulu!” Ify hanya bisa menatap Acha tak percaya. Cowok ngeselin kayak dia most wanted?

“Terus ngapain di sini?”tanya ify. Acha hanya menggeleng tanda tak mengerti.

“Selamat pagi anak-anak. Perkenalkan ya ini Mario, anak kelas sebelah yang sekarang jadi temen sekelas kalian. Ini kesalahan dari TU yang salah mengetik, harusnya dia di kelas ini tetapi malah ditulis di kelas sebelah,”jelas bu Erita yang bikin Ify makin gedek. Bakal satu kelas selama setahun sama cowok ngeselin? Oh God!

“Hallo semua. Nama saya Mario Jaden Stev, bisa dipanggil Rio. Semoga kita bisa berteman dengan baik,”ujar Rio dengan senyumnya seperti biasa. Bahkan bu Erita ikut-ikutan melting.

“Apaan bertemen baik? Yang ada gue enek ada elo,”desis Ify.

“Rio, kamu duduk dengan Sivia. Itu yang pakai bandana hijau,”ujar bu Erita. Rio langsung menangkap sosok .... cewek camera? Ya. Bukannya melihat cewek yang namanya Sivia, Rio malah terlebih dahulu melihat cewek camera itu sedang monyong-monyong.

Rio segera menuju bangkunya. Sempat dia melirik cewek camera itu dan tanpa sengaja melihat cameranya rusak parah di atas meja, Rio jadi makin nggak enak hati sama dia. Tapi si cowok ini berusaha biasa saja. Dengan cuek, dia duduk di samping cewek yang namanya Sivia.

“Hai, gue Rio. Lo?”sapa Rio dengan coolnya. Cowok itu mengulurkan tangannya, tak tau jika Ify di depannya udah monyong-monyong nyibir Rio yang –katanya sok kecakepan.

“Hallo Rio. Gue Sivia Ayu Via, panggil apa aja oleh-oleh wae asal orak Ayu masalahe aku orak ayu,”balas Sivia dengan khas medoknya. Rio jadi mengernyit heran, ini cewek ngomong apa sih? Begitu tanya Rio entah pada siapa, masalahnya dia nanya dalem hati.

“Aduh.. lo ngomong apa ya?”tanya Rio sambil menggaruk tengkuknya. Ify dan Acha udah cekikikan mendengarnya.

“Mposss lo!”seru Ify dalam hati.

“Lah lo orang mana? Basa Jawa wae orak ngerti,”gedek Sivia. Suaranya sedikit keras sampe kedengeran ke telinga Ify dan Acha. Tentu aja keduanya nggak bisa nahan ketawa.

“Heh, siapa suruh lo ketawa?”sengit Rio. Ify diam lalu tersenyum meremehkan.

“Why not?”tajam Ify. Rio memilih diam dan fokus terhadap materi bu Erita. Sedangkan Ify merasa menang!

Setelah dua jam pelajaran, bel istirahat berbunyi. Ify dan Acha segera membereskan buku-buku mereka. Ify memijat keningnya, bingung harus berbuat apa pada cameranya. Tiba-tiba Sivia menyentuh bahu Ify. Gadis itu terpaksa menoleh.

“Camera lo kenopo?”tanya Sivia medok banget.

“Rusak,”singkat Ify.

“Ngarep sekolah tho ada tempat service camera. Jajal ke sana,”nasihat Sivia. Ify menggeleng.

“Nggo duitku sik orak opo-opo, yang penting lo bisa motret meneh,”tambah Sivia. Ify sama sekali nggak sadar kalau Rio masih berada di belakangnya, mendengarkan percakapannya dengan si anak jawa di sampingnya.

“Nggak usah siv. Gue masih lama ada duitnya soalnya kan kemaren baru gue pake,”tolak Ify.

“Nanti pulang sekolah ikut gue.” Ify terkesiap mendengar suara Rio.

“OGAH!”tolak Ify mentah-mentah.

“Gue bilang ikut. Awas kalo lo nolak,”ancam Rio kemudian keluar dari kelas begitu saja. Sampai di pintu dia ketemu Ozy, Rio langsung lari nyari Alvin.

“Yahh marioku kok pergi sicchh,”ngondek Ozy secara spontan ketika melihat Rio langsung berlari ketika melihatnya.

Sementara Ify masih mengernyit heran termasuk Sivia dan Acha. Mereka malah saling melirik.

“Kowe kenal Rio fy?”tanya Sivia.

“Siv, bisa nggak sih nggak usah disisipin bahasa jawa? Gue gedek dengernya. Mana lo medok banget lagi,”sahut Acha.

“Ini budaya cha. Harus dilestarikan,”alibi Sivia. Acha hanya menyibir.

“Duh apa deh kalian. Gue nggak kenal si cowok rese tadi. Tau aja barusan,”dengus Ify. Sivia hanya membulatkan bibirnya.

***

Alvin udah nongkrong di kantin begitu Rio sampai di sana. Sebelumnya Rio udah ke kelas Alvin. Cowok itu langsung menyambar minuman Alvin tanpa ijin, Alvin sendiri baru menyuapkan mie ayamnya ke mulut. Dia tak ambil pusing. Setelah menelan mienya, Alvin langsung meminum minumannya yang tinggal setengah. Jadi, Rio dan Alvin minum satu gelas berdua. Sweet kan?

“Dari mana aja lo?”tanya Alvin.

“Harusnya gue nanya elo bego!” Rio menjitak kepala Alvin.

“Yee woles kali,”cibir Alvin. Rio hanya cuek.

Tak lama kemudian Alvin menangkap sosok Ify dan teman-temannya sedang menuju kantin. Tepatnya masih berada di bibir kantin. Setelah hampir dekat, Alvin menyempatkan diri menyapa Ify. Ah bukan menyapa selamat pagi tapi ....

“TUNG! Pulang sekolah suruh adek lo balikin Marsha!”seru Alvin. Tanpa diberi kode lagi, Ify sudah sadar itu untuknya.

“Iye kalo gue nggak tidur,”jawab Ify cuek lantas memilih bangku yang jauh dari bangku Alvin dan Rio.

“Lo kenal dia?”tanya Rio.

“Ify maksud lo? Dia tetangga gue,”respon Alvin.

“Namanya Ify? Dia galak ye. Gue udah berurusan sama monster kayak dia gara-gara jatohin cameranya,”curhat Rio. Alvin hampir aja ketawa tapi berusaha ia tahan.

“Dia keliatannya aja kalem tapi kalo udah ada yang rese emang bakalan jadi monster. Hati-hati lo jatuh cinta sama dia, haha,”goda Alvin.

“Ngawur lo ah! Amit-amit, yang ada gue nggak selamet, hii...” Alvin terkikik. Belum kena pesona Ify sih, coba kalo liat Ify lagi motret. Beuhh!

“Eh tadi lo panggil dia apa? Tung? Panggilan sayang ya?”tanya Rio tanpa dosa. Niatnya sih ngegodain.

“Iya donk! Tung emang panggilan sayang,”jawab Alvin sekenanya yang membuat Rio tersedak.

“Apa apa? Lo?? Jadi... lo?” Alvin bener-bener ngakak liat temennya yang satu ini.

“Tung emang panggilan sayang dari orang-orang terdekatnya kayak gue, marsha adek gue, rafli adek dia sama si acha tuh sahabatnya dari orok. Lo kira gue naksir Ify gitu? Ah gue kan naksirnya ke elo yo..”balas Alvin sambil menggoda. Rio jadi kesel sendiri.

“Lo jangan kayak Ozy deh,”sengit Rio.

“Gue kan nggak suka pink tapi merah jambu!” Rio makin bergidik.

“Lo bertingkah gue tonjok!”ancam Rio.

“Hahahahahaa..”

Sementara di bangku Ify, Acha dan Ify sendiri udah nguap lebar denger Sivia khotbah tentang keris cuma karena liat sampul buku adek kelas gambarnya keris. Khas dengan jawa. Cewek ini terus aja bercerita panjang lebar dengan suara medoknya.

“Ehh ehh... Rio sama Alvin mesra banget ya,”celetuk Acha yang membuat Sivia diam.

“Wahh iya tuh, jangan-jangan mereka maho,”timpal Ify yang lebih tepatnya ikut mengalihkan perhatian supaya Sivia nggak nyerocos lagi. Udah capek dengernya, malu-maluin lagi, ya kan? Lagian Ify juga ogah liat muka sok cool Rio.

“Lebih mesra dari pada lo sama si bohay fy,”sahut Sivia. Informasi aja, bohay itu nama camera SLR Ify.

Pluk. Sedotan yang Ify pegang melayang ke wajah Sivia, “Tetep gue sama bohay itu udah yang paling pas! Nggak ada yang lain!”tegas Ify yang tak mau dikalahkan sebagai the best couple.

Gimana nggak the best kalo tiap ada Ify pasti ada bohay. Tidur juga bareng, cuma mandi aja yang sendiri-sendiri soalnya bohay nggak suka air. Ntar kalo rusak Ify juga yang repot, eh tapi kan bohay sekarang emang lagi rusak gara-gara cowok sok cool itu?

“Serah lo ah,”acuh Sivia.

“Eh chul, ntar anterin gue ketemu si cowok sok cool ya,”ujar Ify. Acha berhenti memakan baksonya sejenak.

“Gue ada ekskul melukis. Emang lo nggak ada ekskul? Bukannya...”

“Ify mana pernah ikut ekskul! Orak tau babar blaasss!”potong Sivia. Acha sedikit ketawa ketika Sivia mengatakan ‘orak tau babar blas’. Dia nggak tau artinya tapi kedengerannya lucu aja.

“Sivia sayuuung, bisa nggak sih nggak usah nyisipin bahasa alien lo itu? Mana kesannya ngehina gue lagi. Gue kan anak OSIS, sibuk!”bantah Ify dengan muka juteknya.

“OSIS apaan? Kalo rapat aja lebih sering jadi tukang foto,”ledek Acha. Ify lagi-lagi monyong-monyong kayak lumba-lumba.

Karena sebentar lagi bel, mereka lebih milih ngabisin makanan dari pada ngebahas hal nggak penting meskipun dari tadi Sivia berusaha mengalihkan perhatian dengan cerita walang kekek-nya. Ya, gadis itu memang sangat welcome dengan budaya jawa. Padahal Sivia ini dibesarkan di Jakarta udah dari SMP.

***

Seorang pemuda menatap intens cewek di depannya. Sesekali melirik jam dinding yang menunjukkan bahwa sebentar lagi bel pulang sekolah, entah mengapa dia jadi nggak sabar buat berduaan sama cewek di depannya ini meskipun di tempat service. Ah apa-apaan sih! Kan tadi dia nggak suka sama si cewek ini karena nggak welcome sama dia. Eh tapi dia menarik juga.

“Duh gue jatuh cinta kayaknya, gini ya rasanya?”batin cowok itu.

“Yo, wes bel pulang. Nginep lo?” suara si gadis medok itu membuyarkan lamunannya.

“Eh udah bel? Hehe, nggak sadar,”balasnya. Si gadis medok yang tak lain adalah Sivia hanya berdecak.

“Minggir kowe, aku dienteni bapakku iki,”ujar Sivia. Rio yang hanya bisa mengerti kata ‘minggir’ langsung memberi jalan Sivia supaya bisa lewat.

“Duluan yo, fy, cha.” Ify dan Acha hanya mengacungkan jempolnya.

“Tung, gue ekskul dulu ya! Baek-baek lo,”pamit Acha.

“Sip chul, ntar malem gue ke rumah Alvin jadi nggak usah telepon ke rumah. Sekali-kali modal gitu kalo mau telpon gue,”balas Ify yang langsung dilempar kertas yang tadinya akan Acha buang. Ify sedikit meringis namun akhirnya tertawa juga. Acha tak menghiraukan, malah bergegas pergi.

“Ayo!” suara berat Rio membuat Ify tersadar kalo di kelas tinggal mereka berdua.

“Nggak deh. Gue mau pulang aja,”tolak Ify namun Rio malah bersikeras sampai menarik lengannya. Ify yang –kelihatannya risih hanya bisa pasrah. Dia nggak suka dipegang-pegang sama cowok yang menurutnya rese.

Sampai di tempat service. Ternyata tempat service di depan sekolah tutup. Rio berfikir sejenak, mengingat dimana tempat service yang paling dekat. Tapi nyatanya yang paling dekat justru juga jauh.

“Duh udah deh. Nggak usah sok bertanggung jawab lo,”cibir Ify. Tangannya dilipat, membuat Rio makin terkesan pada gadis ini. Disaat orang-orang berusaha menarik perhatiannya, Ify malah membuatnya untuk tertarik dengan sendirinya.

“Tanggung jawab? Emang gue ngapain elo?”goda Rio. Ify makin monyong-monyong. Rio geli melihatnya, kalo udah sebel gadis ini selalu monyong kayak gitu.

“Apa lo monyong-monyong? Mau dicium?”goda Rio lagi. Dalam hati si Ify udah misuh-misuh sama cowok sok cool ini, baru disadarinya cowok ini nggak cuma sok cool tapi juga otak mesum!

“Dasar omes!”maki Ify. Rio malah terkekeh, lucu aja liat ekspresi sebel Ify dan nggak ada saltingnya sama sekali. Beda sama cewek-cewek yang udah digodain Rio selama ini.

“Udah deh gue pulang aja. Thanks atas TANGGUNG JAWAB lo yang GAGAL ini,”tegas Ify. Baru saja dia akan melangkah pergi, Rio menahannya.

“Hehe, becanda cantik. Yuk ah kita cari tempat lain,”ujar Rio selembut mungkin yang membuat Ify jadi ENEK.

“Hhh.. Kalo gue nggak mau?”cuek Ify.

“Gue jadi pacar lo,”jawab Rio enteng. Ify spontan menjitak kepala Rio.

“Jangan asal nyablak lo! Nggak sudi gue punya cowok sok cool kayak lo. Udah sok cakep, rese, sok cool lagi! Hiiiii...” Ify berpura-pura merinding.

“Gue emang cakep kok, cool juga,”balas Rio.

“NGGAK ADA!”nyolot Ify.

“Ah ntar juga lo falling in love sama gue,”ujar Rio kepedean.

“Apaan sih, kayak nggak ada cowok lain aja. Udah deh, gue males ribut. Sekarang gue nurut sama elo, jadi nggak?” Ify mengalah. Menurutnya percuma juga ngomong sama anak rese kayak Rio ini. Yang ada dia tekanan batin.

“Kita pacaran aja gimana? Kan katanya lo nurut gue.” Oke, Ify udah pengen lepas sepatunya terus sumpelin ke mulut Rio yang dari tadi ngegombal mulu. Bener-bener sok cool!

“Lo ngomong aneh-aneh lagi, gue pulang,”ancam Ify. Pelan tapi tegas. Rio menggaruk tengkuknya.

“Oke oke. Ayo!” Rio menaiki motornya.

“Cepet naik.” Ify jadi ragu-ragu, kalo dia ngerjain gimana? Lagian bentuk motornya itu lohh....

“Jangan kudet lo sampe naik motor beginian aja pake mikir,”celetuk Rio. Ify memanyunkan bibirnya lantas membonceng.

“Jangan suruh gue pegangan!”seru Ify yang membuat Rio terkekeh. Tau aja yang dipikirin Rio.

“Ogah juga nyuruh lo pegangan,”bohong Rio. Ify jadi kesal karena menyuruh sopirnya datang ke sekolah naik taksi dan membawa mobil Ify pulang karena berfikir ia akan lama dan Rafli nggak bisa pulang.

Motor Rio melaju dengan kencang. Ify kesel setengah mampus, Rio pasti ngerjain. Begitu pikirnya. Mau tak mau tangan Ify bergerak ke jaket Rio dan menariknya sedikit untuk pegangan. Sampai Rio memberhentikan motornya di tempat service.

“Katanya nggak mau pegangan?”goda Rio. Ify merapikan rambutnya.

“Ini juga gara-gara lo bego. Dasar penyamun,”ketus Ify.

“Thanks. Cuma elo yang kasih julukan sebagus itu, perhatian banget lo ya. Kapan-kapan kita pacaran ya,”ceplos Rio. Ah! Dasar Rio rese!

***

Malemnya Ify benar-benar ke rumah Alvin. Mereka duduk di gazebo sementara Rafli dan Marsha belajar di ruang tengah. Kebetulan Alvin udah selesai ngerjain PR, padahal baru beberapa minggu masuk tapi PR udah nyerbu.

“Pin, gue heran deh sama temen lo itu. Masa tadi siang pulang sekolah dia ngerjain gue abis-abisan,”curhat Ify. Cewek itu langsung cerita semuanya dari A sampai Z.

“Haha. Namanya juga playboy tung.  Jangan kemakan pesona dia lo!”canda Alvin.

“AMIT-AMIT. Penyamun emang! Dia belum tau siapa gue, awas aja macem-macem udah gue gibeng, gue bikin rendang terus kasiin kucing biar mampus terus...”

“Wah siapa yang mauu dikasihin kucing?” Ify berhenti berkoar-koar lalu melihat cowok yang sedang dibicarakannya sedang mengerling ke arahnya. Ify jadi pengen bikin rendang beneran.

“Elo tuh yo mau dikasihin kucing, ye nggak tung?”sahut Alvin. Ify lantas melotot ke arahnya.

“Yahh sayang donk, kan gue ganteng. Buat lo aja gimana?” Ify MUAL!

“Ambil buat lo deh pin,”acuh Ify lalu beranjak dari tempatnya dan pergi begitu saja. Alvin tertawa lebar.

“YAAHH FYYY!! GUE MAUNYA SAMA CEWEK TULEN!!!”teriak Rio. Alvin lalu menirukan gaya Ozy ketika bertemu Rio.

“Gue makan lo!”ancam Rio.

“Hahaha. Udah gue bilang kan? Pesona lo itu nggak ngaruh buat Ify, malah kayaknya pesona Ify yang ngaruh di elo,”ledek Alvin. Rio menggaruk tengkuknya, salah tingkah.

“Iya sih dia menarik, hehe,”cengir Rio.

“Kejar aja yo. Dia manis kan? Gue aja suka liatnya.” Rio menjitak kepala Alvin.

“Mulai detik ini, Ify cuma boleh diambil Mario Jaden Stev!”tegas Rio.

“Iya, sama PENYAMUN. BUAKAKAKAKAKK!!!”timpal Alvin lantas pemuda itu berlari ke ruang tengah, Rio mengejarnya. Akhirnya Rafli dan Marsha ditambah Ify yang sedang melakukan aktivitas di sana jadi terganggu karena makhluk-makhluk ajaib ini.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

lanjut dnk ! :)

Unknown mengatakan...

Lanjut

Posting Komentar