"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Rabu, 01 Mei 2013

Cerpen - Bidadari Surga


Tittle: Bidadari Surga
Author: Fanny Salma


Bidadari Surga
           
Pagi yang cerah itu Tania terbangun dari tidurnya. Setelah itu ia bersiap untuk pergi ke sekolah diantar papa. Tania bersekolah di SD Cemara Kasih. Di sana ia punya banyak teman karena Tania anak yang baik.
Sesampainya di sekolah, kaki Tania berhenti melangkah tepat di ruangan kelas empat. Di bangkunya sudah ada Khalif, teman sebangku yang sangat lucu dan sedikit narsis. Tania tersenyum kepadanya.
“Selamat pagi Khalif,”sapa Tania ramah.
“Selamat pagi juga Tania, udah ngerjain PR?”tanya Khalif.
“Udah donk. Kamu belum ya?”balas Tania masih dengan senyum ramah.
“Udah kok. Tadi malem kak Gabriel yang ngerjain, aku tidur. Hehe,”seringai Khalif.
“Wooo! Ngerjain sendiri donk lif, ntar kalau kamu nggak naik kelas gimana?” Khalif menggaruk bagian belakang kepalanya.
“Iya juga sih. Kalau gitu mulai sekarang aku mau belajar giat deh biar bisa ngerjain PR sendiri.” Tania tersenyum mendengarnya.
“Yap! Biar bisa jadi dokter kayak cita-cita kamu. Iya kan?”tanya Tania sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Ah Tania... aku kan emang calon dokter!” Tania tertawa. Khalif memang bercita-cita menjadi dokter.
Tiba-tiba dada Tania terasa sesak. Tanpa Tania ketahui lagi, semuanya menjadi gelap.

***

Tania membuka mata dan menatap ruangan yang serba putih. Sedikit melirik ke arah pintu, terlihat papa dan mama serta kak Alyssa sedang berbicara dengan dokter Zahra, wanita itu dokter Tania dan kak Alyssa sejak kecil. Tania penasaran dan memilih untuk mendekati mereka. Dengan langkah pelan, ia mulai mendengarkan dengan seksama perbincangan orang dewasa itu.
“Tania mengidap leukimia, saya tidak bisa memastikan sampai kapan dia akan bertahan. Mungkin hanya satu bulan tapi semua kita serahkan kepada Allah,”ujar dokter Zahra yang sengaja didengar oleh Tania.
“Apa? Leukimia? Anda pasti salah kan?”tanya Papa tak percaya.Terlihat mama sudah menangis di pelukan kak Alyssa.
“Maaf, hasil lab kami menyatakan demikian.” Dokter Zahra tertunduk pasrah.
“Adek saya nggak bakal mati dok!”tegas kak Alyssa. Sontak Tania mengerutkan kening karena mendengar kata ‘mati’.
“Aku bakalan mati?” begitu yang keluar dari mulut gadis itu secara tiba-tiba. Papa, Mama, kak Alyssa dan dokter Zahra langsung menyadari kehadiran Tania yang berada tepat di belakang mereka.
“Tania? Kok kamu di sini? Kamu masih sakit sayang,”ucap Papa lembut sambil mengelus puncak kepala Tania.
“Kalian kenapa nggak jawab pertanyaan Tania? Apa Tania bakalan mati?”tanya Tania sekali lagi tanpa memperdulikan perkataan Papa karena ia merasa diabaikan.
“Taniaa...”lirih Mama.
“Mama kenapa nangis? Karena Tania bakalan mati?” Tania bertanya demikian dengan wajah polosnya.
“Semua orang bakalan mati sayang,”sahut Papa.
“Mati itu apa?”tanya Tania polos.
“Mati itu kembali ke rumah Allah,”jawab Papa sambil terus mengelus puncak kepala Tania dengan senyumnya yang tiada pudar.
“Oh. Kalo gitu Tania nggak mau mati ah, Tania masih mau main sama mama, papa juga kak Alyssa.” Mama semakin terisak mendengar ucapan Tania.
“Tania, pulang yuk!”ajak kak Alyssa. Tania hanya mengangguk.
Kemudian mereka semua pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Mama sudah bisa tersenyum namun wajahnya masih terlihat sedih. Tania yang tidak tega langsung berinisiatif menyanyikan lagu kesukaannya untuk Mama.
“Kak, kakak main gitar ya. Aku mau nyanyi buat mama, lagu biasa ya kak,”pinta Tania ke kak Alyssa. Kakaknya itu mengacungkan jempolnya.
Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik... Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasanya... bagi hambanya yang sabar dan tak kenal putus asa....” lagu itu mengalun lembut dari bibir Tania.
Papa dan mama diam-diam mengucap syukur karena memiliki anak seperti Tania yang sudah berbakti kepada mereka selama ini. Tania yang membanggakan.
“Makasih ya sayang. Apapun yang terjadi, kamu jangan pernah putus asa ya,”ujar Mama lalu mencium Tania dan memeluknya erat. Papa dan kak Alyssa tersenyum lalu ikut memeluk Tania.

***

Esoknya di rumah, Tania menangis di depan Papa, Mama dan kak Alyssa. Bahkan ia sangat terisak.
“Pokoknya Tania nggak mau mati!”
“Dek, Allah itu udah mengatur segalanya. Kamu harus sabar,”ujar kak Alyssa.
“Kenapa Allah jahat sih kak? Tania kan pengen sama kalian terus,”balas Tania sambil terisak.
“Adek nggak boleh gitu ke Allah, ntar adek dosa loh. Kalau dosa masuk neraka,”jelas kak Alyssa. Papa dan Mama hanya terdiam, membiarkan kak Alyssa membujuk Tania.
“Neraka itu apa?”tanya Tania.
“Neraka itu tempatnya anak-anak nakal. Di sana serem deh! Adek nggak mau kan masuk sana? Beda sama di surga, di sana enak banget deh! Adek minta apa aja langsung di kasih sama Allah.” Tania mulai meredakan tangisnya.
“Kenapa Allah nggak kasih di sini aja?” kak Alyssa menggeleng.
“Karena Allah ingin kita menjadi kepompong dulu sebelum menjadi kupu-kupu makanya kita harus jadi anak baik kayak bidadari yang ada di surga ,”jawab kak Alyssa.
“Di surga ada bidadari? Cantik ya kak?” kak Alyssa mengangguk.
“Oh.. maafin Tania ya kak, ma, pa. Tania nggak mau sedih lagi, Tania juga mau jadi bidadari surga. Maafin adek ya..”

***

 Satu bulan kemudian operasi Tania mencapai kegagalan. Ia telah meninggal. Teman-teman SD Cemara Kasih berduka melihat kepergian teman mereka yang sangat baik itu.
“Khalif kangen Tania kak, temen-temen juga,”ujar Khalif yang sekarang ada di rumah Tania bersama kakaknya, kak Gabriel.
“Iya Khalif, kamu harus jadi anak baik kayak Tania ya!”balas kak Gabriel.
“Khalif janji, Khalif mau belajar giat supaya bisa pinter kayak Tania terus jadi dokter. Pasti Tania bangga sama Khalif,”ucap Khalif. Kak Gabriel tersenyum lalu mengajak Khalif berpamitan dan pulang ke rumah mereka.
“Mungkin Tania udah jadi bidadari surga ya ma,”ujar kak Alyssa setelah rumah menjadi sepi.
“Iya. Tania anak yang baik, semua yang baik pasti mendapatkan balasan yang baik juga,”jawab Mama.
“Alyssa sayang Tania,”ucap kak Alyssa.
“Iya kak. Tania pasti juga sayang banget sama kakak,”sahut Papa.
Mereka bertiga lalu mendoakan Tania supaya masuk surga karena selama ini telah menjadi anak yang berbakti dan berprestasi.

---END--

0 komentar:

Posting Komentar