Tittle: Cinta Dalam Hati Kini Bersemi
Author: Fanni Salma
Author: Fanni Salma
Bagaimana perasaanku sesungguhnya, yang bertahun-tahun ku
jaga, ku rawat dan ku teguhkan hanya untukmu.
Saat pertemuan singkat itu terjadi, ku rasakan debaran hebat
yang entah ku tak tau apa maksudnya. Saat kau tatap aku, bicara kepadaku dan
tersenyum untukku. Saat itu juga ku tergolek kaku.
Tak dapat ku artikan gejolak-gejolak yang muncul ketika aku
bersamamu. Namun, itu hanya sesaat! Yahh, ku dengar kau tengah jatuh cinta
kepada seorang gadis dan itu bukan aku. Ku tabahkan hati, ku relakan dirimu
untuknya.
“Hey. Lihatlah! Semua orang mengejeknya dengan gadis itu! Apa
mereka buta, jelas-jelas kau lebih dekat denganya.”celoteh sahabatku yang
mengetahui semua perasaanku. Saat ini, kami berada di ruang kelas.
“Huft.. biarlah, aku tak apa.”balasku lemah. Ia memincingkan
kepalanya dengan tatapan tak percaya.
“Aku tau di sini ada pembohong.”sindirnya. Ku bisukan bibir
dan hatiku, sekarang hanya ada namanya di otakku.
‘Oh Tuhan, aku harus bagaimana?’pikirku
Tiba-tiba kilasan masa lalu yang begitu indah muncul kembali,
saat pertama kali aku mengenalnya dan itu karna sahabatku yang bersepupu
denganya.
Awalnya memang aku hanya mengagumikarna dia ‘tampan’ tapi
lama-kelamaan , semakin aku mengenalnya rasa ini semakin tak dapat diartikan.
Sekeras apapun ku tepis, tetap saja semuanya menjadi semakin tak jelas. Yahh,
ku yakinkan diriku bahwa aku ‘mencintainya’ dan
benar-benar cinta kepadanya tapi kenapa? Saat aku sudah yakin, dia lebih memilih orang lain?
Ku langkahkan kaki begitu berat saat
aku berpapasan denganya, aku sungguh tak ingin mengenalnya sekarang. Tapi, aku
juga tak ingin dia tau tentang perasaanku dan ku mulai bersikap biasa saja.
“Haii.. mau kemana fy?”tanyanya
ramah. Ahh senyum itu, senyum yang telah membuatku jatuh cinta dan sekarang
membuatku menderita.
“Balik ke kelas.”jawabku sebiasa
mungkin.
“Tumben nggak sama Sivia?”
“Dia ngerjain PR. Sudah yah yo, aku
mau ke kelas.”kataku mengambil langkah cepat, aku tak kuat menyembunyikan semua
ni padanya.
‘Ify kenapa? Anehh.’kata Rio dalam
hati sambil menatap kepergian Ify.
Aku berusaha menenangkan pikiranku,
susah untukku melupakan dirinnya tapi jika ku tetap bertahan maka semuanya akan
sia-sia. Percuma mencintai orang lain yang tak pernah mencintaiku, bahkan tak
ada gunanya dan justru aku yang
tersakiti.
Aku kembali ke kelas dan duduk
termenung. Pikiranku bercabang, ohh rasanya aku ingin berteriak sekencang
mungkin.
“Hey ada apa denganmu?” Aku tak menggubris, tetap pada
lamunanku.
“Ify!!!”
“Eh, apa?”tanyaku gelagapan.
“Kau tak mendengarku? Ada apa denganmu? Apa karna sepupuku
itu? Ceritakan padaku!” ahh Sivia memang
seperti itu, tak bisa diam sama sekali.
“Jawablah!!”paksanya sambil menggoyangkan badanku.
“Ahh iya! Kau keturunan gorila ya? Tenagamu sungguh patut ku
acungi jempol.”sungutku kesal.
“Heheh.. aku tak peduli kau mau bilang apa tapi yang jelas
dirimu harus menceritakan semuanya!”
“Hei nona, itu namanya pemaksaan.”dengusku
“Ya memang! Kalau tak begitu, aku tau kau diam saja.” Aku
menghela nafas panjang.
“Iya!!”singkatku sedikit tak ikhlas.
“Yaudah! Cerita!”ucapnya tersenyum menang.
“Tadi aku ketemu sama Rio.”ungkapku kemudian menundukkan
kepala.
“Hah.. dia lagi dia lagi!! Apa perlu aku melabraknya?”
“Jangan!!”cegahku cepat.
“Huh.. aku heran kenapa aku bisa punya sepupu bodoh sepertinya??
Jelas-jelas kau mencintainya dengan tulus tapi kenapa dia tega menyia-nyiakan
dirimu? Ingin ku hajar anak itu!”
Aku tertawa kecil mendengarnya. Wajahnya menjadi lucu karena
pipi chubbynya semakin menggelembung, itu membuatku tertawa geli. Yah, Sivia
sahabat terbaikku.
“Kenapa tertawa? Harusnya kau mendukungku, nona.”
“Maafkan aku, tapi aku tak setuju denganmu.”kataku
“Mengapa? Menurutku, Rio pantas mendapatkan gadis sepertimu.
Bukan si De... de...”
“Dea maksudmu?”potongku
“Nah iya, Dea!! Kau tau sendiri dari lintar tentang Dea kan?
Playgirl dan mau menang sendiri. Aku tak mau sepupuku bersama gadis macam
itu.”cerocos Sivia
“Kamu memang benar vi, tapi semua butuh proses. Aku juga tak
memaksa Rio menyukaiku karna aku sadar, aku juga akan melakukan hal yang sama
seperti Rio jika aku di posisinya. Sejatinya, aku akan bertahan sekuat hatiku.”
Sivia memandangku bangga, entah mengapa aku melempar senyum keyakinan meski aku
sendiri tak yakin dengan apa yang ku ucapkan.
“Kau sungguh hebat, dan harus ku akui kau memang benar. Semua
butuh proses, aku yakin kau bisa Ify!”
Yahh, itulah indahnya persahabatan. Tertawa, bercanda,
menangis, terharu bahkan bahagia kami lakukan semuanya bersama. Awal SMA yang
indah menurutku, yahh memang awal. Semenjak kehadiranya, hidupku semakin
berwarna. Ku harap ceritaku juga akan happy ending seperti sinetron-sinetron
walau ku tahu itu mustahil, tapi tak salah kan bila aku berharap?
Kini, aku telah menjadi pianist terkenal. Itu artinya, sudah
sekitar 5 tahun aku menantinya. Hah, 5
tahun bukan waktu yang cepat bukan? Saat kelulusan, dia sempat menemuiku.
“Hai fy, selamat ya.”ucap Rio mengulurkan tangan. Akupun
membalas uluran tanganya.
“Thanks ya.” Memang, saat itu aku mendapat peringkat 1
pararel. Akupun tak tau bagaimana bisa.
“Ini buat kamu.”katanya memberikan jam tangan berwarna baby
pink.
“Untuk?”tanyaku heran, tentu saja! Aku tak berulang tahun
hari ini.
“Sebagai tanda persahabatan kita. Kamu pakai ya, dan jangan
hilang. Kalo hilang berarti kata sahabat diantara kita juga hilang.” Aku tak
mengerti maksud perkataanya, bahkan sama sekali tak mengerti. Tanpa seizinku,
Rio menarik pergelangan tanganku dan memakaikan jam tangan itu.
“Sudah ya, aku harus pergi. I’ll miss you, Fyswan.” Aku tak
menjawab malah mengamati pergelangnku. Hmm, ini memang seperti mimpi.
Sejak itulah, ia tak pernah menampakkan batng hidungnya. Ohh,
sudah 5 tahun dia tak ada kabar. Andai saja Sivia tak melanjutkan kuliah di
Aussy bersama Gabriel tunanganya, mungkin aku dapat bertanya denganya. Bisa
saja sih aku menghubunginya tapi sungguh aku tak ingin mengganggunya.
Tiba-tiba ku teringat besok aku ada show perdana di fx,
segera ku pejamkan mata dan membutakan malam ini.
Tepat pukul 09.00, aku telah siap mengenakan dress selutut
bercorak pink. Rambutku hanya tarhias dengan pita kecil di sebelah kanan, dan
high heels berwarna senada, tak lupa jam tangan baby pink pemberian Rio ku
pasang di pergelangan tangan kiri.
Ku langkahkan kaki menghampiri mama, papa dan kak Cakka.
“Selamat pagi, semua.”seruku
“Pagi juga, sayang.”
“Berangkat sekarang?”tanya kak Cakka. Aku hanya mengangguk.
“Ma, pa, Cakka nganter orang ngerepotin dulu ya.” Seketika,
tanganku melayang di bahu kak Cakka.
“Diihhh, kalo nggak ikhlas yaudah.”cibirku.
“Hehe, becanda kok. Yuk, ah!”
“Ma,pa. Ify berangkat dulu ya.”pamitku menyalami mama dan
papa.
“Iyah, maaf ya mama sama papa nggak bisa nemenin kamu.” Aku
hanya tersenyum kemudian melangkah pergi. Aku duduk di samping kak Cakka,
dengan gesit Jazz yang dikendarai kak Cakka melesat ke fx.
Ahh, ternyata sudah ramai. Huhh, semoga ini awal dari
semuanya.
Ku langkahkan kaki menuju stage dan berjalan mendekati grand
piano, pelan tapi pasti ku dentingkan grand piano itu. Suara musik klasik
Bethoveen mulai ku khayati, seakan-akan itu memang milikku.
Ku akhiri permainan pianoku, suara riuh penonton semakin
terdengar kencang. Hingga tiba dilagu terakhir.
“Ini tentang persahabatan, beruntung buat kalian yang punya
sahabat yang bisa buat sharing. Namun,
kadang kita mengartikan sahabat itu lain yaitu saat perasaan aneh itu mengakar
di hati kalian. Saat itulah dinamakan cinta, saat kalian tak ingin kehilanganya
sebagai panah hati walau tak mungkin dimiliki. Cinta begini.”
Aku bisa terima
Bila harus terluka
Karna ku terlalu
Mengenal hatimu
Aku telah mengira
Dari awal pertama
Kau takkan mungkin bisa
Berpaling darinya
Ternyata hatiku benar
Cintamu hanyalah sekedar
Tuk sementara
Akhirnya kita harus memilih
Satu yang pasti
Mana mungkin terus jalani
Cinta begini
Karna inta tak akan ingkari
Kembalilah pada dirinya
Biar ku yang mengalah
Aku terima
Prok,prok,prok
Tepuk tangan penonton kembali riuh, namun tiba-tiba seorang
pemuda naik ke atas stage. Ify menatap tak percaya.
“Rii...ooo”lirih Ify.
“Iya fy, ini aku.”kata Rio memeluk Ify erat.
“Yeah, did you remember when I said I’ll miss you? Ini
jawabanya, fy. Aku merindukanmu.”bisik Rio masi memeluk Ify yang diam terpaku.
“apa kau tak rindu padaku?”tanya Rio melepas pelukanya dan
menatap ify.
“of course.”balas ify memamerkan senyumnya.
Rio meraih pergelangan tangan Ify dan melepaskan jam tangan
itu, kemudian dilemparkan entah kemana.
“Kenapa kau lakukan itu?”tanya Ify kecewa.
“Kau ingat tentang jam itu kan?” ify hanya mengangguk.
“Jam itu sudah hilang, itu artinya kita bukan sahabat...” Ify
menangis tanpa sadar. Penontonpun ikut bingung dibuatnya.
“Kenapa yo?”tanya Ify parau.
“Karena aku nggak mau kita jadi sahabat. Aku suka sama kamu,
dari awal ketemu sampai kapanpun. Ify Swan, would you be my girl?”ungkap Rio
menggengam tangan Ify. Entah apa yang dirasakan, semuanya memang ending dengan
sebuah anggukan kecil dari Ify. Kemudian, Sivia dan Iel naik ke stage setelah
menyaksikan semuanya. Hmm, inilah yang dinantikan Ify. Happy ending with Rio
and her friends J
IFY P.O.V
Hey, mengertikah kalian dengan kisahku? Artinya, semua yang
kalian impikan butuh proses jadi jalanin aja apa yang ada di depan kalian. Dan
yakinlah, semua tak akan sia-sia justru keraguanlah yang akan menghancurkan
dinding pertahanan kita. Percaya, jika dia bersama orang lain maka dia tak pantas
untukmu atau mungkin kau terlalu berharga tapi jika dia pilihan yang tepat
untukmu maka dia akan kembali kepadamu J
-------------------------------------------THE
END--------------------------------------------------------