"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Rabu, 31 Juli 2013

Foto-foto Ray Prasetya & Ify Alyssa


Just share yaa! Nggak ada maksud apa-apa. Next time saya share foto lain kok :)








Kamis, 18 Juli 2013

Haters of Blink



BLiNK

Dari awal rencana terciptanya girlband Blink, aku udah yakin kalau ini satu-satunya girlband yang awesome. Terbukti waktu mereka promo pertama kali di fx, respon masyarakat udah bisa dibilang sangat bagus. Mereka banyak nyanyi secara live, tanpa lypsync seperti kebanyakan boyband & girlband.
Aku sih mengakui mereka emang keren bukan karna aku udah jadi member fandom salah satu personilnya tapi mereka emang patut diacungi jempol. Kapan lagi  sih ada girlband yang lebih mengutamakan kualitas suaranya? Yang nggak sekedar mangap-mangap aja di suatu acara? Oke nggak munafik Blink pernah lypsync tapi itu karna diminta dari pihak penyelenggara acara. Kalau mau nyanyi langsung juga mereka oke-oke aja (y)
Yang jadi masalah sekarang, heran sama akun haters yang selalu berusaha mencari cacatnya anak-anak Blink sampe liat fisik! Urusan fisik udah dari Allah yang kasih, nggak baik ngehina orang lewat ciptaan Allah, mau gimanapun bentuknya itu anugerah, salah satu bentuk ‘kebahagiaan’ dari Allah. Nah, sekarang aku mau bahas sesuatu yang sering diungkit-ungkit oleh haters Blink.

1.     DANCE
Dari pertama mereka gabung bahkan sebelum masuk kembali ke dunia pertelevisian, sudah ditegaskan kalau mereka lebih ‘mengutamakan kualitas suara’. Buat apa sih susah-susah ngedance kalau ujungnya suara cuma dari kaset? Lagian yang dinikmati dari musik pasti suara kan? Bukan dance. Yakali kalo di mp3 lebih merhatiin dance -_-
Nah! Berhubung mereka terlahir sebagai ‘girlband’ kan mau nggak mau mereka harus kasih dance disetiap performance? Ini yang perlu diacungi jempol, mereka masih mau belajar. Buktinya dari dance yang biasa-biasa aja sekarang udah lumayan keren.


2.     SUARA
Jujur aja aku pribadi nggak ngerti masalah ini. Hanya karna mereka sering falset & improve dibilang kayak suara kicauan burung? Please, setiap penyanyi pasti harus bisa falset sama improve atau setidaknya menguasai salah satunya. Dua hal itu paling penting dalam menyanyi. Kalau masih ada yang bilang suara member Blink jelek, coba cek telinga. Mana mungkin sih suara jelek tapi Ify jadi penyanyi jazz termuda? Sivia pernah join di salah satu grup vocal yang namanya cukup dikenal? Pricilla bisa terpilih di Musikal Laskar Pelangi? Febby pernah jadi penyanyi waktu kecil?
Semuanya dipilih pasti karna punya kualitas! Kalau suara Blink jelek, mana mungkin mereka diminta jadi bintang tamu konser besar Melly G? Parahnya lagi salah satu membernya, IFY Blink dilirik sama musisi luar negeri. Itu udah jadi bukti kalau  suara member Blink punya kualitas.

               
3.     PRESTASI
Blink terbentuk baru dua tahun, tapi yang diungkit udah urusan prestasi. Kalau urusan prestasi sih ada kok meskipun baru sedikit tapi cukup banyak untuk ukuran girlband baru. Kalau ditanya prestasi membernya sih malah lebih banyak. Kalau nggak percaya silakan searching google.


4.     ANAK IPS
Ini yang kemarin diungkit. Berhubung Ify, Via dan –katanya Pricilla ngambil jurusan IPS langsung di judge kalo mereka bodoh. Please, think again. Jadi, kalau anak IPS itu bodoh dan anak IPA pinter? Jujur aku tersinggung karna aku anak IPS haha-_-v
Intinya gini deh, nggak semua cita-cita orang itu sama. Ada yang lewat jalur IPA ada juga dari IPS, nah kalo cita-citanya lewat jalur IPS ngapain masuk IPA kan? Yang sering dilihat dari beberapa pandangan bahkan banyak pandangan sih, IPA lebih unggul dari IPS. Kenyataanya salah. Nggak ada yang unggul. Semuanya sama karna setiap materi yang diberikan berbeda, kalau nganggep pelajaran IPS lebih mudah kenapa nggak masuk IPS dan malah masuk IPA? Nah kan yang bodoh siapa coba -_- (Oke mungkin lain kali aku bahas masalah ini)
Member Blink sendiri jelas punya cita-cita, mereka nggak selamanya tergabung dalam Blink. Febby udah kuliah. Yang jadi permasalahan kan sisanya. Ify kenapa masuk IPS? Karna dia pengen kuliah di luar negeri, kuliah tentang musik kayak bakatnya. Dia pengen jadi musisi. Jelas terlihat dari kemampuannya dalam bermusik, dia bisa main banyak alat musik baik yang modern maupun tradisional bahkan nyiptain lagu. Dia masuk IPS bukan karna nggak bisa pelajaran IPA, justru nilai-nilainya dari SD sampe sekarang selalu keren! Seorang Ify pernah kecewa parah cuma karna dapet rangking 4, padahal itu sudah apresiasi banget untuk kesibukannya bareng Blink. Artinya, harusnya dia bisa lebih dari sekedar rangking 4. Cukup jelas bisa dibayangkan nilainya kayak apa. Dia bisa masuk jurusan IPA/yang lain tapi dia memilih IPS, bukan karna nggak bisa di IPA, meskipun dia nggak suka fisika tapi dia bisa masuk IPA. BISA. Begitu juga sama Via & Pricilla.
Masa depan orang mereka yang nentuin. Bukan penjurusan.



Oke, itu aja yang aku bahas. Ke-empat ini sering aku temui di akun haters, kadang aku mikir kenapa mereka berfikir sependek itu. Manusia nggak ada yang sempurna, kalau kalian bisa lebih dari yang kalian hina itu mungkin bisa dipertimbangkan tapi kalau kalian di bawah yang kalian hina? Mungkin kalian kurang berkaca :)
Ngutip tweet seseorang ya, “Kalian terlihat kecil ketika mengecilkan orang lain” . Maaf yang merasa tersinggung. Kita hidup untuk saling membenahi.

Singkat Cerita



Tittle: Singkat Cerita
Author: Fanni Salma



Terlalu banyak harapan tercetus begitu saja. Ingatkah? Saat kita sama-sama tertawa untuk hal sederhana yang kau ciptakan? Itu pertama kalinya aku berharap tentang suatu kisah yang menceritakan kita berdua, aku dan kamu. Nyatanya sekarang semuanya seolah pudar tanpa meninggalkan bekas. Hanya tersisa kenangan di masa lalu. Ah, aku yang mengenangnya bukan kita. Lalu hari-hari selanjutnya seakan aku tak pernah ingin melewatkan hal sederhana lewat sentuhan-sentuhan kecilmu yang lain.

Sekali saja aku ingin mengulang semuanya, supaya aku tau bagaimana caranya lepas dari jerat paksamu. Bukan, bukan aku menyesal telah menumbuhkan rasa yang harusnya aku bunuh jauh-jauh hari tapi aku terlalu mencinta hingga lupa bahwa dibalik itu semua harus tercipta luka. Andai kata waktu dapat diputar, andai kata kisah kita bisa diulang aku juga tak pernah tau apakah aku bisa mematikan benih-benih virus merah jambu ini. Entah, ini terlalu random. Aku bahkan belum mengenal benar siapa kamu, terlalu sulit menyelami hati seseorang yang sebatas menganggap kita ada. Tak lebih.

Luka Dalam Hempas Harap


Tittle: Luka Dalam Hempas Harap
Author: Fanni Salma
NB: Request. Untuk semua readers yang 'masih gagal move on' 




                Terlalu lama aku menanti hingga aku lupa sudah berapa banyak waktu yang tersapu oleh ketidakpastian antara kita. Mungkin benar aku terlalu berharap, hingga tanpa sadar luka itu ada. Luka yang selama ini aku jaga supaya tak nampak namun tetap nampak juga, ia terus merobek seluruh sistem pertahananku. Tanpa tau malu, luka itu masih saja terus bergelayut manja dalam sosokku.
                Luka yang sederhana. Ketika aku sadar bahwa banyak yang ‘lebih baik’ dibanding aku untuk berada di sampingmu, menemani langkahmu, menggantikan tawaku dengan tawanya, bersendau gurau hingga mungkin berbagi kesedihan bersama. Aku merasa tersudut, dalam sisi gelap yang tak pernah terlihat oleh orang lain bahkan dirasakan. Semua itu entah kenapa membuatku semakin ‘tahu diri’ tentang takdir Tuhan. Harapan demi harapan terapal begitu saja, ketika keajaiban itu datang –seperti saat aku diperkenankan menikmati sosokmu dalam jarak jauh aku tersenyum. Setidaknya dengan cara ini lah aku merasa masih di sampingmu.
                Pernahkah kamu berfikir untuk berada dalam suatu kebahagiaan? Aku pun demikian. Bagiku, bahagian itu sederhana. Seperti saat Tuhan menghadiahkan kesehatan untuk umatnya. Tapi bukan munafik, aku ingin lebih dari sekedar itu. Aku ingin kita dekat, saling menghargai keberadaan masing-masing, bukan membiarkan salah satunya terjatuh tanpa diberi kesempatan untuk berpegangan.
                Sekali lagi, aku terlalu banyak berharap untuk sebuah ketidakpastian. Satu-satunya hal yang sudah pasti ada, menanti dan berharap adalah dua kata berkode yang selalu aku ungkit. Masih dengan nama dan perasaan yang sama, aku selalu meminta untuk tetap bisa berada di hidupmu, setidaknya dalam pengetahuanmu. Bukankah hujan selalu disertai kumulus abu-abu? Sama halnya dengan setiap doaku, ada kalanya terhempas begitu saja. Namun aku menikmatinya, membiarkan segalanya berjalan sesuai skenario Tuhan. Aku yakin setiap episode skenario itu adalah takdir terbaik untukku, untuk kisah singkat kita yang tak pernah kamu tau.

Lirik Hello Mellow - Blink

Cinta berubah tak lagi indah
Rindu menjelma terasa resah
Saat kita harus berpisah

Pedih luka di hati, sedih sendiri
Menangis jiwaku, jatuh air mataku

Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo

Kaki melangkah tak lagi sama
Nafas asmara seakan hampa
Saat kita harus kecewa

Pedih luka di hati (di hati)
Jatuh air mataku

Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo

Diserang rasa tak bisa ku halau, kata orang itu namanya galau
Waktu berputar seakan salah, please welcome wahai mellow
Berkecamuk dalam sanubari, seakan tak sanggup aku berdiri
Sepi menahan tangis sendiri, miris terasa menemani

Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo

Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo



link download: http://www.index-of-mp3s.com/download/lagu/4a1b782f/blink-hello-mellow/

Camera In Love - Part 3 "My Bohay! Aihh..."


Tittle: Camera In Love
Author: Fanny Salma

My Bohay! Aihh...


Sudah sejam pelajaran berlalu bu Okky bercelotehria tanpa jeda sedetikpun. Anak-anak di kelas Ify sudah benar-benar jengah bahkan mengantuk namun tak berani berbuat apa-apa, satu fakta yang mereka tau kalo bu Okky ini guru paling galak dan killer. Siapapun yang bikin pelajarannya keganggu beliau nggak akan kasih ampun! Ngeri nggak tuh? Sayangnya pelajaran bu Okky masih satu jam pelajaran lagi. Hawa-hawa nggak enak mulai dirasain Ify waktu tiba-tiba di mejanya udah ada gumpalan kertas dari belakangg. Awalnya gadis itu membiarkan benda itu di depannya tapi semakin lama malah membuatnya ingin membuka benda itu. Oke, Ify ngalah. Gadis cantik yang biasa-biasa aja di sekolahnya itu membuka kertas itu dan tiba-tiba...

“RIIIOOOOOO!!!” semua mata sudah tertuju pada sosok Ify yang meremas kertas di tangan kanannya, seakan-akan Ify adalah sosok baru Miss Universe yang nyasar ke sekolah ini. Bukan. Bukan itu yang menjadi masalah tapi bu Okky yang tadinya nyerocos sampe berbusa ikut menatap ke arah Ify.

“Ify Queena Alyssa! Kamu mengacau di pelajaran saya!” Ify langsung kicep. Dia sama sekali nggak sadar udah teriak di pelajaran killer, di belakang Rio sudah menepuk keningnya sendiri akibat ulah Ify yang ekstrem.

“Umm... maaf bu, itu salah Rio... iya salah Rio!”bantah Ify yang membuat makhluk di belakangnya udah pengen kabur sekarang juga.

“Kamu dan Rio sekarang juga pergi ke perpus sampai pelajaran saya selesai. Saya tidak suka ada siswa yang meracau di pelajaran saya. SEKARANG!”tegas bu Okky tanpa senyum sedetik saja, yang ada wajahnya selalu garang dan angkuh. Ify udah pasrah dan berjalan keluar diikuti Rio.

“Makasih ibu guru cantik!”celetuk Rio dengan senyuman coolnya, gingsulnya sampai keliatan dan itu bikin melting. Ify cuma mencibir lalu segera ke perpus.

Sampai di perpustakaan, Ify mencoba mencari tempat yang pas. Setidaknya hari ini tidak ada yang jaga perpus jadi gadis itu nggak perlu meladeni pertanyaan-pertanyaan bodoh yang membuatnya musti berada di tempat angker ini. Ah, baru mendaratkan pantatnya di salah satu bangku tiba-tiba di depannya muncul sosok orang nyebelin seantero jagat raya. Siapa lagi kalo bukan Rio? Pemuda itu dengan wajah tanpa dosanya malah bersiul-siul di depan Ify. Niat untuk tidur di perpus –setidaknya sekalian untuk memanfaatkan keadaan diurungkan Ify.

“Bisa nggak sih nggak usah gangguin gue?”dengus Ify dengan nada frustasi. Rio mati-matian menahan tawa.

“Emang gue gangguin elo? Sebelah mananya?”tanya Rio jail.

“Dih! Lo pikir kita disini gara-gara siapa?!”sewot Ify yang langsung manyun-manyun nggak jelas. Ah itu yang membuat Rio selalu ingin di samping gadis ini. Lucu sekali.
“Biasa aja kali nadanya. Justru gue baik kan? Gara-gara ini kita jadi nggak perlu dengerin ocehannya bu Okky?” Ify sebenarnya ingin membenarkan ucapan Rio tapi yaa mau gimana lagi, tetep aja dia yang kena getahnya.

“Tau lah gue pusing!” Ify langsung menyandarkan kepalanya di atas meja. Gadis itu berniat tidur tapi...

“Lo tidur gue jamin nggak selamat!”ancam Rio. Ify bergidik ngeri, benar juga sih. Dia melek aja ngak selamat dari Rio, apalagi merem?

“Isshh! Lo tuh yaa...!” Rio tergelak melihat ekspresi Ify yang selalu khas, alami dan tidak dibuat-buat. Gadis ini hebat sekali dalam mengekspresikan diri berbeda dengan gadis-gadis lain yang berusaha mengejar-ngejar Rio.

“Oh iya camera lo udah bener. Ntar pulang sekolah kita ambil,”ujar Rio. Mata Ify lantas berbinar-binar, “Serius lo?” Rio terlihat mengerutkan kening namun sedetik kemudian menganggguk.

“Hueee akhirnya bohay sembuh jugaaa,” Rio ketawa ngakak begitu mendengarnya.

“Apa lo bilang? Bohay? Buakakakakak!” Ify lantas meninju bahu Rio dengan kasar membuat Rio berhenti tertawa dan mengelus bahunya.

“Lo makan apa sih? Sakit taplak!” gantian Ify yang tertawa.

“MAMPOSS!!! HAHAHA,” Rio mencibir, ia lupa kalau di sebelahnya ini putri yang menjelma jadi monster. Ckck.

“Untung lo cantik,”desis Rio dalam hati.


***

 Langkah besar Obiet membuat Acha susah menyamakan langkahnya. Gadis cantik dan mungil itu dengan kesal menyentakkan kakinya membuat Obiet kaget dan membalikkan badannya. Begitu melihat, Obiet makin kaget karna ternyata cewek yang sedari tadi ngintilin dia jatuh tersungkur di lantai. Bukannya nolongin, Obiet malah tertawa puas. Pemuda itu seakan-akan merasa tak punya dosa dengan pedenya menertawai kesialan Acha, membuat gadis itu dongkol dan ingin memakannya sekarang juga. Tanpa menunggu Obiet membantunya berdiri –karena tau diri si Acha langsung berdiri sendiri dan menatap Obiet garang. Mulutnya udah ngeluarin busa tapi sebelum nyerocos yang ada cowok ini malah nyeramahi Acha duluan.

“Makanya kalo jalan itu pake kaki yang bener cha, kalo lo jatuh siapa yang mau nolongin coba? Yang ada orang ketawa duluan dan lupa mau nolongin. Lo sih terlalu fokus merhatiin gue dari belakang, makanya kalo liat cowok cakep biasa aja. Liat kan kalo udah gini gue jadi makin ganteng,”cerocos Obiet tanpa jeda. Acha yang tadinya mau marah jadi mikir lagi, Obiet makan apa sampai ngomong panjang lebar begitu dalam satu tarikan nafas? Hebat sekali!

“Heh... helloo... Achaaa?? Acha archyda??” Acha tersadar lalu kembali menatap Obiet seakan-akan ia akan menerkam makhluk ini.

“Lo tuh gimana sih! Gue kesel lo jalan cepet-cepet, niatnya mau ngehentakin kaki biar lo berenti eh gue kesrimpet,”dumel Acha disertai curhatannya.

Cowok di depannya ini jadi bingung. Dia sama sekali nggak ngerti letak kesalahannya dimana karena memang dari tadi juga jalannya cepet. Ngapain nungguin Acha coba? Buat apa? Itu yang dipikirkannya.

“Lo kenapa deh? Gue mau ke ruangan wali kelas kenapa lo ngintilin?”tanya Obiet dengan wajah bingung. Cowok itu berhasil bikin Acha mangap lebar.

“Jadi.... dari tadi lo pikir gue ngintilin elo gitu??”tanya Acha retoris. Obiet mengangguk dengan polos.

“OBIEEETTT!!! KITA TUH DIPANGGIL BARENG-BARENG TAPLAAAKKK!!!!!” teriakan Acha barusan mampu membuat Obiet nyengir kuda. Acha udah nggak paham kenapa punya temen bahkan ketua kelas kayak dia, dih amit-amit ngintilin cowok macam dia!

***

Ify sudah nangkring sendirian di kantin. Waktu bel tadi cewek ini langsung ke kelas nyari Acha sahabatnya atau seenggaknya Sivia deh tapi keduanya sama-sama nggak ada di kelas. Terpaksa dia sekarang duduk ditempat ini bersama sepiring siomay yang menggiurkan, ah tak lupa jus sirsak kesukaannya. Syahdu banget. Suapan siomay pertama udah bener-bener bikin Ify jatuh cinta, iya jatuh cinta sama siomay. Eh... jangan! Nggak boleh! Dia kan masih punya bohay. Pikiran Ify jadi kemana-mana sekarang. Baru akan menyuapkan siomay yang kedua, ada yang menepuk bahunya dari bekalang, tentu membuatnya kaget dan malah tersedak.

“Uhukk...” Ify lantas meraih jusnya terburu-buru, tak peduli hampir tumpah sekalipun.

Setelah meneguknya beberapa kali, gadis ini mencari orang yang hampir saja membunuhnya. Ah tak perlu mencari jauh-jauh, orang itu sudah memasang wajah cengar-cengirnya di depan Ify. Dasar! Ternyata Mario Jaden Stev si penyamun sok cool. Harusnya Ify sudah tau dari awal.

“Heh kalo gue mati keselek gimana?!”omel Ify. Gadis itu tak peduli banyak pasan mata yang menatapnya iri. Apa? Iri?!! Bisa diulang?? I-R-I! Iuh!

“Duh gue kan nggak maksud,” Rio menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal sama sekali.

“Mau sengaja kek, mau enggak terus gue pikirin gitu?!! Yang jelas gue kesel sama elo! Jauh-jauh kek dari hidup gue, muka lo jangan sok kecakepan!” seketika kantin dibuat melongo oleh gadis ini.

“Emang gue cakep kok,”bantah Rio tanpa dosa. Ify langsung pura-pura mual.

“Lo sama ini siomay juga cakepan siomay!”balas Ify menunjuk siomaynya. Tiba-tiba gadis ini laper, pengen ngabisin itu siomaynya lagi.

“Yah kok gitu,” Rio pura-pura sedih dan itu bikin Ify gedek. Ini spesies apa sih?!

“Udah sono lo! Gue mau makan!” Ify tak menggubris Rio lagi. Cewek ini asik melahap siomaynya.

“Ify sayang....”

“Uhukkk...” Ify minum jusnya lagi dan menatap galak ke arah Rio yang masih setia duduk di depannya.

“Dua kali lo bikin gue keselek!” Rio tertawa lalu mengerling nakal ke arah Ify seperti biasa. Kalo udah begini dia suka merinding di deket Rio. Sedetik kemudian Ify berusaha fokus ngabisin siomaynya. Setelah habis, cewek itu langsung ninggalin kantin –tepatnya ninggalin Rio dan balik ke kelas. Ah pemandangan kayak gini bikin Rio ketawa ngakak, ada ya gadis yang susah kejerat pesonanya?

***

Ify dari tadi ngomel mulu di jam kosong kali ini, ini semua gara-gara Acha sama Sivia yang tadi nggak ada di kelas waktu istirahat. Ah Ify kalo ngamuk kan langsung jadi monster, ya kayak gini. Telinga Acha dan Sivia udah nggak kuat lagi dengerin curhatan Ify tentang kesialannya ngadepin seorang Mario. Lagi-lagi cowok ini yang bikin Ify badmood kayak gini.

“Pokoknya gue sebel sebel sebel sama Rio rese! Penyamun yang sok cool itu! Nyebeliiiinnnnn!!!!” Ify udah mencak-mencak di bangkunya.

“Dih lo nyerocos mulu! Gue juga sial tau!” Acha gantian curhat masalah Obiet. Sejurus kemudian Sivia dan Ify tertawa ngakak.

“Hahaaa, cha makanya wes genah Obiet ki lumayan lemot ngapain iseh digagas,” ujar  Sivia menggunakan bahasa kebanggaannya. Acha nggak tau artinya tapi paham sekali dari nadanya gadis jawa ini tengah meledek.

“Yang satu jago ceramah, yang satu lagi kayak monster, cocok!”celetuk Ify tanpa dosa. Acha udah pengen ngelempar kaca kelas buat Ify, biar dia tau kalo yang mosnter itu Acha apa dia.

“Wes cha, ndang pacaran mbi Obiet!” Acha merutuki dirinya sendiri, harusnya dia nggak cerita ke bocah-bocah ini.

“Lo sana sama Alvin!” Sivia mengerutkan kening.

“Kok Alvin?”tanya Sivia bingung.

“Yaaa.... pengen aja, abisan gue bingung mau bilang siapa,”jawab Acha dengan polos. Ify langsung melemparinya dengan buku catatan.

“Sakit tung!”ringis Acha.

“Lo sih ngeselin,”acuh Ify. Sivia cuma geleng-geleng kepala.

Tak lama kemudian Rio datang ke kelas bersama Alvin. Ify melirik sinis ke arah Rio, pemuda itu duduk di bangkunya tanpa peduli bahwa bangkunya sedang diadakan rapat kecil. Alvin juga melakukan hal yang sama, ia mengambil kursi kosong di dekat meja Rio dan ikut bergabung. Ketiga gadis itu saling menatap galak seakan mengusir keduanya.

“Rio! Kowe ki tau nggak sih nak bangkune lagi dienggo?!”kesal Sivia. Sayangnya pemuda yang diajak bicara itu malah menatap Ify seakan bertanya –dia-bilang-apa- tapi Ify mengedikkan bahu, bukan tak peduli tetapi dia emang nggak paham Sivia ngomong apaan.

“Heh Rio! Kowe ki tak ajak ngomong malah sok pasang rai polos!”

“Heuhh! Gue nggak ngerti lo ngomong apa cantiikkkkk....” lama-lama Rio geregetan juga.

“Ehh... Ify jangan marah ya sayang, gue nggak maksud manggil dia cantik kok suer deh,”lanjut Rio menatap Ify yang malah ternganga. Rio bener-bener nggak waras!

“Kalian pacaran?”tanya Alvin polos.

“KAGAK!!!”tegas Ify.

“Ntar, nunggu waktu,”sahut Rio. Ify langsung menatap galak ke arah Rio.

“Kalo pacaran sih nggakpapa kok, gue setuju aja,” Alvin cekikikan sendiri melihat ekspresi Ify yang udah manyun-manyun kayak biasa.

“Lo hobby banget manyun-manyun kalo deket gue? Umm... secara nggak langsung sih itu bahasa tubuh orang minta dicium, lo mau dicium sama gue ya?” ucapan frontal Rio barusan malah membuat Ify makin manyun. Mana ada yang kayak begitu? Dasar penyamun!

“Otak lo sih belum diberesin. Gak sudi dicium playboy kayak elo, dihh,”ketus Ify. Sivia dan Acha geleng-geleng kepala sementara Alvin bener-bener nggak paham Rio tengilnya kebangetan.

“Awas aja kalo kita pacaran, beneran gue cium!”ancam Rio. Ify nggak paham lagi sama makhluk ini.

“Udah gue bilang, kita nggak bakalan pacaran! Mending gue jomblo seumur hidup!”balas Ify songong.

Rio tergelak. Cewek cantik kayak Ify bakalan jomblo? Nggak mungkin! Dengan pedenya Rio berceloteh bahwa kalopun Ify jomblo itu karna nungguin Rio nembak dia. Sejurus kemudian Ify ingin melepas sepatunya dan menjejalkannya di muka Rio. Iuh!

***

Rio menunggu Ify keluar kelas. Cowok ini udah nangkring di pos satpam nunggu Ify keluar, tadinya Rio mau langsung gelandang tangan Ify tapi berhubung masih ada guru yang kayaknya lagi ada perlu sama Ify dia dia keluar duluan. Cuma butuh waktu bentar Rio sudah bisa mengenali siapa yang keluar dari kelas, Ify. cewek itu hebat banget! Dari jarak jauh kayak gini Rio bisa tau kalo itu Ify. Ajaib kan? Bahkan saat Ify berada diantara banyak orang kayak gini dia juga bisa tau Ify yang mana. Ckck. Emang sih ya kalau udah cinta mau diapain lagi. Heh apa tadi? Cinta? Err... udah lah nggak perlu dibahas.

“Gue kira lo kabur,”ujar Rio saat Ify udah di depannya sekarang. Sekali lagi, banyak pasang mata yang menatapmereka iri. Mario si ganteng berjiwa playboy itu akhir-akhir ini cuma godain satu cewek aja, itu pun si cewek biasa-biasa aja.

“Yee kalo gue kabur terus bohay gue gimana?” Rio tergelak, ternyata demi si SLR sialan itu. Eh sialan? Nggak juga sih, kalo sialan itu SLR nggak mungkin bikin Rio bisa deket sama Ify. ya meskipun deket karena sering berantem.

“Naik!” Ify nurut, nggak berontak kayak dulu.

Lagi-lagi puluhan pasang mata itu mengigit jari mereka melihat Rio dan Ify yang –mereka pikir pulang bersama. Sweet sekali apalagi tadi Rio menunggu Ify di pos satpam.

“Pegangan! Gue mau ngebut!”seru Rio dibalik helm fullfacenya.

“OGAH!!!”Ify keukeuh untuk meletakkan tangan dikedua pahanya.

“Oke selamat datang dipertunjukkan Mario, sayang,”ujar Rio pelan sekali. Sedetik kemudian pemuda itu melajukan motornya dengan sangat cepat, membuat Ify mau tak mau memeluk Rio secara tiba-tiba.

Ify berusaha sekuat tenaga buat nggak meluk Rio tapi kenyataan berkata lain. Cewek itu memeluk Rio erat sekali, jantungnya sudah berpacu hebat karena takut jatuh. Dibalik itu semua Rio tersenyum puas dan malah menambah kecepatan. Ify sudah misuh-misuh dalem hati, pengennya dikeluarin langsung dari mulut tapi ketahan di tenggorokan. Tapi anehnya, kenapa Ify jadi deg-degan? Ah ... mungkin dia terlalu takut. Ya, pasti.

“RIOOOOO!!!!!” cowok di depan Ify kini sudah siap dengan segala amukan Ify. Padahal ini di tempat umum tapi Ify masih aja cuek seakan mereka tiang listrik yang dipajang disekitar jalan.

“Kan udah gue suruh pegangan,”elak Rio dengan nada nyolotnya.

“Ya tapi kan lo nggak perlu sampe ngebut!”balas Ify tak kalah nyolot.

“Gue kan udah bilang kalo mau ngebut sayaaaaaaaang,” Ify manyun-manyun lagi.

“Tapi kan jadinya gue meluk elo taplak!”

“Terus kenapa? Asik kan?” Rio memainkan matanya seperti biasa. Ify jadi salah tingkah tetapi ditahan jangan sampai ketauan Rio. Malu-maluin aja.

“Dihhh badan gue langsung gatel-gatel,”elak Ify yang membuat Rio tergelak.

“Dari pada lo ngomel mulu, mending kita buruan deh ambil SLR lo. Diliatin banyak orang noh,” Ify baru sadar bahwa sedari tadi orang-orang disini memperhatikan mereka.

“Ya udah ayo!” lagi-lagi Ify nggak sadar ngegandeng tangan Rio. Cowok itu malah mesem nggak jelas.

***

Sivia lagi jalan-jalan sendirian. Awalnya sih sendirian tapi malah ketemu Obiet, mereka keliatan akrab. Ya secara mereka sama-sama suka ceramah, nyecoros dan cablak. Cocok banget kan? Etsss jangan salah! Cocoknya sebagai temen. Sivia nggak suka sama cowok yang sama-sama lahir di jawa kayak dia lal Obiet punya kriteria sendiri.

Udah hampir setengah jam mereka keliling mall tapi nggak ada tujuan. Obiet mendesah pelan, baru ingat bahwa kakaknya besok ulang tahun jadi sekalian saja ia meminta bantuan Sivia. Cewek ayu itu oke oke aja, sampai di tempat baju-baju mereka malah ketemu Acha dan Alvin.

“Hayooo lo berdua kencan yaaa??”goda Acha.

“GAK!”jawab Obiet dan Sivia kompakan. Alvin tertawa kecil.

“Mau nyari apa sih?”tanya Alvin.

“Tadi nggak sengaja ketemu, sekalian gue minta tolong ke Sivia nyariin kado buat kakak gue. Yaa lo tau sendiri kan cowok itu nggak bisa memilih sesuatu dengan benar, khususnya selera cewek lah. Ckck sangat disayangkan ya padahal gue sebagai makhluk cowok merasa ganteng,” Alvin dan Acha langsung geleng-geleng begitu mendengar cerocosan rutin Obiet. Ini cowok keliatannya aja kalem tapi kalo udah ngomong sekali nafas nggak ada remnya.

“Di tempat kayak gini lo masih suka nyerocos? Ckck,” Acha menatap takjub.

“Ini bukan nyerocos tapi bentuk kepandaian seorang ketua kelas!”bantah Obiet.

“Banyak bacot lo. Buru gih nyari kado terus kita jalan-jalan bareng aja biar rame,”usul Alvin. Obiet mengangguk setuju.

Setelah berhasil mendapat barang yang pas, tentunya dengan bantuan Sivia, mereka berkeliling mall bersama. Kali ini jalan muterin mall ini seribu kali juga nggak akan kerasa.

***

Rio nggak henti-hentinya tersenyum kecil. Ify sudah mendapatkan SLR kesayangannya yang selalu dipanggil bohay, entah Rio sendiri nggak tau dimana letak ke-bohay-annya malah lebih bohay yang punya. Rio langsung menggelengkan kepalanya, takut berpikiran lebih jauh lagi.

“Ayo pulang! Gue anter,”ujar Rio.

“Gue naik angkot aja deh,”tolak Ify. Rio mencibir, kalau ada maunya aja Ify langsung mau tanpa diminta.

“Nggak bisa! Lo pulang bareng gue!”paksa Rio.

“Dih, kok elo maksa sih?”sewot Ify. Cewek itu lantas memasukkan si bohay ke dalam tas sekolahnya.

“Bodo amat! Ayo pulang, udah sore begini juga. Kalo ada yang ngapa-ngapain elo gimana? Terus elo nggak selamet?” Ify melotot lebar. Enak saja Rio ngomongnya!

“Kok lo jadi doain gue begini?!” Rio acuh.

“Ya makanya ayo pulang! Atau lo mau gue cium dulu?” Rio langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Ify. Cewek di depannya ini berubah pucat.

“IYA! Gue pulang bareng elo! Puas?!!”ketus Ify.

“Nah gitu kek dari tadi.” Ify kembali memonyongkan bibirnya.

Ternyata mereka terjebak macet padahal udah naik motor. Ify jadi bersyukur, naik motor aja susah lewat apalagi naik angkot kan? Yang ada Ify udah jadi telur rebus di dalem angkot. Tapi masalahnya Ify jadi bingung si Rafli pasti nyariin dia. Papanya belum pulang ke rumah soalnya seminggu ini beliau di Bandung buat proyek baru. Padahal Papa Ify itu arsitek tapi selalu dituntut ke lokasi proyek.

“Lo kenapa? Takut dimarahin?”tanya Rio.

“Nggakpapa.” Rio memilih bungkam.

Setelah lama sekali terjebak diantara puluhan kendaraan, akhirnya motor Rio melenggangi Jakarta dengan tenang juga. Baru jam setengah tujuh mereka sampai di rumah Ify. Ini sih udah kayak muterin komplek Ify dua puluh kali. Sampai di depan rumah Ify, cewek itu bingung nawarin Rio masuk apa enggak. Kalau iya dia males, kalau enggak kasian juga.

“Ngg... mau mampir?”tanya Ify ragu-ragu.

“Boleh!” Jdeeerr harusnya Ify nggak usah ngomong!

“Ngg... ayo deh,” Ify pasrah membawa Rio masuk ke dalam rumahnya.

Ternyata di dalem sudah ada Alvin dan Rafli yang sibuk bermain PS. Ify bernafas lega, setidaknya nggak perlu ngurusin Rio sendirian.

“Wah baru pulang lo pada? Pacaran dulu ya?”seloroh Alvin. Ify langsung melemparkan bantal ke wajah Alvin.

“Ngemeng mulu lo! Siapa yang suruh lo disini?” Ify mulai dengan gaya premannya.

“Yeee ini adek lo kesepian. Lo sih sibuk pacaran,”balas Alvin enteng.

“Hiiiiihh gue nggak pacaran! Gue ngambil si bohay nih,” Ify memamerkan camera SLR-nya di depan Alvin.

“Udah sembuh kak?”tanya Rafli. Ify mengangguk  semangat.

“Segitunya SLR balik. Ckck,”celetuk Rio. Ify menatap galak.

“Ini SLR rusak juga gara-gara elo,” Rio langsung kicep membuat Alvin dan Rafli terkikik pelan.

Setelah itu Rio ikut bergabung bersama Alvin dan Rafli untuk main PS sementara Ify memasak. Cewek itu suka memasak, sayangnya takut kena cipratan minyak goreng. Nah loh, kalo udah gini dia menyiasati makanan yang nggak butuh banyak minyak seperti nasi goreng. Ia memasak seakan-akan sedang berperang, bahkan Rio yang sengaja ke dapur untuk minum jadi ngeceng-cengin Ify dengan cara masaknya.

“Banyak codz lo!”galak Ify. Rio menjulurkan lidah lantas meraih minumannya dan balik lagi ke ruang tengah.

***

Ify sudah menyiapkan nasi goreng buatannya di meja makan. Kurang memanggil tamu-tamu tak diundang itu saja untuk makan bersama.

“HEH! Laper nggak lo pada? Gue bikin nasi goreng tuh!”ujar Ify yang tiba-tiba datang.

Rio, Alvin dan Rafli mendongak. Rafli yang bergerak duluan, meletakkan stick Psnya dengan asal lalu berlari ke meja makan. Ify hanya bisa geleng-geleng, selanjutnya Alvin tidak mau kalah langsung mengikuti Rafli. Rio sih acuh aja karna merasa nggak yakin sama masakan Ify jadi ia hanya berjalan biasa.

“Habis makan ini gue bakalan pulang dengan selamat kan?”tanya Rio tanpa dosa. Ify mendelik mendengarnya disertai ekspresi menggemaskan yaitu manyun-manyun nggak jelas.

“Jangan salah! Masakannya kakak gue enak tau!”seru Rafli tak terima. Rio ragu-ragu.

“Serius deh yo, enak,”timpal Alvin.

“Udah lah kalo dia gak mau makan, ini gue buat spesial gara-gara SLR gue udah balik,” Ify menengahi.

“Oke gue makan. Meskipun rada nggak yakin soalnya lo masak kayak mau perang,”ejek Rio namun tetap menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.

Alvin udah pengen ngakak waktu liat ekspresi Rio yang berubah 180 derajat. Rio langsung nyengir sambil liat Ify yang mukanya jadi songong. Artinya masakan Ify emang enak, yaa jangan salah! Ify meskipun anak yang biasa-biasa aja di sekolah tapi punya banyak bakat kayak masak gini.

“Makanya jangan sok ngeremehin orang, Tuhan aja nggak pernah ngeremehin umatnya kok,”celetuk Ify dengan sok bijak.

***

Pagi-pagi Acha dan Sivia udah sampai di kelas kayak biasa. Diantara mereka bertiga emang Ify yang suka ngaret tapi begitu Ify datang bersama camera SLR kesayangannya itu muka Acha langsung berbinar. Akhirnya dia bakalan ganti foto profil sama avatar baru!

“HUEEE TUNG! BOHAY BALIK!!” satu kelas udah liatin Acha aja yang teriak kayak di hutan.

“Iye donk!”balas Ify tak kalah heboh. Mereka cuma bisa geleng-geleng, lagian tanpa Acha dan Ify kelas nggak bisa rame soalnya rata-rata kelas mereka ini dihuni sama orang-orang jenius yang kerjanya mantengin buku.

“Sepulang sekolah kita hunting! Nggak mau tau!”nyolot Acha.

“Sipp chul. Eh lo ikut kan Siv?” Ify beralih menatap Sivia.

“Oke fy lagian gue di rumah orak ono gawean, santai wae lah,”balas Sivia dengan logat anehnya. Meskipun nggak ngerti Sivia ngomong apa tapi Ify mengacungkan jempolnya karena ada kata ‘oke’ yang keluar dari bibir Sivia.

Sementara itu Rio yang bar masuk kelas langsung geleng-geleng kepala. Nggak ngerti kenapa benda itu berharga banget, nggak cuma buat pemiliknya tapi juga teman-teman anehnya. Rio bergidik ngeri, jangan-jangan Alvin juga kayak gini. Hiii...

“Hallo sayang,”sapa Rio jail tepat dihadapan Ify. Cewek itu celingak-celinguk, pura-pura nggak tau siapa yang disapa Rio.

“Hallo Ify Queena Alyssa SAYAAAAANG,”ulang Rio lagi yang membuat Ify melotot tajam ke arahnya.

“Berenti panggil gue sayang! Gue gibeng juga lo!”ancam Ify. Rio malah tertawa kecil, merasa tingkah Ify unik sekali. Kalo udah begini gigi-gigi kecilnya kayak lagi makan permen.

“Lah nggakpapa donk sayang,”goda Rio. Ify manyun-manyun nggak jelas gara-gara keki, Acha sama Sivia bukannya bantuin malah ketawa. Sial banget kan?

“Lo minta dicium ya?” pertanyaan ini selalu aja terlontar dari mulut Rio kalo Ify udah manyun kayak gitu. Ify nggak peduli malah ganti nyibir, misuh-misuh dalam hati eh Rio malah ngedeketin wajahnya.

“Heh! Mau apa lo?!!”bentak Ify. Rio tertawa tapi nggak beringsut mundur juga.

Tiba-tiba Ocha sama Ena lagi kejar-kejaran dan ngedorong tubuh Rio. Cowok itu bener-bener nggak siap didorong tiba-tiba, apalagi posisinya sekarang jadi....

“YES DAPET!!!” seruan Obiet paling kenceng.

“Hueee Rio!!! Ngapain lo nyium gue beneraaaannn???!!!!” Ify mulai ngamuk-ngamuk sambil ngusap-ngusap pipi kanannya yang nggak sengaja kecium Rio. Cowok itu menggaruk tengkuknya, bingung harus berbuat apa.

“Gue nggak sengaja, salahin aja si Ocha sama Ena,” Rio baru saja ingin memarahi dua anak kembar itu tapi ternyata udah nggak ada di TKP.

“Ciieee RiooIffyyyyyy,” temen-temen sekelasnya sekarang malah sibuk ngeceng-cengin mereka berdua.

“HEH APA LO!!!” Ify menatap temen-temennya galak tapi nggak ngaruh apa-apa.

“Fy, mau liat foto lo dicium Rio nggak?” tiba-tiba Obiet udah ada di depannya. Ify melotot kaget.

“OBIETT!!! HAPUSSS!!!!” Obiet menjulurkan lidahnya lalu berlari keluar dengan cepat.

“Tenang aja fy, gue tanggung jawab kok,”celetuk Rio tanpa dosa.

“PENYAMUUUNNN!!!!”

“Apa sih Ify sayang,” Rio lagi-lagi menggoda Ify. Dalam hati cowok ini berterima kasih sekali kepada Ocha dan Ena, tanpa mereka mungkin dia nggak bakal nyium pipi Ify (plis-_-)

“Sayang sayang! Sono pacaran sama Ozy!!”

“HEH!”

***