Just share yaa! Nggak ada maksud apa-apa. Next time saya share foto lain kok :)
Rabu, 31 Juli 2013
Kamis, 18 Juli 2013
Haters of Blink
BLiNK
Dari awal rencana terciptanya
girlband Blink, aku udah yakin kalau ini satu-satunya girlband yang awesome. Terbukti waktu mereka promo
pertama kali di fx, respon masyarakat udah bisa dibilang sangat bagus. Mereka
banyak nyanyi secara live, tanpa lypsync seperti kebanyakan boyband &
girlband.
Aku sih mengakui mereka emang
keren bukan karna aku udah jadi member fandom salah satu personilnya tapi
mereka emang patut diacungi jempol. Kapan lagi
sih ada girlband yang lebih mengutamakan kualitas suaranya? Yang nggak
sekedar mangap-mangap aja di suatu acara? Oke nggak munafik Blink pernah
lypsync tapi itu karna diminta dari pihak penyelenggara acara. Kalau mau nyanyi
langsung juga mereka oke-oke aja (y)
Yang jadi masalah sekarang, heran
sama akun haters yang selalu berusaha mencari cacatnya anak-anak Blink sampe
liat fisik! Urusan fisik udah dari Allah yang kasih, nggak baik ngehina orang
lewat ciptaan Allah, mau gimanapun bentuknya itu anugerah, salah satu bentuk ‘kebahagiaan’ dari Allah. Nah, sekarang
aku mau bahas sesuatu yang sering diungkit-ungkit oleh haters Blink.
1.
DANCE
Dari pertama mereka gabung bahkan sebelum masuk kembali ke dunia
pertelevisian, sudah ditegaskan kalau mereka lebih ‘mengutamakan kualitas suara’. Buat apa sih susah-susah ngedance
kalau ujungnya suara cuma dari kaset? Lagian yang dinikmati dari musik pasti
suara kan? Bukan dance. Yakali kalo di mp3 lebih merhatiin dance -_-
Nah! Berhubung mereka terlahir sebagai ‘girlband’ kan mau nggak
mau mereka harus kasih dance disetiap performance? Ini yang perlu diacungi
jempol, mereka masih mau belajar. Buktinya dari dance yang biasa-biasa aja
sekarang udah lumayan keren.
2.
SUARA
Jujur aja aku pribadi nggak ngerti masalah ini. Hanya karna mereka
sering falset & improve dibilang kayak suara kicauan burung? Please, setiap
penyanyi pasti harus bisa falset sama improve atau setidaknya menguasai salah
satunya. Dua hal itu paling penting dalam menyanyi. Kalau masih ada yang bilang
suara member Blink jelek, coba cek telinga. Mana mungkin sih suara jelek tapi
Ify jadi penyanyi jazz termuda? Sivia pernah join di salah satu grup vocal yang
namanya cukup dikenal? Pricilla bisa terpilih di Musikal Laskar Pelangi? Febby
pernah jadi penyanyi waktu kecil?
Semuanya dipilih pasti karna punya kualitas! Kalau suara Blink
jelek, mana mungkin mereka diminta jadi bintang tamu konser besar Melly G? Parahnya
lagi salah satu membernya, IFY Blink dilirik sama musisi luar negeri. Itu udah
jadi bukti kalau suara member Blink
punya kualitas.
3.
PRESTASI
Blink terbentuk baru dua tahun, tapi yang diungkit udah urusan
prestasi. Kalau urusan prestasi sih ada kok meskipun baru sedikit tapi cukup
banyak untuk ukuran girlband baru. Kalau ditanya prestasi membernya sih malah
lebih banyak. Kalau nggak percaya silakan searching google.
4.
ANAK IPS
Ini yang kemarin diungkit. Berhubung Ify, Via dan –katanya Pricilla
ngambil jurusan IPS langsung di judge
kalo mereka bodoh. Please, think again. Jadi, kalau anak IPS itu bodoh dan anak
IPA pinter? Jujur aku tersinggung karna aku anak IPS haha-_-v
Intinya gini deh, nggak semua cita-cita orang itu sama. Ada yang
lewat jalur IPA ada juga dari IPS, nah kalo cita-citanya lewat jalur IPS
ngapain masuk IPA kan? Yang sering dilihat dari beberapa pandangan bahkan
banyak pandangan sih, IPA lebih unggul dari IPS. Kenyataanya salah. Nggak ada
yang unggul. Semuanya sama karna setiap materi yang diberikan berbeda, kalau
nganggep pelajaran IPS lebih mudah kenapa nggak masuk IPS dan malah masuk IPA? Nah
kan yang bodoh siapa coba -_- (Oke mungkin lain kali aku bahas masalah ini)
Member Blink sendiri jelas punya cita-cita, mereka nggak selamanya
tergabung dalam Blink. Febby udah kuliah. Yang jadi permasalahan kan sisanya.
Ify kenapa masuk IPS? Karna dia pengen kuliah di luar negeri, kuliah tentang musik
kayak bakatnya. Dia pengen jadi musisi. Jelas terlihat dari kemampuannya dalam
bermusik, dia bisa main banyak alat musik baik yang modern maupun tradisional bahkan
nyiptain lagu. Dia masuk IPS bukan karna nggak bisa pelajaran IPA, justru
nilai-nilainya dari SD sampe sekarang selalu keren! Seorang Ify pernah kecewa
parah cuma karna dapet rangking 4, padahal itu sudah apresiasi banget untuk
kesibukannya bareng Blink. Artinya, harusnya dia bisa lebih dari sekedar
rangking 4. Cukup jelas bisa dibayangkan nilainya kayak apa. Dia bisa masuk
jurusan IPA/yang lain tapi dia memilih IPS, bukan karna nggak bisa di IPA,
meskipun dia nggak suka fisika tapi dia bisa masuk IPA. BISA. Begitu juga sama
Via & Pricilla.
Masa depan orang mereka yang nentuin. Bukan penjurusan.
Oke, itu aja yang aku bahas. Ke-empat ini sering aku temui di akun
haters, kadang aku mikir kenapa mereka berfikir sependek itu. Manusia nggak ada
yang sempurna, kalau kalian bisa lebih dari yang kalian hina itu mungkin bisa
dipertimbangkan tapi kalau kalian di bawah yang kalian hina? Mungkin kalian
kurang berkaca :)
Ngutip tweet seseorang ya, “Kalian
terlihat kecil ketika mengecilkan orang lain” . Maaf yang merasa tersinggung.
Kita hidup untuk saling membenahi.
Singkat Cerita
Tittle: Singkat Cerita
Author: Fanni Salma
Terlalu banyak harapan tercetus
begitu saja. Ingatkah? Saat kita sama-sama tertawa untuk hal sederhana yang kau
ciptakan? Itu pertama kalinya aku berharap tentang suatu kisah yang
menceritakan kita berdua, aku dan kamu. Nyatanya sekarang semuanya seolah pudar
tanpa meninggalkan bekas. Hanya tersisa kenangan di masa lalu. Ah, aku yang
mengenangnya bukan kita. Lalu hari-hari selanjutnya seakan aku tak pernah ingin
melewatkan hal sederhana lewat sentuhan-sentuhan kecilmu yang lain.
Sekali saja aku ingin mengulang
semuanya, supaya aku tau bagaimana caranya lepas dari jerat paksamu. Bukan,
bukan aku menyesal telah menumbuhkan rasa yang harusnya aku bunuh jauh-jauh
hari tapi aku terlalu mencinta hingga lupa bahwa dibalik itu semua harus
tercipta luka. Andai kata waktu dapat diputar, andai kata kisah kita bisa
diulang aku juga tak pernah tau apakah aku bisa mematikan benih-benih virus
merah jambu ini. Entah, ini terlalu random.
Aku bahkan belum mengenal benar siapa kamu, terlalu sulit menyelami hati
seseorang yang sebatas menganggap kita ada. Tak lebih.
Luka Dalam Hempas Harap
Tittle: Luka Dalam Hempas Harap
Author: Fanni Salma
NB: Request. Untuk semua readers yang 'masih gagal move on'
Terlalu
lama aku menanti hingga aku lupa sudah berapa banyak waktu yang tersapu oleh
ketidakpastian antara kita. Mungkin benar aku terlalu berharap, hingga tanpa
sadar luka itu ada. Luka yang selama ini aku jaga supaya tak nampak namun tetap
nampak juga, ia terus merobek seluruh sistem pertahananku. Tanpa tau malu, luka
itu masih saja terus bergelayut manja dalam sosokku.
Luka yang
sederhana. Ketika aku sadar bahwa banyak yang ‘lebih baik’ dibanding aku untuk berada di sampingmu, menemani
langkahmu, menggantikan tawaku dengan tawanya, bersendau gurau hingga mungkin
berbagi kesedihan bersama. Aku merasa tersudut, dalam sisi gelap yang tak
pernah terlihat oleh orang lain bahkan dirasakan. Semua itu entah kenapa
membuatku semakin ‘tahu diri’ tentang
takdir Tuhan. Harapan demi harapan terapal begitu saja, ketika keajaiban itu
datang –seperti saat aku diperkenankan menikmati sosokmu dalam jarak jauh aku
tersenyum. Setidaknya dengan cara ini lah aku merasa masih di sampingmu.
Pernahkah
kamu berfikir untuk berada dalam suatu kebahagiaan? Aku pun demikian. Bagiku,
bahagian itu sederhana. Seperti saat Tuhan menghadiahkan kesehatan untuk
umatnya. Tapi bukan munafik, aku ingin lebih dari sekedar itu. Aku ingin kita
dekat, saling menghargai keberadaan masing-masing, bukan membiarkan salah
satunya terjatuh tanpa diberi kesempatan untuk berpegangan.
Sekali
lagi, aku terlalu banyak berharap untuk sebuah ketidakpastian. Satu-satunya hal
yang sudah pasti ada, menanti dan berharap adalah dua kata berkode yang selalu
aku ungkit. Masih dengan nama dan perasaan yang sama, aku selalu meminta untuk
tetap bisa berada di hidupmu, setidaknya dalam pengetahuanmu. Bukankah hujan
selalu disertai kumulus abu-abu? Sama halnya dengan setiap doaku, ada kalanya
terhempas begitu saja. Namun aku menikmatinya, membiarkan segalanya berjalan
sesuai skenario Tuhan. Aku yakin setiap episode skenario itu adalah takdir
terbaik untukku, untuk kisah singkat kita yang tak pernah kamu tau.
Lirik Hello Mellow - Blink
Cinta berubah tak lagi indah
Rindu menjelma terasa resah
Saat kita harus berpisah
Pedih luka di hati, sedih sendiri
Menangis jiwaku, jatuh air mataku
Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo
Kaki melangkah tak lagi sama
Nafas asmara seakan hampa
Saat kita harus kecewa
Pedih luka di hati (di hati)
Jatuh air mataku
Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo
Diserang rasa tak bisa ku halau, kata orang itu namanya galau
Waktu berputar seakan salah, please welcome wahai mellow
Berkecamuk dalam sanubari, seakan tak sanggup aku berdiri
Sepi menahan tangis sendiri, miris terasa menemani
Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo
Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo
Rindu menjelma terasa resah
Saat kita harus berpisah
Pedih luka di hati, sedih sendiri
Menangis jiwaku, jatuh air mataku
Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo
Kaki melangkah tak lagi sama
Nafas asmara seakan hampa
Saat kita harus kecewa
Pedih luka di hati (di hati)
Jatuh air mataku
Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo
Diserang rasa tak bisa ku halau, kata orang itu namanya galau
Waktu berputar seakan salah, please welcome wahai mellow
Berkecamuk dalam sanubari, seakan tak sanggup aku berdiri
Sepi menahan tangis sendiri, miris terasa menemani
Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo
Selamat tinggal, goodbye
Say hello untuk kamu, mellow
Selamat tinggal, goodbye
Pergilah and let me go, ooo hooo
link download: http://www.index-of-mp3s.com/download/lagu/4a1b782f/blink-hello-mellow/
Camera In Love - Part 3 "My Bohay! Aihh..."
Tittle: Camera In Love
Author: Fanny Salma
My Bohay! Aihh...
Sudah sejam pelajaran berlalu
bu Okky bercelotehria tanpa jeda sedetikpun. Anak-anak di kelas Ify sudah
benar-benar jengah bahkan mengantuk namun tak berani berbuat apa-apa, satu
fakta yang mereka tau kalo bu Okky ini guru paling galak dan killer. Siapapun
yang bikin pelajarannya keganggu beliau nggak akan kasih ampun! Ngeri nggak
tuh? Sayangnya pelajaran bu Okky masih satu jam pelajaran lagi. Hawa-hawa nggak
enak mulai dirasain Ify waktu tiba-tiba di mejanya udah ada gumpalan kertas dari
belakangg. Awalnya gadis itu membiarkan benda itu di depannya tapi semakin lama
malah membuatnya ingin membuka benda itu. Oke, Ify ngalah. Gadis cantik yang
biasa-biasa aja di sekolahnya itu membuka kertas itu dan tiba-tiba...
“RIIIOOOOOO!!!” semua mata
sudah tertuju pada sosok Ify yang meremas kertas di tangan kanannya,
seakan-akan Ify adalah sosok baru Miss Universe yang nyasar ke sekolah ini.
Bukan. Bukan itu yang menjadi masalah tapi bu Okky yang tadinya nyerocos sampe
berbusa ikut menatap ke arah Ify.
“Ify Queena Alyssa! Kamu
mengacau di pelajaran saya!” Ify langsung kicep. Dia sama sekali nggak sadar
udah teriak di pelajaran killer, di belakang Rio sudah menepuk keningnya
sendiri akibat ulah Ify yang ekstrem.
“Umm... maaf bu, itu salah
Rio... iya salah Rio!”bantah Ify yang membuat makhluk di belakangnya udah
pengen kabur sekarang juga.
“Kamu dan Rio sekarang juga
pergi ke perpus sampai pelajaran saya selesai. Saya tidak suka ada siswa yang
meracau di pelajaran saya. SEKARANG!”tegas bu Okky tanpa senyum sedetik saja,
yang ada wajahnya selalu garang dan angkuh. Ify udah pasrah dan berjalan keluar
diikuti Rio.
“Makasih ibu guru
cantik!”celetuk Rio dengan senyuman coolnya, gingsulnya sampai keliatan dan itu
bikin melting. Ify cuma mencibir lalu segera ke perpus.
Sampai di perpustakaan, Ify
mencoba mencari tempat yang pas. Setidaknya hari ini tidak ada yang jaga perpus
jadi gadis itu nggak perlu meladeni pertanyaan-pertanyaan bodoh yang membuatnya
musti berada di tempat angker ini. Ah, baru mendaratkan pantatnya di salah satu
bangku tiba-tiba di depannya muncul sosok orang nyebelin seantero jagat raya.
Siapa lagi kalo bukan Rio? Pemuda itu dengan wajah tanpa dosanya malah
bersiul-siul di depan Ify. Niat untuk tidur di perpus –setidaknya sekalian untuk
memanfaatkan keadaan diurungkan Ify.
“Bisa nggak sih nggak usah
gangguin gue?”dengus Ify dengan nada frustasi. Rio mati-matian menahan tawa.
“Emang gue gangguin elo?
Sebelah mananya?”tanya Rio jail.
“Dih! Lo pikir kita disini
gara-gara siapa?!”sewot Ify yang langsung manyun-manyun nggak jelas. Ah itu
yang membuat Rio selalu ingin di samping gadis ini. Lucu sekali.
“Biasa aja kali nadanya.
Justru gue baik kan? Gara-gara ini kita jadi nggak perlu dengerin ocehannya bu
Okky?” Ify sebenarnya ingin membenarkan ucapan Rio tapi yaa mau gimana lagi,
tetep aja dia yang kena getahnya.
“Tau lah gue pusing!” Ify
langsung menyandarkan kepalanya di atas meja. Gadis itu berniat tidur tapi...
“Lo tidur gue jamin nggak
selamat!”ancam Rio. Ify bergidik ngeri, benar juga sih. Dia melek aja ngak
selamat dari Rio, apalagi merem?
“Isshh! Lo tuh yaa...!” Rio
tergelak melihat ekspresi Ify yang selalu khas, alami dan tidak dibuat-buat.
Gadis ini hebat sekali dalam mengekspresikan diri berbeda dengan gadis-gadis
lain yang berusaha mengejar-ngejar Rio.
“Oh iya camera lo udah bener.
Ntar pulang sekolah kita ambil,”ujar Rio. Mata Ify lantas berbinar-binar,
“Serius lo?” Rio terlihat mengerutkan kening namun sedetik kemudian
menganggguk.
“Hueee akhirnya bohay sembuh
jugaaa,” Rio ketawa ngakak begitu mendengarnya.
“Apa lo bilang? Bohay?
Buakakakakak!” Ify lantas meninju bahu Rio dengan kasar membuat Rio berhenti
tertawa dan mengelus bahunya.
“Lo makan apa sih? Sakit
taplak!” gantian Ify yang tertawa.
“MAMPOSS!!! HAHAHA,” Rio mencibir,
ia lupa kalau di sebelahnya ini putri yang menjelma jadi monster. Ckck.
“Untung lo cantik,”desis Rio
dalam hati.
***
Langkah besar Obiet membuat Acha susah
menyamakan langkahnya. Gadis cantik dan mungil itu dengan kesal menyentakkan
kakinya membuat Obiet kaget dan membalikkan badannya. Begitu melihat, Obiet
makin kaget karna ternyata cewek yang sedari tadi ngintilin dia jatuh
tersungkur di lantai. Bukannya nolongin, Obiet malah tertawa puas. Pemuda itu
seakan-akan merasa tak punya dosa dengan pedenya menertawai kesialan Acha,
membuat gadis itu dongkol dan ingin memakannya sekarang juga. Tanpa menunggu
Obiet membantunya berdiri –karena tau diri si Acha langsung berdiri sendiri dan
menatap Obiet garang. Mulutnya udah ngeluarin busa tapi sebelum nyerocos yang
ada cowok ini malah nyeramahi Acha duluan.
“Makanya kalo jalan itu pake
kaki yang bener cha, kalo lo jatuh siapa yang mau nolongin coba? Yang ada orang
ketawa duluan dan lupa mau nolongin. Lo sih terlalu fokus merhatiin gue dari
belakang, makanya kalo liat cowok cakep biasa aja. Liat kan kalo udah gini gue
jadi makin ganteng,”cerocos Obiet tanpa jeda. Acha yang tadinya mau marah jadi
mikir lagi, Obiet makan apa sampai ngomong panjang lebar begitu dalam satu
tarikan nafas? Hebat sekali!
“Heh... helloo... Achaaa??
Acha archyda??” Acha tersadar lalu kembali menatap Obiet seakan-akan ia akan
menerkam makhluk ini.
“Lo tuh gimana sih! Gue kesel
lo jalan cepet-cepet, niatnya mau ngehentakin kaki biar lo berenti eh gue
kesrimpet,”dumel Acha disertai curhatannya.
Cowok di depannya ini jadi
bingung. Dia sama sekali nggak ngerti letak kesalahannya dimana karena memang
dari tadi juga jalannya cepet. Ngapain nungguin Acha coba? Buat apa? Itu yang
dipikirkannya.
“Lo kenapa deh? Gue mau ke
ruangan wali kelas kenapa lo ngintilin?”tanya Obiet dengan wajah bingung. Cowok
itu berhasil bikin Acha mangap lebar.
“Jadi.... dari tadi lo pikir
gue ngintilin elo gitu??”tanya Acha retoris. Obiet mengangguk dengan polos.
“OBIEEETTT!!! KITA TUH
DIPANGGIL BARENG-BARENG TAPLAAAKKK!!!!!” teriakan Acha barusan mampu membuat
Obiet nyengir kuda. Acha udah nggak paham kenapa punya temen bahkan ketua kelas
kayak dia, dih amit-amit ngintilin cowok macam dia!
***
Ify sudah nangkring sendirian
di kantin. Waktu bel tadi cewek ini langsung ke kelas nyari Acha sahabatnya
atau seenggaknya Sivia deh tapi keduanya sama-sama nggak ada di kelas. Terpaksa
dia sekarang duduk ditempat ini bersama sepiring siomay yang menggiurkan, ah
tak lupa jus sirsak kesukaannya. Syahdu banget. Suapan siomay pertama udah
bener-bener bikin Ify jatuh cinta, iya jatuh cinta sama siomay. Eh... jangan!
Nggak boleh! Dia kan masih punya bohay. Pikiran Ify jadi kemana-mana sekarang.
Baru akan menyuapkan siomay yang kedua, ada yang menepuk bahunya dari bekalang,
tentu membuatnya kaget dan malah tersedak.
“Uhukk...” Ify lantas meraih
jusnya terburu-buru, tak peduli hampir tumpah sekalipun.
Setelah meneguknya beberapa
kali, gadis ini mencari orang yang hampir saja membunuhnya. Ah tak perlu
mencari jauh-jauh, orang itu sudah memasang wajah cengar-cengirnya di depan
Ify. Dasar! Ternyata Mario Jaden Stev si penyamun sok cool. Harusnya Ify sudah
tau dari awal.
“Heh kalo gue mati keselek
gimana?!”omel Ify. Gadis itu tak peduli banyak pasan mata yang menatapnya iri.
Apa? Iri?!! Bisa diulang?? I-R-I! Iuh!
“Duh gue kan nggak maksud,”
Rio menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal sama sekali.
“Mau sengaja kek, mau enggak
terus gue pikirin gitu?!! Yang jelas gue kesel sama elo! Jauh-jauh kek dari
hidup gue, muka lo jangan sok kecakepan!” seketika kantin dibuat melongo oleh
gadis ini.
“Emang gue cakep kok,”bantah
Rio tanpa dosa. Ify langsung pura-pura mual.
“Lo sama ini siomay juga
cakepan siomay!”balas Ify menunjuk siomaynya. Tiba-tiba gadis ini laper, pengen
ngabisin itu siomaynya lagi.
“Yah kok gitu,” Rio pura-pura
sedih dan itu bikin Ify gedek. Ini spesies apa sih?!
“Udah sono lo! Gue mau makan!”
Ify tak menggubris Rio lagi. Cewek ini asik melahap siomaynya.
“Ify sayang....”
“Uhukkk...” Ify minum jusnya
lagi dan menatap galak ke arah Rio yang masih setia duduk di depannya.
“Dua kali lo bikin gue
keselek!” Rio tertawa lalu mengerling nakal ke arah Ify seperti biasa. Kalo
udah begini dia suka merinding di deket Rio. Sedetik kemudian Ify berusaha
fokus ngabisin siomaynya. Setelah habis, cewek itu langsung ninggalin kantin
–tepatnya ninggalin Rio dan balik ke kelas. Ah pemandangan kayak gini bikin Rio
ketawa ngakak, ada ya gadis yang susah kejerat pesonanya?
***
Ify dari tadi ngomel mulu di
jam kosong kali ini, ini semua gara-gara Acha sama Sivia yang tadi nggak ada di
kelas waktu istirahat. Ah Ify kalo ngamuk kan langsung jadi monster, ya kayak
gini. Telinga Acha dan Sivia udah nggak kuat lagi dengerin curhatan Ify tentang
kesialannya ngadepin seorang Mario. Lagi-lagi cowok ini yang bikin Ify badmood
kayak gini.
“Pokoknya gue sebel sebel
sebel sama Rio rese! Penyamun yang sok cool itu! Nyebeliiiinnnnn!!!!” Ify udah
mencak-mencak di bangkunya.
“Dih lo nyerocos mulu! Gue
juga sial tau!” Acha gantian curhat masalah Obiet. Sejurus kemudian Sivia dan
Ify tertawa ngakak.
“Hahaaa, cha makanya wes genah
Obiet ki lumayan lemot ngapain iseh digagas,” ujar Sivia menggunakan bahasa kebanggaannya. Acha
nggak tau artinya tapi paham sekali dari nadanya gadis jawa ini tengah meledek.
“Yang satu jago ceramah, yang
satu lagi kayak monster, cocok!”celetuk Ify tanpa dosa. Acha udah pengen
ngelempar kaca kelas buat Ify, biar dia tau kalo yang mosnter itu Acha apa dia.
“Wes cha, ndang pacaran mbi
Obiet!” Acha merutuki dirinya sendiri, harusnya dia nggak cerita ke bocah-bocah
ini.
“Lo sana sama Alvin!” Sivia
mengerutkan kening.
“Kok Alvin?”tanya Sivia
bingung.
“Yaaa.... pengen aja, abisan
gue bingung mau bilang siapa,”jawab Acha dengan polos. Ify langsung
melemparinya dengan buku catatan.
“Sakit tung!”ringis Acha.
“Lo sih ngeselin,”acuh Ify.
Sivia cuma geleng-geleng kepala.
Tak lama kemudian Rio datang
ke kelas bersama Alvin. Ify melirik sinis ke arah Rio, pemuda itu duduk di
bangkunya tanpa peduli bahwa bangkunya sedang diadakan rapat kecil. Alvin juga
melakukan hal yang sama, ia mengambil kursi kosong di dekat meja Rio dan ikut
bergabung. Ketiga gadis itu saling menatap galak seakan mengusir keduanya.
“Rio! Kowe ki tau nggak sih
nak bangkune lagi dienggo?!”kesal Sivia. Sayangnya pemuda yang diajak bicara
itu malah menatap Ify seakan bertanya –dia-bilang-apa- tapi Ify mengedikkan
bahu, bukan tak peduli tetapi dia emang nggak paham Sivia ngomong apaan.
“Heh Rio! Kowe ki tak ajak
ngomong malah sok pasang rai polos!”
“Heuhh! Gue nggak ngerti lo
ngomong apa cantiikkkkk....” lama-lama Rio geregetan juga.
“Ehh... Ify jangan marah ya
sayang, gue nggak maksud manggil dia cantik kok suer deh,”lanjut Rio menatap
Ify yang malah ternganga. Rio bener-bener nggak waras!
“Kalian pacaran?”tanya Alvin
polos.
“KAGAK!!!”tegas Ify.
“Ntar, nunggu waktu,”sahut
Rio. Ify langsung menatap galak ke arah Rio.
“Kalo pacaran sih nggakpapa
kok, gue setuju aja,” Alvin cekikikan sendiri melihat ekspresi Ify yang udah
manyun-manyun kayak biasa.
“Lo hobby banget manyun-manyun
kalo deket gue? Umm... secara nggak langsung sih itu bahasa tubuh orang minta
dicium, lo mau dicium sama gue ya?” ucapan frontal Rio barusan malah membuat
Ify makin manyun. Mana ada yang kayak begitu? Dasar penyamun!
“Otak lo sih belum diberesin.
Gak sudi dicium playboy kayak elo, dihh,”ketus Ify. Sivia dan Acha
geleng-geleng kepala sementara Alvin bener-bener nggak paham Rio tengilnya
kebangetan.
“Awas aja kalo kita pacaran,
beneran gue cium!”ancam Rio. Ify nggak paham lagi sama makhluk ini.
“Udah gue bilang, kita nggak
bakalan pacaran! Mending gue jomblo seumur hidup!”balas Ify songong.
Rio tergelak. Cewek cantik
kayak Ify bakalan jomblo? Nggak mungkin! Dengan pedenya Rio berceloteh bahwa
kalopun Ify jomblo itu karna nungguin Rio nembak dia. Sejurus kemudian Ify
ingin melepas sepatunya dan menjejalkannya di muka Rio. Iuh!
***
Rio menunggu Ify keluar kelas.
Cowok ini udah nangkring di pos satpam nunggu Ify keluar, tadinya Rio mau
langsung gelandang tangan Ify tapi berhubung masih ada guru yang kayaknya lagi
ada perlu sama Ify dia dia keluar duluan. Cuma butuh waktu bentar Rio sudah
bisa mengenali siapa yang keluar dari kelas, Ify. cewek itu hebat banget! Dari
jarak jauh kayak gini Rio bisa tau kalo itu Ify. Ajaib kan? Bahkan saat Ify
berada diantara banyak orang kayak gini dia juga bisa tau Ify yang mana. Ckck.
Emang sih ya kalau udah cinta mau diapain lagi. Heh apa tadi? Cinta? Err...
udah lah nggak perlu dibahas.
“Gue kira lo kabur,”ujar Rio
saat Ify udah di depannya sekarang. Sekali lagi, banyak pasang mata yang
menatapmereka iri. Mario si ganteng berjiwa playboy itu akhir-akhir ini cuma
godain satu cewek aja, itu pun si cewek biasa-biasa aja.
“Yee kalo gue kabur terus
bohay gue gimana?” Rio tergelak, ternyata demi si SLR sialan itu. Eh sialan?
Nggak juga sih, kalo sialan itu SLR nggak mungkin bikin Rio bisa deket sama
Ify. ya meskipun deket karena sering berantem.
“Naik!” Ify nurut, nggak
berontak kayak dulu.
Lagi-lagi puluhan pasang mata
itu mengigit jari mereka melihat Rio dan Ify yang –mereka pikir pulang bersama.
Sweet sekali apalagi tadi Rio menunggu Ify di pos satpam.
“Pegangan! Gue mau
ngebut!”seru Rio dibalik helm fullfacenya.
“OGAH!!!”Ify keukeuh untuk
meletakkan tangan dikedua pahanya.
“Oke selamat datang
dipertunjukkan Mario, sayang,”ujar Rio pelan sekali. Sedetik kemudian pemuda
itu melajukan motornya dengan sangat cepat, membuat Ify mau tak mau memeluk Rio
secara tiba-tiba.
Ify berusaha sekuat tenaga
buat nggak meluk Rio tapi kenyataan berkata lain. Cewek itu memeluk Rio erat
sekali, jantungnya sudah berpacu hebat karena takut jatuh. Dibalik itu semua
Rio tersenyum puas dan malah menambah kecepatan. Ify sudah misuh-misuh dalem
hati, pengennya dikeluarin langsung dari mulut tapi ketahan di tenggorokan.
Tapi anehnya, kenapa Ify jadi deg-degan? Ah ... mungkin dia terlalu takut. Ya,
pasti.
“RIOOOOO!!!!!” cowok di depan
Ify kini sudah siap dengan segala amukan Ify. Padahal ini di tempat umum tapi
Ify masih aja cuek seakan mereka tiang listrik yang dipajang disekitar jalan.
“Kan udah gue suruh
pegangan,”elak Rio dengan nada nyolotnya.
“Ya tapi kan lo nggak perlu
sampe ngebut!”balas Ify tak kalah nyolot.
“Gue kan udah bilang kalo mau
ngebut sayaaaaaaaang,” Ify manyun-manyun lagi.
“Tapi kan jadinya gue meluk
elo taplak!”
“Terus kenapa? Asik kan?” Rio
memainkan matanya seperti biasa. Ify jadi salah tingkah tetapi ditahan jangan
sampai ketauan Rio. Malu-maluin aja.
“Dihhh badan gue langsung
gatel-gatel,”elak Ify yang membuat Rio tergelak.
“Dari pada lo ngomel mulu,
mending kita buruan deh ambil SLR lo. Diliatin banyak orang noh,” Ify baru
sadar bahwa sedari tadi orang-orang disini memperhatikan mereka.
“Ya udah ayo!” lagi-lagi Ify
nggak sadar ngegandeng tangan Rio. Cowok itu malah mesem nggak jelas.
***
Sivia lagi jalan-jalan
sendirian. Awalnya sih sendirian tapi malah ketemu Obiet, mereka keliatan
akrab. Ya secara mereka sama-sama suka ceramah, nyecoros dan cablak. Cocok
banget kan? Etsss jangan salah! Cocoknya sebagai temen. Sivia nggak suka sama
cowok yang sama-sama lahir di jawa kayak dia lal Obiet punya kriteria sendiri.
Udah hampir setengah jam
mereka keliling mall tapi nggak ada tujuan. Obiet mendesah pelan, baru ingat
bahwa kakaknya besok ulang tahun jadi sekalian saja ia meminta bantuan Sivia.
Cewek ayu itu oke oke aja, sampai di tempat baju-baju mereka malah ketemu Acha
dan Alvin.
“Hayooo lo berdua kencan
yaaa??”goda Acha.
“GAK!”jawab Obiet dan Sivia
kompakan. Alvin tertawa kecil.
“Mau nyari apa sih?”tanya
Alvin.
“Tadi nggak sengaja ketemu,
sekalian gue minta tolong ke Sivia nyariin kado buat kakak gue. Yaa lo tau
sendiri kan cowok itu nggak bisa memilih sesuatu dengan benar, khususnya selera
cewek lah. Ckck sangat disayangkan ya padahal gue sebagai makhluk cowok merasa
ganteng,” Alvin dan Acha langsung geleng-geleng begitu mendengar cerocosan
rutin Obiet. Ini cowok keliatannya aja kalem tapi kalo udah ngomong sekali
nafas nggak ada remnya.
“Di tempat kayak gini lo masih
suka nyerocos? Ckck,” Acha menatap takjub.
“Ini bukan nyerocos tapi
bentuk kepandaian seorang ketua kelas!”bantah Obiet.
“Banyak bacot lo. Buru gih
nyari kado terus kita jalan-jalan bareng aja biar rame,”usul Alvin. Obiet
mengangguk setuju.
Setelah berhasil mendapat
barang yang pas, tentunya dengan bantuan Sivia, mereka berkeliling mall
bersama. Kali ini jalan muterin mall ini seribu kali juga nggak akan kerasa.
***
Rio nggak henti-hentinya
tersenyum kecil. Ify sudah mendapatkan SLR kesayangannya yang selalu dipanggil
bohay, entah Rio sendiri nggak tau dimana letak ke-bohay-annya malah lebih
bohay yang punya. Rio langsung menggelengkan kepalanya, takut berpikiran lebih
jauh lagi.
“Ayo pulang! Gue anter,”ujar
Rio.
“Gue naik angkot aja
deh,”tolak Ify. Rio mencibir, kalau ada maunya aja Ify langsung mau tanpa
diminta.
“Nggak bisa! Lo pulang bareng
gue!”paksa Rio.
“Dih, kok elo maksa sih?”sewot
Ify. Cewek itu lantas memasukkan si bohay ke dalam tas sekolahnya.
“Bodo amat! Ayo pulang, udah
sore begini juga. Kalo ada yang ngapa-ngapain elo gimana? Terus elo nggak selamet?”
Ify melotot lebar. Enak saja Rio ngomongnya!
“Kok lo jadi doain gue
begini?!” Rio acuh.
“Ya makanya ayo pulang! Atau
lo mau gue cium dulu?” Rio langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Ify. Cewek di
depannya ini berubah pucat.
“IYA! Gue pulang bareng elo!
Puas?!!”ketus Ify.
“Nah gitu kek dari tadi.” Ify
kembali memonyongkan bibirnya.
Ternyata mereka terjebak macet
padahal udah naik motor. Ify jadi bersyukur, naik motor aja susah lewat apalagi
naik angkot kan? Yang ada Ify udah jadi telur rebus di dalem angkot. Tapi
masalahnya Ify jadi bingung si Rafli pasti nyariin dia. Papanya belum pulang ke
rumah soalnya seminggu ini beliau di Bandung buat proyek baru. Padahal Papa Ify
itu arsitek tapi selalu dituntut ke lokasi proyek.
“Lo kenapa? Takut dimarahin?”tanya
Rio.
“Nggakpapa.” Rio memilih
bungkam.
Setelah lama sekali terjebak
diantara puluhan kendaraan, akhirnya motor Rio melenggangi Jakarta dengan
tenang juga. Baru jam setengah tujuh mereka sampai di rumah Ify. Ini sih udah
kayak muterin komplek Ify dua puluh kali. Sampai di depan rumah Ify, cewek itu
bingung nawarin Rio masuk apa enggak. Kalau iya dia males, kalau enggak kasian
juga.
“Ngg... mau mampir?”tanya Ify
ragu-ragu.
“Boleh!” Jdeeerr harusnya Ify nggak usah ngomong!
“Ngg... ayo deh,” Ify pasrah
membawa Rio masuk ke dalam rumahnya.
Ternyata di dalem sudah ada
Alvin dan Rafli yang sibuk bermain PS. Ify bernafas lega, setidaknya nggak
perlu ngurusin Rio sendirian.
“Wah baru pulang lo pada?
Pacaran dulu ya?”seloroh Alvin. Ify langsung melemparkan bantal ke wajah Alvin.
“Ngemeng mulu lo! Siapa yang
suruh lo disini?” Ify mulai dengan gaya premannya.
“Yeee ini adek lo kesepian. Lo
sih sibuk pacaran,”balas Alvin enteng.
“Hiiiiihh gue nggak pacaran!
Gue ngambil si bohay nih,” Ify memamerkan camera SLR-nya di depan Alvin.
“Udah sembuh kak?”tanya Rafli.
Ify mengangguk semangat.
“Segitunya SLR balik.
Ckck,”celetuk Rio. Ify menatap galak.
“Ini SLR rusak juga gara-gara
elo,” Rio langsung kicep membuat Alvin dan Rafli terkikik pelan.
Setelah itu Rio ikut bergabung
bersama Alvin dan Rafli untuk main PS sementara Ify memasak. Cewek itu suka
memasak, sayangnya takut kena cipratan minyak goreng. Nah loh, kalo udah gini
dia menyiasati makanan yang nggak butuh banyak minyak seperti nasi goreng. Ia
memasak seakan-akan sedang berperang, bahkan Rio yang sengaja ke dapur untuk
minum jadi ngeceng-cengin Ify dengan cara masaknya.
“Banyak codz lo!”galak Ify.
Rio menjulurkan lidah lantas meraih minumannya dan balik lagi ke ruang tengah.
***
Ify sudah menyiapkan nasi
goreng buatannya di meja makan. Kurang memanggil tamu-tamu tak diundang itu
saja untuk makan bersama.
“HEH! Laper nggak lo pada? Gue
bikin nasi goreng tuh!”ujar Ify yang tiba-tiba datang.
Rio, Alvin dan Rafli
mendongak. Rafli yang bergerak duluan, meletakkan stick Psnya dengan asal lalu
berlari ke meja makan. Ify hanya bisa geleng-geleng, selanjutnya Alvin tidak
mau kalah langsung mengikuti Rafli. Rio sih acuh aja karna merasa nggak yakin
sama masakan Ify jadi ia hanya berjalan biasa.
“Habis makan ini gue bakalan
pulang dengan selamat kan?”tanya Rio tanpa dosa. Ify mendelik mendengarnya
disertai ekspresi menggemaskan yaitu manyun-manyun nggak jelas.
“Jangan salah! Masakannya
kakak gue enak tau!”seru Rafli tak terima. Rio ragu-ragu.
“Serius deh yo, enak,”timpal
Alvin.
“Udah lah kalo dia gak mau
makan, ini gue buat spesial gara-gara SLR gue udah balik,” Ify menengahi.
“Oke gue makan. Meskipun rada
nggak yakin soalnya lo masak kayak mau perang,”ejek Rio namun tetap
menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.
Alvin udah pengen ngakak waktu
liat ekspresi Rio yang berubah 180 derajat. Rio langsung nyengir sambil liat
Ify yang mukanya jadi songong. Artinya masakan Ify emang enak, yaa jangan
salah! Ify meskipun anak yang biasa-biasa aja di sekolah tapi punya banyak
bakat kayak masak gini.
“Makanya jangan sok ngeremehin
orang, Tuhan aja nggak pernah ngeremehin umatnya kok,”celetuk Ify dengan sok
bijak.
***
Pagi-pagi Acha dan Sivia udah
sampai di kelas kayak biasa. Diantara mereka bertiga emang Ify yang suka ngaret
tapi begitu Ify datang bersama camera SLR kesayangannya itu muka Acha langsung
berbinar. Akhirnya dia bakalan ganti foto profil sama avatar baru!
“HUEEE TUNG! BOHAY BALIK!!”
satu kelas udah liatin Acha aja yang teriak kayak di hutan.
“Iye donk!”balas Ify tak kalah
heboh. Mereka cuma bisa geleng-geleng, lagian tanpa Acha dan Ify kelas nggak
bisa rame soalnya rata-rata kelas mereka ini dihuni sama orang-orang jenius
yang kerjanya mantengin buku.
“Sepulang sekolah kita
hunting! Nggak mau tau!”nyolot Acha.
“Sipp chul. Eh lo ikut kan
Siv?” Ify beralih menatap Sivia.
“Oke fy lagian gue di rumah
orak ono gawean, santai wae lah,”balas Sivia dengan logat anehnya. Meskipun
nggak ngerti Sivia ngomong apa tapi Ify mengacungkan jempolnya karena ada kata
‘oke’ yang keluar dari bibir Sivia.
Sementara itu Rio yang bar
masuk kelas langsung geleng-geleng kepala. Nggak ngerti kenapa benda itu
berharga banget, nggak cuma buat pemiliknya tapi juga teman-teman anehnya. Rio
bergidik ngeri, jangan-jangan Alvin juga kayak gini. Hiii...
“Hallo sayang,”sapa Rio jail
tepat dihadapan Ify. Cewek itu celingak-celinguk, pura-pura nggak tau siapa
yang disapa Rio.
“Hallo Ify Queena Alyssa
SAYAAAAANG,”ulang Rio lagi yang membuat Ify melotot tajam ke arahnya.
“Berenti panggil gue sayang!
Gue gibeng juga lo!”ancam Ify. Rio malah tertawa kecil, merasa tingkah Ify unik
sekali. Kalo udah begini gigi-gigi kecilnya kayak lagi makan permen.
“Lah nggakpapa donk
sayang,”goda Rio. Ify manyun-manyun nggak jelas gara-gara keki, Acha sama Sivia
bukannya bantuin malah ketawa. Sial banget kan?
“Lo minta dicium ya?”
pertanyaan ini selalu aja terlontar dari mulut Rio kalo Ify udah manyun kayak
gitu. Ify nggak peduli malah ganti nyibir, misuh-misuh dalam hati eh Rio malah
ngedeketin wajahnya.
“Heh! Mau apa lo?!!”bentak
Ify. Rio tertawa tapi nggak beringsut mundur juga.
Tiba-tiba Ocha sama Ena lagi
kejar-kejaran dan ngedorong tubuh Rio. Cowok itu bener-bener nggak siap
didorong tiba-tiba, apalagi posisinya sekarang jadi....
“YES DAPET!!!” seruan Obiet
paling kenceng.
“Hueee Rio!!! Ngapain lo nyium
gue beneraaaannn???!!!!” Ify mulai ngamuk-ngamuk sambil ngusap-ngusap pipi
kanannya yang nggak sengaja kecium Rio. Cowok itu menggaruk tengkuknya, bingung
harus berbuat apa.
“Gue nggak sengaja, salahin
aja si Ocha sama Ena,” Rio baru saja ingin memarahi dua anak kembar itu tapi
ternyata udah nggak ada di TKP.
“Ciieee RiooIffyyyyyy,”
temen-temen sekelasnya sekarang malah sibuk ngeceng-cengin mereka berdua.
“HEH APA LO!!!” Ify menatap
temen-temennya galak tapi nggak ngaruh apa-apa.
“Fy, mau liat foto lo dicium
Rio nggak?” tiba-tiba Obiet udah ada di depannya. Ify melotot kaget.
“OBIETT!!! HAPUSSS!!!!” Obiet
menjulurkan lidahnya lalu berlari keluar dengan cepat.
“Tenang aja fy, gue tanggung
jawab kok,”celetuk Rio tanpa dosa.
“PENYAMUUUNNN!!!!”
“Apa sih Ify sayang,” Rio
lagi-lagi menggoda Ify. Dalam hati cowok ini berterima kasih sekali kepada Ocha
dan Ena, tanpa mereka mungkin dia nggak bakal nyium pipi Ify (plis-_-)
“Sayang sayang! Sono pacaran
sama Ozy!!”
“HEH!”
***
Langganan:
Postingan (Atom)