"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Sabtu, 08 Juni 2013

Cerpen - Sesulit Hatiku Bicara


Judul: Sesulit hatiku bicara
Author: Fanny Salma



Sebelumnya saya ingetin yaa ini TERINSPIRASI dari kisahnya alm. Alawy Yusianto Putra sama Syifa.


^^^


Pagi itu aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Semuanya terasa sama. Aku yang selalu berangkat mepet waktu masuk sekolah. Seperti biasa teman-teman yang selalu menyorakiku saat masuk kelas dan yang pasti mereka tak pernah takjub melihatku mendapat hukuman karena terlambat sekolah. Alasannya simple, hanya membuang waktu.

Aku melangkah menuju kelas dan mendapati teman-temanku sudah berkumpul membuat onar. Mereka Sivia, Agni, Pricilla, Cakka, Alvin dan Patton. Aku langsung meletakkan tas punggung berlable ‘rumah warna’ dengan corak batik di mejaku lantas bergabung dengan mereka semua. Aku paling akrab dengan Sivia karena rumah kami yang bersebelahan. Mereka sahabat dekatku selama di SMP dan kini kami duduk di kelas yang sama di SMA Bakti Husada.

“Cieee yang semalem BBMan sama Rio,”ledek Sivia ketika aku baru saja berkumpul.
“Apaan sih,”elakku sedikit gugup.
“Rio sape? Rio yang jualan siomay di depan?” secara reflek aku menoyor kepala Cakka.
“Bukan kka! Bang Rio yang suka jualan baso tuh,”timpal Agni.
“Lo lagi ikut-ikut!” mataku memelototi Agni dan Cakka.
“Emang yang dimaksud Rio siapa?”tanya Patton. Ia sedikit kalem, iya hanya sedikit.
“Itu tuh Rio anak SMA 99. Temen futsalnya Gabriel,”samber Sivia seenak jidatnya.
“Gabriel mantan Ify?” Sivia hanya mengangguk mantap.
“Wah parah lo fy, abis sama Gabriel malah ngembat temenya,”celetuk Cakka lagi. Aku segera menjambak rambutnya yang mulai panjang itu.
“Ngomong mulu lo!”
“Ampun fy, hehe.” Cakka mengacungkan jari tengah dan telunjuknya secara bersamaan.
“Semalem BBMan gimana fy? Cerita donk!”sahut Pricilla.
“Emm... itu... ya pokoknya rahasia deh,”jawabku sambil memeletkan lidah.
“Iya mah yang pedekate mulu tapi nggak jadi-jadi.” Aku menekuk mukaku dalam-dalam, memang benar kata Sivia, pedekate kami adalah pedekate paling nggak wajar, kesannya ditarik ulur mulu.

Seterusnya sampai bel masuk berbunyi mereka terus meledekku. Aku hanya dapat menekuk muka karena tak ada yang membela.


***


Hari  ini aku malas ngapa-ngapain. Rio belum juga read BBMku. Ah kebiasaan! Aku hanya bisa menunggunya. Rio. nama itu selalu terlintas di otakku, dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun. Pemuda itu berhasil menjaringku. Kalau bukan karena Gabriel, mungkin aku tak pernah mengenalnya. Bocah itu sangat tengil meskipun bermuka hacker. Kami jarang bertemu, dalam satu bulan pertemuan kami bisa dihitung dengan jari. Tapi malah semakin memperdalam perasaanku. Entah sudah berapa kali pedekate kami berlangsung tapi tetap saja kami seperti magnet, kalau lagi cocok saling mendekat tapi kalo lagi nggak cocok saling menjauh.


***

24 Januari 2012

Malam itu aku sedang menunggu BBMku berbunyi. Dan benar, tepat pukul 11 malam BBMku berbunyi. Aku segera me-readnya, benar dugaanku, Rio. Pemuda itu.

Rio: Hei bawel, lagi apa lo?
Ify: lagi mikir
Rio: Mikirin gue ya? :p
Ify: Mau banget gue mikirin elo? Dasar tengil
Rio: Bangeettttt
Ify: Duh, iiooo.. terharu nih (?)
Rio: Ipii terharu? Sama nih io juga
Ify: Io terharu kenapa?
Rio: Coalnya ipi manggil io bukan tengil :3
Ify: Yee taplak! *jitak*
Rio: Dih nyablak mulu *balesjitak*
Ify: Biarin! Apalo jitak-jitak? Nih yaa *bogem*
Rio: cantik cantik jiwa preman
Ify: Sial lo ah, dari pada elo udah tengil nyebelin lagi
Rio: Haha, lagi dimana lo?
Ify: Di hati bieber
Rio: kalo di hati gue mau nggak?
Ify: Bayar!
Rio: Bayar pake cinta ya? :p
Ify: Bilang aja kere -_-
Rio: Iya nih kere cinta kamu :”)
Ify: Apa sih makin gajelas -_-
Rio: Iya gajelas, orang lo gantung mulu :D
Ify: Tengil!!
Rio: serius bawel, mau nggak kalo lo di hati gue?
Ify: mau nggak yaa?? :p
Rio: Mau donk, kan Rio cakep :)
Ify: Haha tengil lo. Hati lo ada apa sih emang? :p
Rio: Ada banyak ruang buat kamu ._.
Ify: Wah boleh tuh
Rio: Eee... serius?
Ify: serius apa?
Rio: kita jadian

Oke sampai sini aja gue ceritain BBMan gue sama Rio itu. Iya, malem itu aku jadian sama Rio. tak menyangka juga ternyata hubungan yang selama ini ngegantung jadi jelas! Baru jam 3 pagi aku tidur. Kebiasaan Rio selalu begini tapi tetap tak merusak  kebahagiaanku malam itu.



25 Januari 2012

Entah kenapa aku berangkat pagi hari ini. Teman-teman dekatku sudah berkumpul seperti biasa dan terperangah melihatku yang dengan tenang berjalan menghampiri mereka. Tak ku sangka ternyata teman-teman lain juga menatapku heran. Aku hanya menunjukkan cegiran khasku.

“Ada apa lo berangkat pagi? Ketimpuk mangga tetangga lo itu?” seperti biasa Cakka yang selalu nyablak ketika aku datang.
“Gue lagi seneng,”kataku sambil tersenyum penuh arti.
“Seneng kenapa? Rio nembak elo?”tuduh Sivia yang membuat senyumku makin lebar.
“IFY!! Lo jadian sama Rio??!!” aku segera membekap mulut ember Sivia.
“Jangan keras-keras dodol!”sengitku.
“Wah selamat yaa.” Alvin mengulurkan tanganya. Aku membalasnya.
“Ciee udah nggak jomblo lagi, gimana bisa dia nembak lo?”tanya Pricilla penasaran.
“Lo nggak melet dia kan? Lo kan suka nyablak.” Aku melengos mendengar perkataan Patton.
“Nih.” Aku menyerahkan BBku. Mereka semua langsung menyerbu dan membuka BBMku.
“Haha, sama modusnya,”komentar Agni.
“Udah jangan lama-lama.” Aku segera mengambil alih BBku sebelum mereka membaca BBM dari Rio yang bawah-bawah.
“Peje fy jangan lupa!”seru Alvin.
“Peje? Minta Rio noh,”selorohku.
“Rio kan di SMA 99 odong! Jauh!” Iya, SMA Rio dan SMAku memang jauh termasuk jarak rumahku dengannya.
“Ya udahlah ntar gue traktir di kantin,”balasku.
“Yeeee!!!”

Aku hanya tersenyum, dalam hati bersyukur punya teman seperti mereka. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Kami berhamburan kembali ke tempat duduk masing-masing kecuali Alvin dan Agni yang berbeda kelas dengan kami.


31 Januari 2012

Hari ini aku ke arena futsal. Kalau dulu aku ke sini karena Gabriel, sekarang aku datang karena Rio. Aku sangat bersemangat karena ini pertaa kalinya aku bertatap muka dengannya setelah beberapa hari resmi menyandang status sebagai kekasihnya. Ah.. entah kenapa semangatku luntur begitu melihatnya tersenyum ke arahku serta melambaikan tangan. Yang ada hanya perutku yang penuh dengan kupu-kupu.

“Baru datang?”tanya Rio dengan senyum manisnya.
“Iyalah, lo pikir?” aku berusaha mengendalikan kegugupanku. Rio terkikik.
“Nggak di BBM nggak di depan gue nggak ada jaim-jaimnya yaa,”jujur Rio disertai seringai lebarnya.
“Yee baru dateng udah diledek, kasih minum kek,”ceplosku.
“Lo pikir lagi di rumah gue? Ayo deh gue beliin.” Rio menarik pergelangan tanganku. Perasaanku mulai tak karuan tapi aku tetap menurut.
“Mau apa lo? Ambil deh ntar gue bayar,”ucapnya.
“Iya donk emang harus lo yang bayar,”balasku. Rio lagi-lagi terkikik.
“Udah itu aja?”tanya Rio melihatku hanya mengambil satu botol pocari sweat.
“Emang lo mau gue beli masnya?”tanyaku dibuat polos. Mas-mas si penjual itu mendelik ke arahku.
“Kayaknya gue aja yang sanggup dengerin kebawelan lo,”tohoknya sambil melirik si mas penjual itu. Mukanya mulai pucat pasi.
“Iya sih,”balasku akhirnya.

Setelah itu Rio membawaku duduk di pinggiran lapangan. Ia meletakkan tangan kanannya di bahu kananku sambil sesekali mengajakku bicara. Aku menjawabnya seperti biasa. Kami terus becanda sampai tanpa sadar terkadang ada diantara kami yang meninju pelan.

“Lo ke sini naik apa?”tanya Rio lalu meneguk minumannya.
“Dianterin bieber,”jawabku asal.
“Duh perasaan gue kalah mulu sama si Bieber,”balas Rio dengan ekspresi yang dibuat-buat.
“Iyalah! Bieber putih, mancung lagi, elo? Udah item pesek lagi terus juga tengil.”
“Kan gue beda dari yang lain makanya elo suka kan?”canda Rio yang membuatku blushing.
“Nah kan blushing,”ledek Rio ketika mendapati semburat merah di pipiku. Entahlah, aku hanya merasakannya saja bahwa pipiku memang sudah semerah tomat.
“Apasih lo,”elakku pura-pura ngambek.
“Ganti haluan fy?” aku menoleh dan mendapati Gabriel yang mengambil bola di dekat kursi yang aku dan Rio duduki.
“Eh elo bro, iye nih,”kataku santai.
“Longlast ye,”ucapnya lalu pergi begitu saja.
“Makin aneh aja tuh orang,”celetukku yang mampu didengar Rio.
“Gitu-gitu juga mantan kamu,”balas Rio.
“Kenape? Cemburu lo?”candaku.
“Emm... mau banget gue cemburu?” aku langsung melengos.
“Haha, yaiyalah ipi sayang!!!”seru Rio lalu mengacak-acak puncak kepalaku. Aku lantas membalasnya dengan membuat rambutnya sangat berantakan.



1 februari 2012

Aku bangun telat seperti biasa lalu segera mandi namun tanpa sadar ternyata BBku terbawa di kantong baby doll yang sedang aku kenakan dan akhirnya nyemplung ke bak mandi. Aku menjerit keras, berusaha menyalakan BB itu tapi tetap saja nggak bisa nyala! Mungkin karena di bak mandi juga sempat terbanting.

“Kenapa sih fy? Pake teriak-teriak segala,”omel Mama.
“BB Ify nyemplung bak mandi dan nggak bisa nyala lagi ma.” Aku menekuk mukaku.
“Ya udah ntar dibenerin, sekarang kamu cepetan mandi. Dari pada ditinggal Ray sama Papa.” Aku hanya mengangguk pasrah.

Sesampainya di sekolah, aku sudah terlambat. Guru BK menghukumku untuk tidak mengikuti dua jam pelajaran. Aku sendiri tak peduli, masih memikirkan nasib BBku. Barang itu seakan nyawa keduaku.

“Heh, telat lagi lo?”tanya Sivia yang duduk satu bangku denganku.
“Iye siv, tadi pagi BB gue nyemplung ke bak mandi,”curhatku lalu memasukkan tasku ke dalam laci meja.
“Lah, lo mandi pake BB?”tanya Sivia polos.
“Kagak! Semalem gue BBMan sama Rio sampe jam 2 pagi terus gue nggak nyadar kalo tuh BB ada di kantong baby doll yang gue pake eh pas ke kamar mandi jatoh,”jelasku.
“Yaampun, parah lo! Terus udah dibenerin?” aku menggeleng.
“Ya udah kalo lo mau BBM Rio pake BB gue aja, kan rumah kita deket,”hibur Sivia. Aku hanya mengangguk.
“Nih catetan gue, lo salin sana!” lagi-lagi aku hanya menurut.



18 Februari 2012

Hari ini aku ulang tahun! Yay! Rio udah ngucapin donk meskipun lewat BB Sivia. Iya BBku beneran rusakotal. Hari ini hari minggu juga. Aku berencana mengundang teman-temanku, kebetulan mama mau masak banyak!

To: *blablablabla*
Heh, dateng ya ke rumah gue! Awas kalo enggak!

Beberapa menit kemudian mereka bilang nggak bisa. Ah rese!!

“Ma, nggak usah masak deh. Temen-temen nggak bisa dateng, katanya sibuk,”ucapku ke Mama. beliau hanya mnurut.

Aku di kamar sendirian. Ini udah jam setengah tujuh malem. Tiba-tiba bel rumah bunyi, aku segera membukakan pintu. Saat pintu benar-benar terbuka aku kaget banget udah ada temen-temen di depan pintu, bawa rainbow cake sambil nyanyi lagu ulang tahun.

“Aaaaa lo semua ngerjain gue??”tanyaku galak.
“Make a wish dulu fy!”seru Patton yang membuatku mengalihkan perhatian.

Aku menutup mataku. Lalu merapal doa, doa yang aku harap akan dikabulkan Allah. Aku ingin mereka yang menyayangiku tak pernah berhenti menyayangiku termasuk Rio.

“Kyaaa!!!!” Aku menjerit ketika membuka mata dan mereka dengan teganya melempar cake itu ke wajahku.
“Makin cantik lo,”celetuk Agni.
“Iya, tuh abang Rio aja terpesona,”ujar Caka yang membuatku melirik ke arah Rio. sejak kapan dia datang? Entahlah, yang jelas aku senang.
“Huuu dasar!! Gue beresin muka dulu ya, lo semua masuk gih,”kataku.

Sebelum aku membersihkan muka, aku menyuruh mama memesan Pizza ukuran large enam dus! Bukan apa-apa, mereka kan emang rakus. Setelah itu kami berkumpul sambil menghabiskan pizza. Baru jam sepuluh malam mereka pulang. Sivia dan Rio yang paling akhir.


23 februari 2012

Aku, Sivia, Pricilla, Agni, Alvin, Cakka dan Patton berkumpul di rumahku. Seperti biasa, setiap nongkrong pasti rumahku karena mama selalu masak banyak.

“Nonton streetball yuk,”ajak Cakka.
“Dimana?”tanyaku bersemangat.
“FZ. Keren loh bintang tamunya.”
“Duit gue tipis nih,”celetuk Pricilla.
“Berapa emang?”tanya Alvin.
“Gocap.”
“Itu banyak dodol!”toyorku.
“Iya deh,”ujar Pricilla.
“Eh Nono ikut,”kata Sivia.
“Nono? BBMin Rio donk,”kataku malu-malu. Sivia segera mengetikkan sesuatu.
“Kata Nono dia gak ada duit, mending lo BBMin si Rio sendiri deh.” Aku mengangguk lalu menerima BB Sivia.

Ify: Yo, ikut nonton streetball kan? –Ify-
Rio: Gue nggak ada duit fy
Ify: Ayolah ikut pleasee
Rio: Duh seriusan deh, gue naik apa coba?
Ify: Yah yoo :(
Rio: Iyadeh gue ikut
Ify: oke gue tunggu yaa :*
Rio: Sips :*

“Udah?”tanya Sivia menerima BBnya kembali.
“Iye, akhirnya dia ikut,”jawabku.
“Haha, lo paka sih.” Aku hanya nyengir horse.

Setelah itu kami semua berangkat ke fz naik naik taksi. Sampai di sana belum ada Rio. aku menunggunya di depan. Takut Rio bingung mencariku dan malah tersesat karrena memang yang nonto banyak banget.

Tak lama kemudian pemuda ber T-Shirt biru dengan celana jins menghampiriku masih dengan senyumnya. Dia segera duduk di sebelahku lalu mengacak-acak rambutku.

“Dih, apasih lo dateng-dateng main ngerusak aja,”cibirku.
“Bodo, yuk ah nonton. Percuma gue ngemis-ngemis nyari tebengan kalo gak nonton.” Aku terkikik mendengarnya.
“Bukan mau ketemu gue ya?”godaku dan dia malah jitak.
“Nah kan malah ngejitak.”
“Gakpapa, siapa tau gue nggak bisa jitak lo lagi,”balas Rio asal. Lalu kami Rio menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam. Sesampainya kami berkumpul dengan yang lain.

Dua jam setelah itu kami pulang naik taksi.

“Duh.. gue masuk lagi ya, pengen peluk Rio sekali lagi deh. Ya ya yaa,”pintaku kepada teman-teman.
“Ada-ada aja lo, kayak besok nggak ketemu aja,”balas Cakka.
“Udahlah biarin aja kka, sono!” aku tersenyum senang lantas masuk lagi ke fz dan mencari Rio.

Samar-samar aku medengar suara Nono,”mau kemana lo?” lalu ada suara Rio,”pergi jauh.” Setelah itu aku menemukan mereka berdua.

“Rio tengil!” Rio menoleh.
“Loh, nggak jadi pulang?”tanya Rio lembut.
“Bentar, pengen peluk lo sekali lagi.” Aku segera menabrak tubuh Rio secara spontan. Mendekap erat tubuhnya lalu melepaskannya..
“Dadah Rio tengil!!”seruku sambil menjauhinya. Aku sempat melirik Rio yang masih cengar-cengir.



24 Februari 2012

Aku melangkahkan kaki menuju kelas. Sudah ada teman-teman dekatku di sana. Mereka lagi-lagi terbengong melihatku. Aku hanya nyengir lebar di depan mereka.

“Kenapa lo?”tanya Cakka.
“Gue anniv satu bulan sama Rio lohh!!”seruku. Iya, hari ini tepat jadianku dengan Rio yang satu bulan.
“Aaaaa selamat my beloved sistaahh!!”seru mereka semua.
“Makasih my beloved brotha sista,”balasku.
“Rio udah ngucapin?”tanya Alvin.
“Belum.”
“Ucain duluan kan bisa nek,”timpal Patton.
“Gue kan cewek!”bantahku.
“Ada aturan cewek nggak boleh say hapy anniv duluan?”tanya Patton yan membuatku menggeleng.
“Malu gue.”
“Masih punya malu lo?” aku menjitak kepala Cakka.


Saat istirahat aku dan teman-teman anehku pergi ke kantin.

“Fy, Rio mati?”tanya Sivia yang tak lepas dari BBnya.
“Apaan sih lu. Nggak lucu ah,”balasku.
“Ini temen-temen Rio kok pada nge-tweet R.I.P Mario Stevano Aditya Haling?”tanya Patton ikut-ikutan. Badanku mulai lemas.
“Mungkin mereka iseng.”
“IFY!!” aku mendengar sebuah suara memanggilku.
“Fy, Rio fy..”
“Apa vin? Eh masak Sivia sama Patton bilang kalo rio mati? Nggak lucu deh becandanya,”cerocosku.
“Itu dia fy, ini Nono sms gue kalo Rio emang mati, kena bacok SMA 78.”

Aku roboh seketika. Air mataku sudah jatuh tak tertahankan. Mereka menatapku iba lalu merengkuhku dalam peluknya.

Pulang sekolah aku langsung ke rumah Rio bersama mereka teman-temanku. Sampai di rumah Rio tangisku mulai pecah lagi, banyak wartawan yang meliput. Aku menemui Deva adik Rio, laki-laki itu mengenalkanku pada saudara-saudara Rio.

“Sabar yah fy..” Nono, Zahra, Ozy dan lain-lain yang aku kenal sebagai teman dekat Rio memelukku bergantian.



***

Sudah satu minggu semenjak Rio meninggal. Kini aku berada di makamnya, menabur bunga. Aku ingin dia tau kalau selama satu minggu ini ia tak pernah lepas dari otakku. Hatiku sulit bicara semenjak kepergiannya. Aku mati rasa? Tidak! Masih ada rasa perih yang menyelimutiku. Hanya saja ini terasa lebih sulit karena semuanya telah berbeda.

“Kenapa sih elo pergi pas anniv? Gue kira elo mau bikin surprise tau,”ujarku menatap nanar nisan bertuliskan ‘Mario Stevano A.H’

“Rioo.. Cuma elo yang bikin gue ketawa sambil nangis kayak gini, gue kangen sama elo. Kenapa sih dari sekian juta orang yang nakal harus elo yang diambil sama Allah? Gue masih butuh elo yoo.. masih butuh! Bahkan gue nggak pernah tau sampai kapan gue gak butuh elo, kayaknya gue selalu butuh elo yo.. Beneran deh, gue kangen elo tengil. Tega lo pergi gitu aja tanpa pamit ke gue?” aku mulai terisak.

“Ya udah ya yo. Gue masih kangen banget sama elo tengil, tapi gue udah capek nangis. Lo baik-baik yah di sana, tunggu gue juga yaa.” Aku memejamkan mata sejenak lantas mengusap sisa-sisa air mata di pipiku lalu meninggalkan makam Rio.

Sampai di rumah aku terisak kembali. Berita di stasiun TV manapun masih memberitakan tentang Rio. Korban tawuran yang sebenarnya tak pernah ikut tawuran, ia hanya korban. Itu semakin menorehkan luka. Tanpa sadar aku terlelap.

“Maaf ya fy, maaf karena gue nggak bisa ngucapin selamat anniv ke elo secara langsung. Gue juga kangen sama elo, maaf gue nggak bisa jagain lo lagi, maaf untuk semua kesalahan gue dan makasih untuk satu bulan terindah.”

Aku membuka mataku. Percaya bahwa yang tadi adalah suara Rio.

“Iya yo.. so glad to be yours, selamanya..”

^^^

0 komentar:

Posting Komentar