Tittle: Kisah Klasik Persahabatan
Author: Fanni Salma :)
“ Kisah Klasik Persahabatan “
Biarkan saja
Kekasihmu pergi
Teruskan saja
Mimpi yang kau tunda
Kita temukan
Tempat yang layak
Sahabatku ...
Hatiku tersayat. Meninggalkan bekas luka yang tak berobat.
Inikah cinta? Penuh kepalsuan antara kau dan aku. Mungkinkah cinta
memang tak berpihak padaku? Aku hanya terdiam, menikmati setiap sentuhan
kepasrahan. Kepasrahan saat aku melihatmu, denganya. Lalu, apa aku
ini?? Apakah aku hanya sebatas jembatan penyebrang antara kau dan dia?
Kau anggap aku apa??!!
“Istiii...” Sentuhan lembut membelai bahuku. Aku menoleh dan mendapati gadis berwajah manis tersenyum kepadaku.
“Apa?”tanyaku dingin.
Gadis itu mengambil tempat duduk di sampingku, di taman kota yang
selalu sepi ini. Dialah orang selalu bersamaku, menemani hariku tanpa
aku tau tentangnya. Dia yang selalu hadir dalam ketidak inginanku namun
dia tetap sabar menjagaku.
“Kan gue udah bilang kalo Raffy nggak pernah suka sama elo, dia
jadian sama elo itu cuma mau manfaatin keadaan. Dia pengen deket sama
Vindi. Lo sadar kan kalo elo sama Vindi itu sahabatan?” aku tertegun
sejenak. Beberapa minggu lalu gadis ini memang memberitahukan hal ini
namun aku terlalu buta untuk memahami semuanya.
“Lo nggak bego kan? Lo pasti bisa ngerti mana yang baik dan mana yang
buruk,”lanjut gadis ini dengan senyum yang sengaja ia lemparkan
untukku.
“Faannn... Maafin gueee, maaaaafff!!!” Aku terisak lalu memeluk gadis
ini penuh rasa bersalah. Selama ini aku terlalu buta. Iya, aku buta!
Sampai-sampai tak pernah tau bahwa gadis ini sedang menjagaku. Menjaga
hatiku.
“Udah is, udaahh. Lo nggak peerlu nangis kayak gini.” Dia balas memelukku sambil mengusap rambut panjangku.
“Gue bego fan! Bego! Kenapa sih dulu gue nggak dengerin kata-kata lo? Sakitt faannn sakiitttt,”cerocosku.
“Aduh is, yang penting kan sekarang lo udah tau siapa Raffy sebenarnya. Dan tolong jangan dendam sama siapapun ya,”balas Fanni.
“Kenapa? Mereka jahat! Raffy cowok gue teruuusss Vindiiii, sahabat
gue! SAHABAT.” Aku mengucapkan kata ‘SAHABAT’ dengan penekanan.
“Siapa yang tau cinta? Cinta emang menggelitik hati tapi justru bisa
membunuh. Raffy bukan mau nyakitin elo tapi dia terjebak dan akhirnya
dia memilih jalan yang salah lalu Vindi nggak bisa disalahin, selama ini
dia selalu nyupport elo sama Raffy tapi apa salah kalo ternyata dia
malah balik jatuh cinta sama Raffy? Enggak is! Nggak ada aturan untuk
jatuh cinta.” Aku mencerna ucapan Fanni dengan takut. Ia benar. Mereka
tak pernah salah. Cinta yang salah, kenapa cinta terlalu jahat
sampai-sampai dia tega membunuhku?
“Terus sekarang gue harus gimana?”tanyaku bingung.
“Masa depan lo masih panjang. Mau kan lanjutin mimpi sama-sama? Sama gue.” Aku tersenyum lalu mengangguk setuju.
Aku dan Fanni tertawa bersama. Melupakan setiap aliran darah yang
masih berkesimpuh menahan lara yang baru saja mengalir lembut, perlahan
namun menusuk. Tapi kini aku percaya kepadanya. Masa depan jauh lebih
penting.
Aku bernyanyi untuk sahabat
Aku berbagi untuk sahabat
Kita bisa...
Jika bersamaaa ....
Aku bernyanyi untuk sahabat
Aku berbagi untuk sahabat
Kita bisa...
Jika bersamaaa ....
“Sekarang kita kemana?”tanyaku.
“Sekarang kita temui Raffy sama Vindi. Selesaiin masalah ini,”jawab Fanni lembut.
“Ok.. Oke.” Aku sedikit ragu.
“Ayukk.”
Aku dan Fanni berjalan beriringan menikmati sayup-sayup angin yang
bersemilir menerpa wajah kami, rambutku yang panjang ikut bergoyang
tanpa malu. Fanni masih tersenyum. Sesuatu yang khas menghiasi wajah
tirusnya.
“Itu....” Fanni menunjuk ke arah dua sejoli yang tengah
bercengkerama. Aku menguatkan hati. Baru saja sakit hatiku perlahan
hilang namun dengan pemandangan menakjubkan ini, aku seakan tertimpa
puluhan rasa sakit. Rasa sakit itu bernafsu menggoyahkanku. Aku takut,
takut kehilangan mereka berdua namun aku terlalu benci oh tidaakk, kata
Fanni mereka tak pernah salah.
“Iss... istii???” sepertinya mereka tersentak menyadari kehadiranku.
“Ini akan terasa sakit tapi setelah itu lo bakalan jauh lebih lega,”bisik Fanni.
Aku tersenyum menyapa hangat keduanya. Ini bukan akhir segalanya
bukan? Mungkin Tuhan tengah menyimpan jodohku di tempat yang aman. Iya,
pasti.
“Hai, seneng banget ya?” aku merutuki diriku sendiri. Kenapa sih aku harus bersikap ketus? Aduh is, tegar is tegaaarr!!!
“Emm, sorry ya kalo gue ganggu kalian...” Lagi-lagi aku merutuki diriku sendiri. Nada bicaraku terkesan iri hati.
“Gue.. gue mau ngomong sama elo Raf.” Raffy mendongak lalu menatapku nanar.
“Kita putus.” Aku berucap demikian dengan senyum yang sedari tadi berusaha aku pamerkan. Lihat! Aku masih bisa tersenyum bukan?
“Maaf is, maaf.” Raffy menyentuh bahuku. Aku mengelaknya.
“Lo bisa dapetin apa yang lo mau, sekarang,”ucapku sambil berlalu
menarik Fanni. Ajaibnya, rasa sakit yang sedari tadi ku tahan kini
seakan melegakan.
“Thanks,”ucapku tulus kepada Fanni.
“Yeaah.”
***
Hari demi hari membawaku ke puncak kembali. Aku masih bisa
melanjutkan hidupku, tanpa Raffy. Sekarang aku dan Fanni tengah
bergabung ke dalam sebuah fanbase. Fanbase dimana aku belajar banyak
hal. Awalnya aku tak tau fanbase apa ini tapi setelah mendengar cerita
dari Fanni, aku sedikit paham. Sebut saja RIFY MANIACS, sekumpulan orang
penggila berat Ify Alyssa dan Mario Stevano. Keduanya sama-sama
terlahir dari ajang pencarian bakat. Awal terbentuknya fanbase ini
karena mereka yang diminta berduet saat Grand Final. Ify yang pintar
membuat melodi-melodi indah dari grand piano putihnya dan Rio dengan
suara emasnya.
RIFY MANIACS. Fanbase yang dianggap ‘memaksa’ , entah akupun tak
mengerti dimana letak ‘pemaksaan’ itu. Yang jelas aku bahagia berada di
dalamnya. Aku tersadar, bukan Raffy yang membuat kebahagiaanku namun
bagaimana aku menemukan kebahagiaanku.
“Gimana? Mereka asik kan?”tanya Fanni saat kami sedang makan siang di
cafetaria. Di depan kami terpampang notebook yang akhir-akhir ini
menyibukkan kami berdua.
“Bangeettt!!! Ah gilaaaa, seneng banget guee,”ucapku tanpa menghentikan jemariku yang terus-terusan mengetik.
“Lo yang baru gabung aja bahagia banget yaa, kenapa mereka malah
benci banget sama fanbase ini ya?”tanya Fanni miris. Aku mengerti
maksudnya.
“Udahlah santai aja, mereka itu buta! Asal ngejudge seenak udelnya.
Coba kalo udah masuk grup, pasti nyesel tujuh turunan udah ngehina
fanbase kita,”hiburku.
“Yooiii, capek gua kalo terus-terusan adu bacot sama mulut sampah
begitu.” Aku tertawa renyah. Fanni emang nggak bisa tahan kalo ada yang
ngejelekin Ify apalagi RFM (singkatan RIFY MANIACS), meskipun udah
menyatakan ‘silent’ tapi tetep aja dilanggar. Dia terlalu sayang sama
Ify.
“Paham deh paham,”balasku.
“Lagi apa sih lo? Asik bener?”tanya Fanni sambil mencuri-curi mengintip layar notebookku.
“Chat nih sama anak-anak RFM. Ada Esti, Rani, Rei, Linda, Fira, Amel, Anin, aduuhh banyaaaakkkkk!!!”ceplosku.
“Ahh gua ngikut!!”seru Fanni lalu bergegas membuka notebooknya dan
menyambungkan ke internet lalu ikut chat bersama kami. Dia nggak kalah
rusuhnya.
Di RFM, semua anak-anaknya rusuh dan nggak jarang alasanya ngocol
banget. Ada yang galau karena Ify dan Rio nggak jadian, ada yang galau
gara-gara Rio dan Ify beda agama, bahkan ada yang galau kalau grup sepi.
Kata Fanni, di sana ada satu hal yang sampai sekarang belum aku
mengerti. Entah, ia terlalu pelit untuk memberitahukan padaku. Argh!
Dasar Fanni.
RIFY MANIACS
Esti Pangestika
Mau kumbar nggak? Anniv loh anniv. RFM Jateng manaaaaa???
Aku tersentak melihat postingan Esti. Dengan sigap aku menarik Fanni
yang masih sibuk dengan notebooknya. Sepertinya dia terlalu asik
membully anak-anak RFM yang jones, aduhh kan dia juga jones. Ck!
“Apasihh,”kata Fanni kaget.
“Baca nih baca. BACA!!”kataku nggak nyantai sambil menunjuk postingan Esti.
“KUMBAR RFM JATENG?? HUAAA MAAAUUUUU!!!” aku berusaha keras untuk
menutup telinga supaya suara gadis ini tak merusak indera pendengaranku.
“Iss pokoknya kita harus ikut!! HARUUSS!!!” Fanni menganiayaku.
“Fann wooii faann!! PELAN NAPAAHH???!!”teriakku. Fanni tersadar lalu nyengir tanpa dosa. Hampir saja aku mati.
“Kita ikut kan is? Ikut dums, pan lo baik banget yaa.” Aku mendelik. Gadis ini kalo ada maunya baik-baikin orang.
“Iya iyaaaa.” Ku lihat Fanni tersenyum girang. Ku pikir ini pasti menyenangkan. Ya, mungkin.
“Gue sms Esti dulu ya.” Aku hanya mengangguk.
***
Berjanjilah..
Wahai sahabatku..
Bila kau tinggalkan aku
Tetaplah tersenyum
Meski hati...
Sedih dan menangis
Ku ingin kau tetap tabah
Mengahadapinya
Bila...
Kau harus pergi
Meninggalkan diriku
Jangan lupakan aku
Semoga dirimu di sana
Kan baik-baik saja
Untuk selamanya
Di sini aku kan selalu
Rindukan dirimu
Wahai sahabatku ...
Di sinilah kami, di sebuah tempat karaoke di daerah Semarang. Aku,
Fanni dan RFM Jateng lainnya (namun ada juga yang bukan asli jateng)
tengah berkumpul manikmati video duet Rio dan Ify dua taun lalu. Iya,
dua taun lalu karena memang aku baru saja bergabung dan baru tau
sekarang. Lama bukan?
“Ahh kangen deh mereka duet gitu, kapan lagi yaa?”tanya Esti.
“Ntar deh kalo gua jadian sama Gabriel,”sahut Fanni enteng.
“Woooo!!!”
“Eh sekarang kita ngapain lagi?”tanyaku.
“Kita bikin video aja ya, apasih yang kita dapet selama jadi RFM. Gimana?” Fanni dan aku semangat mengangguk.
“Oke!” Esti menyalakan laptopnya dan mulai merekam.
“Haaiiii kita dari RFM Jateng nih eh nggak cuma jateng sih, ada juga yang luar kota. Hehe.” Esti mulai bercerocosria.
“Oke, kita mau bahas nih apa aja yang kita dapet selama jadi RFM. Duh
kalo gua sendiri sih banyak pastinya. Dua taun nggak sebentar kan? Yang
pasti gue bisa belajar bagaimana menjadi sosok manusia yang sabar.
Iyalah! Orang haters RFM aja banyak bacot pasti kesel juga kan? Tapi gue
seneng, seneng karena dengan begitu gue bisa belajar untuk menghargai
orang lain. Kalo kita mau dihargai kan harus menghargai orang lain ya?
Nah! Makanya semoga haters-haters cepetan tobat deh.” Ada yang terkikik
mendengar ucapan Esti. Kesanya Esti kayak lagi orasi.
“Selanjutnya gue. Gue nggak tau juga kenapa srek banget sama grup
RFM. Yang pasti gue bahagia karena dikenalin Tuhan sama makhluk-makhluk
ibarat malaikat kayak kalian,”ucap Anin salah satu RFM dari luar jateng.
“Gue yaa? Ehmm jujur aja sih gue baru join sekitar 4 bulan yang lalu.
Aduh awalnya gue diajakin Fanni dan nggak muna juga gue nggak begitu
tau tentang Rio sama Ify kalo bukan di kasih tau. Hehe, tapiiii gue
nggak pernah nyesel masuk grup RFM, gue belajar banyak hal di sana
bahkan tempat move on gue juga di sana. Pokoknya sampai kapanpun gue
nggak pernah menyesal berada di sana,”ucapku rada bingung. Kok gugup
yaa?
“Buat gue sendiri, RFM itu udah keluarga gue banget. Semua orang bisa
ngertiin gue di sana, mengerti dalam arti tau keadaan gue bukan
perasaan gue tapi itu udah cukup. Ini dunia maya tapi ternyata saat
semua di satuin nggak ada yang berbeda. Kami hanya kumpulan fans yang
penuh semangat memperjuangkan harga diri kami bahkan idola kami. Tanpa
mereka tau bagaimana kami di dalam, mereka terus mengejudge kami dengan
asal tapi tak mengapa, kadang gue juga bingung kenapa masih bisa
bertahan di lingkup seperti itu tapi gue udah tau jawabanya, karena
mereka tulus menerima gue. Dan buat elo elo yang termasuk salah satu
dari para penyamun itu, lihatlah kami dengan hati kalian. Apa pernah
kami menghina kalian? Apa pernah sebelumnya kami mengenal kalian? Takkan
ada asap bila tak ada api bukan? Lalu, apa kalian tau mana yang menjadi
asap dan mana yang menjadi api? Saran gue, introspeksi diri ya.” Aku
sedikit terperangah dengan ucapan Rani barusan. Benar juga ya, selama
peperangan sengit terjadi, tak ada yang mengerti mana yang asap yang
mana apinya.
“Ehhmm, RFM. Di sana gue punya sesuatu yang mungkin nggak pernah
kalian sadari, yaitu kisah klasik persahabatan. Tanpa sadar kita udah
jadi sahabat. Klasik bukan? Tanpa mengenal perbedaan, kita menjadi satu.
Ibarat pelangi dengan warna yang berbeda lalu disatukan menjadi sebuah
gradasi yang menakjubkan. Kita yang masing-masing mempunyai sifat yang
tentu berbeda, kita yang terlahir dari latar belakang yang berbeda, dan
tentu hampir semua tentang kita adalah berbeda. Hanya dengan persamaan
prinsip kita seakan tak mengenal perbedaan dan justru saling melengkapi.
Satu yang gue tau, persahabatan itu ternyata sangat klasik. Apabila
suatu saat nanti gue harus pergi jauh tapi gue yakin persahabatan itu
akan tetap ada. Bahkan sampai Rio maupun Ify udah kakek nenek, gue nggak
akan mudah ngelepasin persahabatan klasik ini. Terus buat haters,
terima kasih banget buat kalian, karena kalian gue belajar bagaimana
bersabar, gue belajar untuk selalu introspeksi diri, gue belajar tentang
perbedaan, gue belajar banyak yang sebelumnya gue nggak tau apa-apa dan
yang terpenting karena kalian juga gue tau kenapa gue sayang banget
sama Ify yang paling sering kalian hina itu. Udah deh segitu aja,”ceplos
Fanni yang diakhiri dengan kata ‘aja’ padahal udah panjang lebar
begitu. Namun sekarang aku mengerti, kisah klasik persahabatan.
Selanjutnya sampai selesai, tak jarang ada yang rela menumpahkan air
matanya termasuk aku. Selama aku bersahabat dengan Vindi dulu, aku tak
pernah tau bagaimana rasanya punya sahabat. Sekarang ia hanya masa
laluku, munafik sekali kalau aku bilang “Tak ada mantan sahabat” toh
pada kenyataanya aku dan Vindi memang bukan sahabat lagi. Dia terlalu
sibuk dengan dunianya, demi rasa sakitku dulu aku bersumpah tak ingin
mengenal gadis pecundang itu.
“Aduh pengen nangis gue gara-gara ada yang bawa-bawa agama, hehe.
Gimana tadi? Dan ternyata benar, tanpa gue sadar ada kisah klasik
persahabatan yang gue rasain. Gue mau say thanks juga buat semuanya
daannn .......”
“HAPPY BIRTHDAAAAYYY ER EF EEEEEMMMMMMMMM!!!!” seketika ruangan
menjadi riuh, kami bersama-sama meniup lilin berangka 3 yang
dikelilingin lilin warna warni disekitarnya pada kue tart bertuluskan
‘Happy 3rd Anniversary RiFy maniacs’. Lampu ruangan yang remang-remang
seakan menambah kesan ‘manis’. Kami lalu tertawa dan tak jarang ada yang
jahil memeletuskan balon yang sengaja dibuat properti. Setelah itu kami
saling bersalaman dan berpelukan bersama wajah-wajah bahagia.
Tuhan itu adil. Meski Vindi bukan lagi sahabatku namun di sini aku
mendapat lebih dari satu sahabat yang bahkan tak pernah mengenalku namun
mereka begitu tulus. Meski banyak keadaan yang memojokkan tapi aku
merasa ini tantangan. Bukankah haters dan lovers adalah perpaduan yang
wajar?
***
Seminggu berlalu semenjak anniv. Aku dan Fanni masih tetap merusuh di
tempat itu. Sekarang mereka lebih mirip keluargaku. Iya, keluarga
kedua. Kak Radith papanya, kak Gita mamanya dan kami sisanya anak-anak
mereka *eh. Dan aku harap untuk anniversary selanjutnya akan lebih baik
dan terus baik. Di sini, RFM. Ada kisah klasik persahabatan.
Sometimes you think ...
You'll be bind by yourself
Cause a dream is a wish You Make all alone...
It's easy to feel Like you don't need help
But it's harder to walk On your own...
You'll change inside
When you realize
The world comes to life
And everythings alright
From beginning to end
When you have a friend By your side...
That helps you to find
The beauty you are
When you'll open your heart
And believe in...
The gift of a friend...
The gift of a friend...
Someone who knows
When your lost...
And your scared...
There through the highs
And The Lows...
Someone who count on
S
omeone who cares...
Besides you where ever you go
You'll change inside
When you realize...
The world comes to life
And everythings alright
From beginning to end
When you have a friend
By your side...
That helps you to find
The beauty you are
When you'll open your heart
And believe in...
The gift of a friend
And when your hope crashes down
Shattering to the ground You...
you feel all alone
When you don't know
Which way to go...
And There's no such leading you on
You're not alone...
The world comes to life
And everythings alright
From beginning to end
When you have a friend
By your side...
That helps you to find
The beauty you are
When you'll open your heart
And believe in...
When you believe in...
You can believe in..
The gift of a friend
***
Sabtu, 08 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar