"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Sabtu, 08 Juni 2013

Camera In Love - Part 2 "Sekelompok? Apa lagi?!!"


Tittle: Camera In Love
Author: Fanny Salma


-Sekelompok? Apa lagi?!!-


Ify menghela nafas berat ketika mengetahui kenyataan yang –sebenernya emang udah nyata banget dari kemaren kalau Rio, si cowok sok cool itu duduk di belakangnya! Pagi ini Ify sempet merinding dua kali ketika nggak sengaja ngeliat muka Rio. Pertama, papasan di pintu kelas dan kedua waktu mau duduk. Kasusnya sama, si cowok sok cool itu menggoda Ify dengan mengerling nakal ke arahnya. Siapa yang nggak merinding? Apalagi waktu tau si Rio ini playboy kelas kakap.

Ify menatap Acha memelas, gadis berwajah oval itu hanya bisa mengedikkan bahu tanda bahwa ia nggak bisa berbuat apa-apa. Ify menekuk wajahnya dan menatap kesal ke arah bu Erita. Bagaimana bisa guru itu membuat Ify dan Acha terpisah dan menyuruhnya sekelompok dengan cowok baru? Padahal Ify udah protes dengan segala jurusnya sampai nawarin bu Erita jadi model fotonya, awalnya guru itu setuju tapi dia baru inget kalau cameranya dijatohin Rio dan masih di tempat service.

“Huaaa gue bisa gilaa!!!”seru Ify ketika bu Erita keluar. Diam-diam Rio cekikikan sendiri melihatnya seakan baru menemui spesies macem Ify.

“Jangan teriak tung! Budek!”sungut Acha.

“Apasih! Pokoknya gue nggak mau sekelompok sama penyamun!!! Nggak ada!!! Mending gue sekelompok sama jangkrik!!!!”histeris Ify hingga membuat temen-temennya di kelas menatap seakan mengatakan lo-udah-gila-ya?

“Jarang-jarang lo sekelompok sama cowok ganteng,”narsis Rio. Ify makin mencak-mencak dan bibirnya makin monyong.

“Dasar penyamun!”umpat Ify. Rio malah tertawa lebar.

“Penyamun hati lo maksudnya?”balas Rio pede dahsyat sambil berseringai lebar. Ify udah siap nimpukin tasnya ke muka Rio.

“Mana muka lo? Gue bikin nggak berbentuk sekalian,”ancam Ify. Tiba-tiba...

“RIOOOOO IIIFFYYYYY!!!!”

“OBIIIIEEETTTTTT!!!!!!”balas Rio dan Ify barengan, kompak lagi.

“Yeee nggak sekeras itu juga kali,”cibir cowok itu. Mukanya ganteng asli, cuman....

“Lo pada nggak kasian sama temen-temen lain? Ini tuh kelas, bukan arena berantem! Kalo mau berantem jangan disini. Pokoknya gue nggak mau kelas kita dibilang nggak kompak cuma karena kalian. Baikan donk, nggak malu apa sama bu Erlita tadi sampai geleng-geleng liat kalian? Ayo baikan! Kalo perlu pacaran!”cerocos Obiet.

“Nah ide bagus tuh. Yuk fy pacaran, Obiet aja merestui,”celetuk Rio dengan polos yang membuat Ify benar-benar melayangkan tasnya.

“Auuu,”ringis Rio.

“Aduh Rio, Ify. Kowe ki pada ngapain? Orak ngerti opo mbudek-mbudeki wong? Telingaku ki bisa cepet rusak,”kesal Sivia. Acha manggut-manggut seakan menyetujui padahal dia nggak ngerti Sivia bilang apa.

“Jangan sok ngerti lo!”toyor Ify ke Acha. Cewek itu malah nyengir.

“Jadi? Pacaran sana,”ujar Acha yang membuat Ify melotot ke arahnya.

“ACHUUULLL!!!”

“Piss tung, hehe,” Acha memamerkan jarinya yang telah disulap menjadi bentuk ‘V’.

“Errr... gue sebel sama bu Erita, dari 30 anak kenapa musti gue yang sama dia sih?”curhat Ify. Cewek itu malah pura-pura nangis, sok-sokan akting ngelap air mata padahal matanya kering banget.

“Jangan sok mellow lo! Itu namanya kita jodoh,”sahut Rio tanpa dosa.

“Heh?? Aturan dari mana tuh?”protes Ify.

“Aturan gue lah!” Ify mencibir.

“Udah deh, mending kalian berfikir kritis. Introspeksi diri masing-masing, jangan kayak anak kecil yang nggak dapet permen. Mulai sekarang usaha, doa sama Tuhan supaya kalian emang jodoh,”cerocos Obiet –lagi- . Acha, Ify dan Sivia spontan menepuk keningnya.

“Obieeeettt!!!!!”

“Huaaa ampuunnnn!!!!” Obiet segera berlari begitu melihat aura neraka dari Ify, Acha dan Sivia. Para cewek itu hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan ketua kelasnya.

“Ngapain lo masih di sini??!”galak Ify ke arah Rio. Cowok itu malah mengerling lagi dan membuat Ify bergidik ngeri.

“Achul, Sivia!!! Ayoo!!!” Ify menarik paksa lengan Acha dan Sivia. Rio malah terkekeh melihatnya lalu berteriak, “Jangan lupa ntar malem!!” ify balas menjulurkan lidah.

***

Ify merasakan sentuhan di bahunya. Alvin. Ya pemuda itu, tapi yang menjadi masalah sekarang adalah di belakang Alvin ada si cowok sok cool yang udah bikin mood Ify rusak dari pagi. Lagi-lagi, cowok sok cool itu mengerling ke arah Ify. Gadis itu hanya memonyongkan bibirnya seperti biasa. Alvin, Acha dan Sivia yang melihat hanya terkekeh. Mereka tau betul Ify sedang kesal dengan Rio dan pemuda itu sudah dipatenkan di daftar anak RESE oleh Ify.

“Ngapain lo?!!”galak Ify.

“Pelan fy, ntar fans Rio pada tau lo ngebentak dia malah berabe,”celetuk Alvin. Pemuda itu tanpa sungkan langsung menyomot tahu isi milik Ify.

“Lo makin galak makin lucu ya, ntar jatuh cinta sama gue loh,”goda Rio. Ify melengos.

“Bodo ah bodoooo!!!” Ify menjulurkan lidahnya dan menggigit tahu isinya asal.

Rio malah semakin senang menggoda Ify. Ia semakin gencar menggoda cewek itu sampai Ify benar-benar pengen nonjok Rio sampai segitiga bermuda!

“Ntar malem gue ke rumah lo, kita ngerjain bareng di rumah gue,”ujar Rio. Kali ini tanpa aksi menggoda.

“Lah? Terus ngapain lo ke rumah gue kalau ujungnya ngerjain di rumah elo?”sewot Ify.

“Udah deh, nurut aja apa susahnya sih,” Ify mencibir lagi. Mulutnya makin hari bisa makin seksi karena senam monyong-monyong.

“Lo monyong lagi gue cium!” Ify spontan mingkem mendengar ancaman Rio. Ya, bagi Ify nggak ada yang lebih mengerikan lagi dibanding dicium Rio. Nggak ada! Itu yang paling mengerikan.

“Lo kalo mau cium sahabat gue dari orok ini, lo musti nyium Alvin dulu!”samber Acha. Rio dan Alvin sama-sama mendelik.

“Kok gue sih chul?”protes Alvin.

“Duh Alpinokio, plis yaa... kita bertiga kan temen deket. Harusnya lo melindungi nona kantung ini donk, lo kan cowok,”ceplos Acha.

“Nona kantung? Apaan tuh? Jadi kalian manggil dia ‘tung’ itu kantung?” Rio menyela.

“Dia maniak kantung permen, di kamarnya banyak benda-benda yang bentuknya kantung permen makanya dipanggil tung,”jawab Alvin. Acha hanya menganggukkan kepalanya.

“Udeh lah. Alpinokio, Pachul eh Achul dan elo penyamun! SAMA AJAAA!!!!”nyolot Ify kambuh.

“Aku orak fy? Alhamdulillah,”celetuk Sivia polos. Ia bahkan sempat melakukan sujud syukur.

“Udeh ah, gue mau balik! Nggak nafsu makan,” Ify akhirnya kembali ke kelas sendirian.

“Kowe sih yooo,” Sivia menyalahkan Rio.

***

Selama pelajaran bahasa indonesia, Ify terlihat memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Gadis itu memang menyukai mata pelajaran in. Sebab pelajaran bahasa indonesia itu penuh tipuan, kalau nggak benar-benar paham bisa salah pilih. Ya, hidup seperti bahasa indonesia. Jangan liat enaknya aja, liat juga pahitnya! Plis ini nggak nyambung!

“Ya, Ify Queena. Silakan maju, buatkan puisi sesuai apa yang ada diotakmu.”

“Loh bu... kok dadakan?”protes Ify.

“Karena ibu percaya kamu bisa.” Jawaban itu membuat Ify mau tak mau harus pasrah.

Gadis itu melangkahkan kaki ke depan. Teman-temannya sudah menatap gadis itu dengan tajam seakan meremehkan kemampuan Ify Queena Alyssa, si photographer yang terkenalnya kadang-kadang.

“Ehmm...

Beda itu nyata
Seperti kumulus putih dan abu-abu
Beda itu peringatan
Dimana kita tak pernah sendiri
Bukan Tuhan yang menciptakan beda
Hanya saja...
Kita tak pernah bisa sama
Selama di atas tanah yang sama
Di bawah langit yang sama
Dengan tujuan yang sama
Beda itu bukan masalah apa-apa
Kita adalah sama “ Ify tersenyum puas. Ini dadakan.

“Apa judulnya, Ify?” Ify berfikir sejenak lantas menjawab, “Semu dalam beda.”

“Yak! Kalian harus mencontoh Ify. Sekarang hmm... Mario Jaden Stev.” Rio langsung tersenyum begitu namanya dipanggil. Pemuda itu merapikan rambutnya sejenak lantas melangkah dengan coolnya.

“Ehmm ehmmm... ini puisi dadakan yang spesial

Matanya terpancar 21 watt cahaya
Senyumnya bak bulan sabit
Wajahnya elok mawar merah
Rambutnya kalahkan deburan ombak
Langkah kakinya selalu menawan
Jemari-jemarinya adalah harapan sebuah cinta
Satu nama, Ify Queena
Si gadis pengintai hatiJdeerrr!!! Mulut Ify udah mangap denger namanya disebut. Nggak cuma Ify, semua yang ada disitu sempet mangap lantas cie-ciein si Ify sama Rio.

“Penyamun kamfret!”umpat Ify. Rio dengan wajah tanpa dosanya malah melambai-lambaikan tangan ke arah Ify sambil mengerling nakal. Ify nggak ngerti lagi, ini anak kenapa makin hari makin bikin jengkel.

“Waahh Ify, pacar kamu so sweet ya?” Rio yang udah di bangkunya ngakak liat Ify monyong-monyong kayak biasa.

“So sweet apaan? Disamain lampu bolam dibilang so sweet,”desis Ify. Gadis itu menengok ke arah Acha dan Sivia yang udah cekikikan, pokoknya ngakak puas!

“Heh penyamun! Maksud lo apa??!!!” Ify langsung menyerang Rio.

“Itu spesial buat elo. Tuh guru aja bilang so sweet malah ngatain kita pacaran. Dari pada tebar fitnah, pacaran beneran yuk,” Pletak!

“PACARAN SONO SAMA MEJA!!”

***

Alvin udah nungguin Ify di depan kelasnya. Cowok ganteng itu dimintain Ify buat ngasih tebengan pulang. Mobilnya mogok, Rafli naik angkot sama Marsha. Bulan ini Papanya Ify ke luar negeri lagi. Sebenernya Alvin suka kasihan sama Ify. Gadis itu paling sering di rumah sama Rafli, Papanya orang sibuk. Makanya Alvin deket sama Ify.

Beberapa menit kemudian, kelas Ify bubaran. Alvin bisa mendengar dengan jelas suara Ify yang sepertinya lagi adu mulut sama Rio. Karena nggak sabar, akhirnya Alvin masuk ke kelas Ify. Benar dengan perkiraan, Ify sedang berebut buku sama Rio sedangkan Acha dan Sivia bingung caranya misahin mereka. Acha udah teriak buat bikin mereka diem nggak digubris termasuk Sivia yang dari tadi ngoceh pake bahasa kebanggaannya. Sampai akhirnya Ify mepet ke tembok.

Alvin, Acha dan Sivia cuma bisa melongo waktu Ify tiba-tiba keliatan tenang padahal udah mepet banget sama Rio. Cewek itu malah memegang lengan Rio sambil tersenyum manis banget. Tik! Karet yang dipake Ify buat ngiket rambutnya lepas. Serius, Alvin jadi pengen nambahin kipas angin buat nerbangin rambut Ify kayak disinetron-sinetron yang sering dia tonton. Rio keliatan speechless, pasrah banget.

“YESS DAPET!!!” suara khas Ify nyadarin orang-orang buat kembali ke alamnya.

“DADAAAHH PENYAMUUUNNN!!!! Yok Vin!” Ify langsung menarik tangan Alvin. Cowok itu masih bengong, nggak ngerti apa yang udah terjadi barusan.

Sementara Rio sama aja. Cowok itu menatap Ify sama Alvin yang udah jauh banget lalu baru sadar kalau masih ada Acha sama Sivia. Berhubung dia nggak akan ngerti Sivia ngomong apa, cowok itu mendekati Acha.

Acha mengerutkan kening begitu Rio menatapnya aneh. Dia jadi punya pikiran yang enggak-enggak atau bisa jadi Rio masih kebayang si Ify yang tiba-tiba menatapnya intens kayak tadi. Kan gawat juga kalau mata Rio jadi error terus ngeliat Acha jadi kayak Ify. Tapi ngeliat tampang tablonya Rio sekarang jadi bikin Acha menyangkal pikirannya.

“Temen lo itu... cantik banget. Kok bisa ya?” tanya Rio polos banget. Acha langsung lega dengernya tapi...

“KEMANA AJA LO???!!!”

***

Alvin ngakak parah di kamarnya inget kejadian tragis yang menimpa Rio sepulang sekolah. Sejujurnya cowok ganteng yang mukanya indonesia tulen itu belum pernah liat Rio mati gaya di depan cewek apalagi ini Ify. Si cewek yang biasa-biasa aja di sekolah.

“Bisa aja si Rio. Kayaknya cewek gonta-ganti, masa digituin Ify aja udah keki, ckckck,” Alvin cekikikan sendiri.

“Oh jadi gini ya kalo nggak ada gue malah ngomongin di belakang,” Alvin terlonjak dan mendapati Rio dengan tampang garangnya. Alvin malah nyengir lebar sambil menunjukkan jarinya yang membentuk huruf V.

“Lo kok ada disini sih yo?”tanya Alvin dengan enteng.

“Mau ketemu calon pacar,”jawab Rio asal. Pemuda itu lantas meraih bantal Alvin lalu duduk di sampingnya.

“Hah? Siapa? Bukan Marsha kan?” Pletak! Alvin hanya bisa meringis sambil memegangi kepalanya.

“Gue nggak suka anak kecil.”

“Oh... jadi lo suka emak-emak? Jangan mama gue yo, gue males punya bokap tiri kayak elu.” Rio sudah hampir melayangkan bantal ditangannya lagi.

“Weeiittss santai bro. Gue becanda, hehe,”cengir Alvin. Rio malah sibuk mencibir.

“Becanda lo jayus. Udeh ah, gue mau jemput Ify dulu. Bubaayyyy!!!” Rio ngeloyor begitu aja. Nggak peduli Alvin udah pengen nelen dia idup-idup. Udah masuk nggak pake ketok pintu, hampir bikin kepala Alvin nggak berbentuk eh malah pergi gitu aja. Bener kata Ify, Rio itu penyamun. Eh.

***

Ify yang lagi ngajarin Rafli sama Marsha cara megang camera yang baik terganggu dengan suara ketukan pintu. Dengan malas gadis itu membuka pintu dan mendapati Rio tersenyum ke arahnya.

“Heh! Ngapain lo ke rumah gue?”galak Ify. Rio ingin tertawa melihat ekspresi gadis itu.

“Ayok ngerjain tugas. Lo lupa?” Rio bersikap sebiasa mungkin.

“Ini masih jam setengah tujuh dodol!!”balas Ify ketus.

“Oh... lo maunya yang lebih malem-malem lagi gitu?” Rio mengedipkan sebelah matanya membuat Ify langsung melempari wajah tampan Rio menggunakan buku yang tadinya untuk mengajari Rafli dan Marsha.

“Dasar penyamun!”

“Udah deh daripada lo ngomel-ngomel mulu buru ke rumah gue, gue tuh jemput lo jam segini biar pulangnya nggak kemaleman yaahh kecuali kalo.....” Rio menggantungkan kalimatnya membuat Ify ngeri.

“IYE IYE AHHH!!” Ify langsung menekuk wajahnya dan bergegas ke kamar untuk bersiap tanpa mempersilakan Rio untuk masuk. Namun memang dasarnya Rio orang aneh, pemuda itu masuk tanpa disuruh seakan-akan ini adalah rumah Alvin.

“Ehh, kakak siapa?” Rio melihat seorang anak laki-laki berkulit sawo matang namun tampan. Matanya mirip Ify.

“Kak Rio?” Nah kali ini Rio mengenali siapa yang memanggilnya. Marsha, adik tunggal Alvin.

“Haii Marsha... lagi pacaran ya?”ceplos Rio yang membuat Rafli dan Marsha sama saltingnya.

“Nggak kok kak, ini Marsha sama Rafli lagi diajarin kak Ify jadi photographer yang hebat kayak kak Ify,”jawab Marsha malu-malu.

“Waaa ini adiknya Ify? Ckckck, ganteng juga ya, nggak salah kakaknya cantik banget. Hehe.”

“Kakak temennya kak Ify?”tanya Rafli.

“Hmm... gimana ya? Bentar lagi mau jadi kakak ipar kamu sih,”jawab Rio asal. Tiba-tiba sebuah kain sudah menutupi mukanya.

“Jangan asal jeplak lo!” Ify ternyata.

“Duh kak kasian kak Rio lo lempar kain segala,”ujar Rafli.

“Biarin. Nyebelin sih,”sewot Ify.

“Ya udah biarin aja. Gue sama kakak lo belajar dulu ya, terusin aja pacar...” pletak! Lagi-lagi rio jadi korban Ify.

“Jangan ngajarin adek gue aneh-aneh!” Rio mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

“Bubaaayyyy!!!” Rafli dan Marsha sama-sama cekikikan melihatnya.

***

Alvin di rumah sendirian jadi bosan, pemuda itu akhirnya berniat keluar sekalian refreshing. Mall. Ya, itu tempat yang paling asik buat ngilangin kejenuhan meskipun ujungnya cuma liat-liat. Baru sampai parkiran, cowok itu melihat teman dekatnya si Acha Archyda bersama si cewek jawa Si.... Siv... Sivia! Ya, itu seinget Alvin.

Akhirnya Alvin nyamperin keduanya. Ternyata Acha sama Sivia satu kelompok kayak tugas Rio sama Ify terus mereka mau ngerjain di CFC Mall ini. Dengan senang hati Alvin ikut bantuin tugas mereka, sekalian menyibukkan diri.

“Alpinokio! Makan mulu lo, kan tujuannya lo bantuin kita,”dumel Acha yang merasa Alvin nggak guna sama sekali disini. Udah setengah jam tapi pemuda itu sibuk pesen makanan, makanan abis pesen lagi, gitu seterusnya.

“Yee mikir tuh butuh tenaga makanya gue harus makan dulu,”alibi Alvin.

“Tapi lo udah abis kentang goreng 2 piring, belum lagi pizza ukuran large. Dihh kalo nggak niat bantuin pergi sono!”balas Acha.

“Mbuh kuwi Alvin, nak gak gelem bantuin kita mending lungo aja,”timpal Sivia. Alvin langsung menatap Acha seakan bertanya dia-ngomong-apa? Tapi Acha malah mengedikkan bahunya, ia juga tak mengerti Sivia ngomong apa.

“Kowe lapo sih malah diem wae, gue bingung tau,”celetuk Sivia karena melihat Acha dan Alvin telepatian lewat tatapan mata.

“Duh kita tuh nggak ngerti lo ngomong apaan!” Sivia nyengir.

“Ya udah ah yok gue bantuin biar cepet kelar,” Alvin mengalah. Acha dan Sivia terlihat senang.

“YEEE ALVIN LO APIKAN BANGEEETTT!!! AYOOO GARAP!!!” teriakan Sivia membuat Alvin dan Acha spontan menepuk dahi mereka masing-masing lantas berusaha menyembunyikan muka karena pengunjung lain sudah menatap ke arah meja mereka. Bahkan Alvin langsung pura-pura ke kamar mandi sebagai alibi ia tak mengenal gadis yang baru saja teriak menggunakan logat anehnya.

***

Rio dan Ify sampai disebuah rumah yang bisa dibilang sangat unik meskipun nggak seluas rumah Ify. Rio langsung memarkirkan motornya dan mengajak Ify untuk masuk. Sejujurnya Rio udah panas dingin di deket Ify, gadis itu mengenakan t-shir berwarna putih ¾ lengan dan celana berbahan jeans selutut dan rambutnya diikat ke atas serta mengenakan sepatu keds warna peach. Sangat simple tapi elegant.

Sampai di ruang tamu, Ify bertemu dengan mama Rio. Ternyata Mama Rio cantik banget, pantas saja Rio bisa dibilang lumayan untuk ukuran playboy. Tapi tetep nyebelin, berbeda dengan mamanya yang ramah tamah bahkan easy going banget!

“Ini tante bawain kue sama minum buat kalian belajar, tante tinggal dulu ya fy. Kalo Rio macem-macem langsung gampar aja pake vas bunga,”ceplos Mama Rio yang membuat Rio mencibir bahwa secara tidak langsung Mamanya telah mendukung aksi kekerasan Ify terhadap pemuda itu.

“Makasih tante,”balas Ify sopan.

Setelah Mama Rio pergi, Ify dan Rio sibuk ngerjain tugas presentasi mereka. Ify bagian nyusun materi dan Rio sibuk nyari bahan. Setelah satu jam berlalu, keduanya sama-sama mengedit power point. Tentunya dengan aksi ngotot masing-masing hanya karena selera yang berbeda. Rio yang kalah selalu pengen nyubit Ify dan Ify yang kalah selalu pengen bener-bener ngelakuin saran Mama Rio buat lempar vas bunga di depannya.

“Duhhh Rioo... ini tuh jelek banget, apaan lope-lope? Jangan bawa-bawa sifat playboy lo ke power point kita deh!”protes Ify karena Rio menambahkan animasi lope-lope.

“Ify sayang, ini tuh namanya gue kreatif!”balas Rio tak mau kalah.

“Rio ganteng, ini tuh ALAY!”nyolot Ify.

“Ify my beloved, ini seni dan seni itu nggak ada yang alay,” Rio semakin nyolot.

“Rio nyebelin, TERSERAH ELO!” Yeah! Rio menang. Sebenernya Ify males ngalah, berhubung Rio manggil dia kayak gitu lama-lama senep juga kan?

“Pokoknya gue nggak tanggung kalo waktu presentase power point kita macet karna animasi nggak penting lo itu,”tambah Ify dengan nada ketus.

“Nggak bakal, gue ganteng kok,”balas Rio nggak nyambung.

“Lo? Ganteng? Cihhh amit-amit,” Ify sudah monyong-monyong nggak jelas lagi. Membuat Rio terkikik.

“Kan tadi lo yang bilang.. Rio ganteng...”goda Rio dengan menirukan gaya bicara Ify. Gadis itu langsung memerah, malu!

“Yaa kan tadi itu terpaksa,” Ify gugup.

“Ah masaaa??? Kan lo ngomongnya masih waras, belum gila, cieee gue emang ganteng kok. Gue ganteng, elo cantik. Makanya pacaran aja yuk,” Rio mengerlingkan matanya lagi. Ify langsung pansa dingin.

“RIIIIOOOOOO RESEEEEEE!!!!!!!!”

***

Paginya, Ify udah staydi bangkunya. Gadis itu sibuk dengan selembar kertas yang entah buat apa. Acha yang memang selalu datang pagi hanya bisa menatap heran wajah Ify yang pagi-pagi manyun kayak gitu. Mukanya keliatan serius banget!

“Lo ngapain deh?”tanya Acha. Ify langsung mendongak lalu menggeser kertasnya.

“Muka Mario JS dilarang tampak,” Acha cuma bisa mangap baca tulisan di kertas itu. Sampai Ify menempel kertas itu di bangkunya, Acha masih aja mangap nggak percaya.

Tak lama kemudian si pemilik nama –Mario JS- datang bersama kawan-kawan seperjuangannya dan berhenti tepat di bangku Ify. Pemuda itu membaca dengan teliti kertas yang ditempel di bangku Ify.

“Heh... apaan nih?”tanya Rio heran. Ify diem, pura-pura nggak denger.

“Hellooooo.... Ify Queena Alyssa???” sekali lagi, Ify cuma diem.

Tanpa pikir panjang Rio langsung nambahin kalimat itu jadi,”Muka Mario JS yang sangat ganteng dilarang tampak di mata cewek kecuali Ify Queena A”. Setelah itu pemuda itu tersenyum puas.

“Mario only for Ify Queena,”bisik Rio tepat ditelinga Ify. Gadis itu sudah merinding dibuatnya. Terpaksa Ify membuang kertas itu lalu manyun semanyunnya selama pelajaran.
-
***

Tepuk tangan sangat meriah menyambut Ify dan Rio setelah presentase. Keduanya tersenyum puas, beruntung mereka sama-sama menahan diri untuk tidak bertengkar saat melaksanakan presentase.

“Hebat! Presentase kalian dapet A bintang lima. Ternyata ide ibu untuk membuat kalian menjadi partner nggak salah. Kalau begitu sampai kenaikan kelas nanti kalian tetap menjadi partner.”

Kata demi kata yang terlontar dari guru itu membuat Ify ingin langsung mengorek telinganya. Rio malah tersenyum puas lalu mengerling seperti biasa.

“Kita jodoh nona,”

“RIIIOOOOOOO!!!!”

***

0 komentar:

Posting Komentar