"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Jumat, 11 Juli 2014

Cerpen - FIRST



 Tittle: FIRST
 Author: Fanny Salma

NB: Jangan dicopast please.


“IFFFYYY!!!”
“AAA TETEEEHHH!!!”
“ALYSSA SAUFIKAAA!!!”
Seorang gadis yang sedari tadi namanya dielu-elukan hanya bisa tersenyum sebagai tanda balas menyapa. Seketika, para fans yang menamai diri mereka Ify Club semakin gencar memanggil nama gadis itu.
Sambil ber-dadah-ria, gadis itu kembali ke back stage bersama tiga temannya yang tergabung dalam Blink—girlband. Memang, di antara empat gadis itu, fans Ify lah yang paling setia menonton Blink secara live. Meski member lain juga punya banyak fans namun selalu Ify Club yang paling rusuh. Tak heran jika stasiun televisi menghadirkan Blink sebagai guest star.
“Teteh!!!”
Ify—gadis itu—meneguk ludah begitu beberapa fans-nya nekat ke back stage. Seorang satpam masih berusaha mengusir mereka.
“Udah, Pak. Biarin aja,” ujar Ify pada satpam tersebut.
“Yakin?” Ify mengangguk mantap.
Setelah kepergian satpam tersebut, Ify Club yang nekat ke back stage itu tersenyum senang. Ify pun ikut tersenyum melihatnya. Lantas, gadis itu meladeni para fans-nya untuk sekedar foto-foto.
“Eh.” Ify sedikit kaget saat salah seorang dari mereka mengeluarkan Black Berry-nya yang berhias garskin fotonya dengan seorang pemuda berkulit cokelat.
“Ng—hehe.”
Fans Ify tersebut segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku dan menyenggol teman sebelahnya. “Pake ponsel lo,” bisiknya yang masih dapat didengar oleh Ify. Gadis itu ingin sekali tertawa namun ditahan mati-matian.
“Teh, foto sama aku ya!”
Ify mengangguk. Kemudian, mereka saling bergaya di depan kamera.
***
Blink. Sebuah girlband yang sedang naik daun dan membintangi sinetron di sebuah stasiun televisi yang cukup digemari. Di sana, Febby sebagai pemeran utama untuk kesekian kalinya karena gadis itu memang ditemukan dari dunia akting. Sedangkan Pricilla, perannya tak dapat diacuhkan sebab dia hampir sama dengan Febby. Berbeda dengan Ify serta Via yang memang berasal dari dunia musik. Scene mereka pun tak sebanyak Febby dan Pricilla. Meski begitu, mereka lah yang paling dinantikan.
Ify sendiri sebenarnya tidak menyukai akting. Namun, sebagai musisi yang profesional dan membawa nama Blink, mau tak mau dia juga harus berkecimpung dalam dunia akting.
Setelah acara nyanyi barusan, Blink harus kembali ke lokasi shooting. Mereka bergegas memasuki mobil sebelum Blinkstar—nama fans mereka—menyadari hal itu.
“Capeeekkk!!!” seru Via.
“Lo pikir lo doang?” sahut Ify yang sedang memainkan gadget-nya.
“Diam kau miss gadget!”
Ify sama sekali tak mempedulikan Via. Gadis itu benar-benar terfokus pada layar gadget-nya. Sedangkan Febby, gadis itu memanfaatkan waktu untuk tidur. Via yang merasa teracuhkan lantas memilih mengobrol dengan Pricilla sambil sesekali memainkan gadget-nya. Maklum, dia sedang hangat-hangatnya dengan Najmi. Pemuda yang telah resmi menjadi kekasihnya saat hari ulang tahunnya.
“Eh tau nggak,” celetuk Ify.
“Tau apaan? Lo aja belum bilang,” dengus Pricilla.
“Tadi ada fans gue yang ngeluarin BB—“
“Ya biasa aja kan?” potong Via dengan cablaknya.
“Belum selesai syeng! Jadi tuh garskin yang dipake, foto gue sama Rio yang jadul banget itu. Pas gue lihat, dia gelagapan terus masukin BB-nya lagi. Sumpah pengen banget ketawa,” jelas Ify yang kemudian terkekeh.
“Yaiyalah! Lo kan paling anti sama couple. Apalagi lo kalo ngambek susah baiknya,” sahut Via sambil membalas chat dari Najmi.
“Ng—iya juga sih.”
Kemudian, suasana kembali hening. Mereka bertiga sama-sama sibuk dengan iPhone masing-masing. Kalau Via tak usah ditanya lagi.
“Eh eh! Gabriel sama pacarnya putus!” seru Pricilla yang tiba-tiba heboh.
“Serius?” Via mengalihkan pandangannya.
“Iya. Nih nih. Katanya gara-gara beda agama jadi mamanya nggak ngijinin,” jawab Pricilla.
Ify yang awalnya pura-pura tak dengar, kini berhenti memainkan iPhone-nya. “Beda agama ya...,” gumam Ify.
“Fy...”
Ify hanya tersenyum kecut.
***
Hari ini, Blink tidak harus shooting sampai tengah malam seperti biasanya. Hanya sampai jam empat sore karena mereka harus ke studio milik Kak Xiao untuk aransement lagu baru. Jadi, sekarang mereka sudah berpamitan dengan pemain lainnya.
“Kak Dimas!!! Bando gueee!!!” Ify merengut saat bando yang dikenakannya diambil paksa oleh Dimas Anggara. Aktor yang digandrungi banyak kaum wanita itu tanpa bersalah malah memakai bando Ify.
“Cantik lo kak! Hahaha,” seloroh Via.
“Yeee tapi tetep itu bando gue,” dengus Ify sambil berusaha meraih bandonya.
Postur tubuh Ify yang masih kalah tinggi dengan Dimas membuatnya susah mencapai kepala pemuda itu. Sambil berjinjit-jinjit, dia masih berusaha mengambil bando kesayangannya.
“Ah Ify nggak tinggi-tinggi. Aku jadi lelah,” celetuk Dimas.
“Garing!” seru Ify.
“Udah, Dims. Balikin kek. Kasian tuh Blink mau pergi,” ceplos Derby yang merupakan pacar dari Febby.
“Biar lama dikit. Gue masih kangen sama Ify,” balas Dimas asal.
Ify mengerucutkan bibirnya. “Cukup sampai di sini pertemanan kita,” ujar Ify mendramatisir.
Via sudah menggoda. Yang lain hanya geleng-geleng kepala. Memang, Ify, Dimas, Derby dan Via sangat akrab.
Tiba-tiba, sebuah tangan berhasil mengambil bando Ify dari kepala Dimas. Orang yang telah mengambilnya tersebut segera bergegas menyerahkannyapada Ify sebelum kembali diambil oleh Dimas. Ify pun berseru dengan senang.
Thank you Kak Billy!!!” seru Ify yang kemudian berlari menyusul teman-teman Blink-nya.
Dimas pun menggerutu kesal sambil menyalahkan Billy.
***
“Pantes aja ya DDS Lovers yang dateng ke loksyut selalu ngira elo sama kak Dimas pacaran, hahahaha,” celetuk Pricilla.
“Ah ini semua salah Dimas Anggara seorang!” tuding Ify.
“Lagian mah Ify udah stuck di onoh, ye kan?” sahut Febby sambil menggoda.
“Kak Febby nggak pakai ikut godain dong,” rajuk Ify.
Via memang sengaja tak ikut menggoda. Sebab, gadis itu sedang ber-skype dengan Najmi di jok samping kemudi.
Sesampainya di studio Kak Xiao, Blink segera turun dari mobil. Mereka pun disambut dengan hangat oleh beberapa orang yang berada di sana. Blink sendiri juga bersikap ramah. Tak henti, mereka melempar senyum yang dibalas dengan senyum pula.
“Wah udah dateng ya...”
Kak Xiao muncul dari dalam ruangan studio.
“Hallo Kak!” sapa member Blink.
“Tapi kalian tunggu ya. Kebetulan ada satu penyanyi muda yang masih ada di dalam. Kalian pasti kenal deh,” ujar Kak Xiao.
“Siapa?” tanya Ify.
“Gabriel Stev.”
Bersamaan dengan itu, seorang pemuda dengan kaos polos berwarna merah serta celana jins berjalan keluar. Sontak, member Blink dan Kak Xiao mengalihkan pandangan mereka ke arah pemuda tersebut.
“Eh... kalian?”
“Waaahhh my bro Gabriel!!!” Via lantas ber-tos-ria dengan Gabriel.
“Hallo Via! Lama nggak ketemu. Sama Ify, Pricilla juga. Reuni nih,” gurau Gabriel.
“Ya lo kan soms abisss,” jayus Ify.
“Bukannya kebalik? Yang udah tenar mah,” canda Gabriel.
Mereka pun tertawa.
“Oh iya, yang pertama take Febby sama Pricilla ya!”
Febby dan Pricilla pun segera mengikuti Kak Xiao untuk masuk ke dalam studio. Lantas, Via, Ify serta Gabriel memilih duduk.
“Eh gue keluar dulu ya! Bye!” seru Via tanpa menunggu jawaban apa-apa.
“Kenapa tuh anak?” tanya Gabriel sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Biasa mah anak abegeh baru jadian ya begitu bawaannya calling calling mulu.”
Gabriel tertawa mendengar jawaban dari Ify. Rasanya, sudah lama sekali mereka tak bertemu. Gadis yang notabene adalah teman seperjuangannya di ajang kompetisi ini sudah banyak berubah. Suaranya jadi lebih halus, rambutnya berwarna cokelat, kulitnya semakin putih, hidungnya semakin bangir, ah satu lagi. Dia semakin cantik.
“Lo sendiri?” tanya Gabriel.
“Ha? Maksudnya?”
“Ya pacar lo. Kan lo soulmate banget sama Via. Pasti udah dong?” goda Gabriel.
“Yeee! Emangnya kalau soulmate harus selalu sama? Jangan-jangan lo nyumpahin pacar gue sama Via samaan lagi,” canda Ify.
“Hahaha kacau lo! Udah lama nggak ketemu ternyata lo makin rusuh deh. Asik kali ya kalau kita ketemu terus, jadi sekalian reuni sekalian cari hiburan.”
“Lo yang kacau ituuu! Ya kali deh cari hiburan ckck.”
“Ya abis lo kocak banget sumpah. Dulu kan lo jayus banget sampai nge-tweet Ify-udin, hahahaha,” ledek Gabriel.
“IYEEELLL!!! ITU KAN LO YANG BAJAAAKKK!!!”
Gabriel semakin tertawa puas.
***
Pertemuan Blink dengan Gabriel membuat Ify semakin dekat dengan pemuda itu. Meski di social media mereka jarang terlihat, sebenarnya dua anak itu sangat dekat dan tak jarang menghabiskan weekend bersama.
Yang menjadi masalah, sesuatu yang disimpan Ify rapat-rapat terus mencuat seolah meminta untuk dikeluarkan. Perasaannyapada Gabriel.
“Gue harus gimana, Vi?” tanya Ify.
“Ya lo kan cinta sama Gabriel udah lama banget. Ya udah,” jawab Via sekenanya.
“Gue pesimis. Dia putus sama mantannya gara-gara beda agama.”
“Gue juga bingung. Sumpah, gue kasian sama elo. Sekalinya jatuh cinta malah begini.”
Mendengar ucapan Via, gadis itu semakin tertunduk lemas.
***
Hari ini, Ify dan Gabriel pergi ke PIM bersama karena kebetulan scene Ify tak banyak. Jadi, dia bisa pulang duluan. Kebetulan pula Gabriel menawarkan diri sebagai pendamping jalan-jalan. Ify yang memang waktunya banyak tersita dengan syuting akhirnya menyetujui.
“Es krim yuk,” ajak Ify.
“Ayo deh.”
Mereka pun membeli es krim cokelat yang tentu saja dibayarkan oleh Gabriel. Lagipula, dia yang mengajak. Meskipun Ify bilang mau bayar sendiri namun Gabriel nyolot untuk membayarkannya.
“Belepotan, Fy,” ujar Gabriel.
Ify pun segera membersihkan bibirnya dengan tangan. “Ify! Jorok!”
“Biarin. Biar nggak ada adegan kayak di sinetron-sinetron yang cowok bersihin bekas makanan di bibir cewek,” balas Ify dengan wajah polos.
Gabriel tergelak mendengarnya. “Jadi, mau gue bersihin ceritanya?” goda Gabriel.
Ify baru sadar akan ucapannya barusan. Gadis itu berusaha menyembunyikan ke-salting-annya. Tapi percuma. Gabriel sudah melihat dengan jelas.
“Hahaha dasar,” celetuk Gabriel yang kemudian mengusap puncak kepala Ify.
Berhenti, Yel. Jangan perlakuin gue kayak gini.
Gadis itu terpaku. Hatinya berontak. Perlakuan Gabriel mengingatkannya dengan adegannya dengan Rendi John di sinetronnya. Namun, mereka beradegan seperti itu sebagai kekasih. Sedangkan... dia dan Gabriel?
“Ng—fy, kayaknya gue harus jujur,” ujar Gabrie tiba-tiba.
“Jujur?” Gabriel menggangguk.
“Gue... gue suka sama elo. Would you be my girl?”
Sekali lagi. Ify membeku atas pernyataan dan pertanyaan Gabriel barusan. Pemuda itu sendiri masih menatap sepasang mata cantik Ify yang terhias soft lense dengan lembut.
“Gimana, Fy?” tanya Gabriel.
“Tapi... kita kan beda agama, Yel,” jawab Ify sangat lirih.
Ini yang dari dulu gue tunggu, Yel. Sumpah. Tapi kenapa harus begini...
“Memangnya kenapa? Lo nggak suka sama yang beda agama?” tanya Gabriel lembut.
“Bukan gue. Tapi... tante Nita. Lo putus sama mantan lo gara-gara tante nggak ngijinin kan, Yel?” balas Ify.
Gabriel menggeleng. “Buat elo, beda. Lo punya golden card. Gimana?”
“Maksudnya?”
“Dari dulu, Mama juga suka sama elo. Katanya lo baik. Waktu gue bilang kalau gue suka sama elo, beliau bolehin aja selama pacaran kita sehat dan saling dukung,” jelas Gabriel.
“Tapi—“
“Lo ragu?” potong Gabriel.
Dengan polosnya, Ify mengangguk. “Gue takut jadi pelampiasan.”
“Nggak akan pernah, Ify. Percaya sama gue. Gue bakalan bahagia banget kalau lo mau coba.”
Kemudian, Ify mengangguk. “Iya gue mau. Jadi, lo harus bahagia ya.”
Reflek, Gabriel merengkuh Ify dalam-dalam untuk menyalurkan semua hasratnya yang tak tersampaikan.
Lo yang pertama, Gabriel.
***

0 komentar:

Posting Komentar