Tittle: FIRST
Author: Fanny Salma
NB: Jangan dicopast please.
“IFFFYYY!!!”
“AAA
TETEEEHHH!!!”
“ALYSSA
SAUFIKAAA!!!”
Seorang
gadis yang sedari tadi namanya dielu-elukan hanya bisa tersenyum sebagai tanda
balas menyapa. Seketika, para fans
yang menamai diri mereka Ify Club semakin gencar memanggil nama gadis itu.
Sambil
ber-dadah-ria, gadis itu kembali ke back
stage bersama tiga temannya yang tergabung dalam Blink—girlband. Memang, di antara empat gadis itu, fans Ify lah yang paling setia menonton Blink secara live. Meski member lain juga punya
banyak fans namun selalu Ify Club yang paling rusuh. Tak heran jika stasiun
televisi menghadirkan Blink sebagai guest
star.
“Teteh!!!”
Ify—gadis
itu—meneguk ludah begitu beberapa fans-nya
nekat ke back stage. Seorang satpam
masih berusaha mengusir mereka.
“Udah,
Pak. Biarin aja,” ujar Ify pada satpam tersebut.
“Yakin?”
Ify mengangguk mantap.
Setelah
kepergian satpam tersebut, Ify Club yang nekat ke back stage itu tersenyum senang. Ify pun ikut tersenyum melihatnya.
Lantas, gadis itu meladeni para fans-nya
untuk sekedar foto-foto.
“Eh.”
Ify sedikit kaget saat salah seorang dari mereka mengeluarkan Black Berry-nya
yang berhias garskin fotonya dengan seorang pemuda berkulit cokelat.
“Ng—hehe.”
Fans Ify
tersebut segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku dan menyenggol teman
sebelahnya. “Pake ponsel lo,” bisiknya yang masih dapat didengar oleh Ify.
Gadis itu ingin sekali tertawa namun ditahan mati-matian.
“Teh,
foto sama aku ya!”
Ify
mengangguk. Kemudian, mereka saling bergaya di depan kamera.
***
Blink.
Sebuah girlband yang sedang naik daun
dan membintangi sinetron di sebuah stasiun televisi yang cukup digemari. Di
sana, Febby sebagai pemeran utama untuk kesekian kalinya karena gadis itu
memang ditemukan dari dunia akting. Sedangkan Pricilla, perannya tak dapat
diacuhkan sebab dia hampir sama dengan Febby. Berbeda dengan Ify serta Via yang
memang berasal dari dunia musik. Scene
mereka pun tak sebanyak Febby dan Pricilla. Meski begitu, mereka lah yang
paling dinantikan.
Ify
sendiri sebenarnya tidak menyukai akting. Namun, sebagai musisi yang
profesional dan membawa nama Blink, mau tak mau dia juga harus berkecimpung
dalam dunia akting.
Setelah
acara nyanyi barusan, Blink harus kembali ke lokasi shooting. Mereka bergegas memasuki mobil sebelum Blinkstar—nama
fans mereka—menyadari hal itu.
“Capeeekkk!!!”
seru Via.
“Lo
pikir lo doang?” sahut Ify yang sedang memainkan gadget-nya.
“Diam
kau miss gadget!”
Ify sama
sekali tak mempedulikan Via. Gadis itu benar-benar terfokus pada layar gadget-nya. Sedangkan Febby, gadis itu
memanfaatkan waktu untuk tidur. Via yang merasa teracuhkan lantas memilih
mengobrol dengan Pricilla sambil sesekali memainkan gadget-nya. Maklum, dia sedang hangat-hangatnya dengan Najmi.
Pemuda yang telah resmi menjadi kekasihnya saat hari ulang tahunnya.
“Eh tau
nggak,” celetuk Ify.
“Tau
apaan? Lo aja belum bilang,” dengus Pricilla.
“Tadi
ada fans gue yang ngeluarin BB—“
“Ya
biasa aja kan?” potong Via dengan cablaknya.
“Belum
selesai syeng! Jadi tuh garskin yang dipake, foto gue sama Rio yang jadul
banget itu. Pas gue lihat, dia gelagapan terus masukin BB-nya lagi. Sumpah
pengen banget ketawa,” jelas Ify yang kemudian terkekeh.
“Yaiyalah!
Lo kan paling anti sama couple. Apalagi lo kalo ngambek susah baiknya,” sahut
Via sambil membalas chat dari Najmi.
“Ng—iya
juga sih.”
Kemudian,
suasana kembali hening. Mereka bertiga sama-sama sibuk dengan iPhone
masing-masing. Kalau Via tak usah ditanya lagi.
“Eh eh!
Gabriel sama pacarnya putus!” seru Pricilla yang tiba-tiba heboh.
“Serius?”
Via mengalihkan pandangannya.
“Iya.
Nih nih. Katanya gara-gara beda agama jadi mamanya nggak ngijinin,” jawab
Pricilla.
Ify yang
awalnya pura-pura tak dengar, kini berhenti memainkan iPhone-nya. “Beda agama
ya...,” gumam Ify.
“Fy...”
Ify
hanya tersenyum kecut.
***
Hari
ini, Blink tidak harus shooting sampai tengah malam seperti biasanya. Hanya
sampai jam empat sore karena mereka harus ke studio milik Kak Xiao untuk
aransement lagu baru. Jadi, sekarang mereka sudah berpamitan dengan pemain
lainnya.
“Kak
Dimas!!! Bando gueee!!!” Ify merengut saat bando yang dikenakannya diambil
paksa oleh Dimas Anggara. Aktor yang digandrungi banyak kaum wanita itu tanpa
bersalah malah memakai bando Ify.
“Cantik
lo kak! Hahaha,” seloroh Via.
“Yeee
tapi tetep itu bando gue,” dengus Ify sambil berusaha meraih bandonya.
Postur
tubuh Ify yang masih kalah tinggi dengan Dimas membuatnya susah mencapai kepala
pemuda itu. Sambil berjinjit-jinjit, dia masih berusaha mengambil bando
kesayangannya.
“Ah Ify
nggak tinggi-tinggi. Aku jadi lelah,” celetuk Dimas.
“Garing!”
seru Ify.
“Udah,
Dims. Balikin kek. Kasian tuh Blink mau pergi,” ceplos Derby yang merupakan
pacar dari Febby.
“Biar
lama dikit. Gue masih kangen sama Ify,” balas Dimas asal.
Ify
mengerucutkan bibirnya. “Cukup sampai di sini pertemanan kita,” ujar Ify
mendramatisir.
Via
sudah menggoda. Yang lain hanya geleng-geleng kepala. Memang, Ify, Dimas, Derby
dan Via sangat akrab.
Tiba-tiba,
sebuah tangan berhasil mengambil bando Ify dari kepala Dimas. Orang yang telah
mengambilnya tersebut segera bergegas menyerahkannyapada Ify sebelum kembali
diambil oleh Dimas. Ify pun berseru dengan senang.
“Thank you Kak Billy!!!” seru Ify yang
kemudian berlari menyusul teman-teman Blink-nya.
Dimas
pun menggerutu kesal sambil menyalahkan Billy.
***
“Pantes
aja ya DDS Lovers yang dateng ke
loksyut selalu ngira elo sama kak Dimas pacaran, hahahaha,” celetuk Pricilla.
“Ah ini
semua salah Dimas Anggara seorang!” tuding Ify.
“Lagian
mah Ify udah stuck di onoh, ye kan?”
sahut Febby sambil menggoda.
“Kak
Febby nggak pakai ikut godain dong,” rajuk Ify.
Via
memang sengaja tak ikut menggoda. Sebab, gadis itu sedang ber-skype dengan Najmi di jok samping
kemudi.
Sesampainya
di studio Kak Xiao, Blink segera turun dari mobil. Mereka pun disambut dengan
hangat oleh beberapa orang yang berada di sana. Blink sendiri juga bersikap
ramah. Tak henti, mereka melempar senyum yang dibalas dengan senyum pula.
“Wah
udah dateng ya...”
Kak Xiao
muncul dari dalam ruangan studio.
“Hallo
Kak!” sapa member Blink.
“Tapi
kalian tunggu ya. Kebetulan ada satu penyanyi muda yang masih ada di dalam.
Kalian pasti kenal deh,” ujar Kak Xiao.
“Siapa?”
tanya Ify.
“Gabriel
Stev.”
Bersamaan
dengan itu, seorang pemuda dengan kaos polos berwarna merah serta celana jins
berjalan keluar. Sontak, member Blink dan Kak Xiao mengalihkan pandangan mereka
ke arah pemuda tersebut.
“Eh...
kalian?”
“Waaahhh
my bro Gabriel!!!” Via lantas
ber-tos-ria dengan Gabriel.
“Hallo
Via! Lama nggak ketemu. Sama Ify, Pricilla juga. Reuni nih,” gurau Gabriel.
“Ya lo
kan soms abisss,” jayus Ify.
“Bukannya
kebalik? Yang udah tenar mah,” canda Gabriel.
Mereka
pun tertawa.
“Oh iya,
yang pertama take Febby sama Pricilla
ya!”
Febby
dan Pricilla pun segera mengikuti Kak Xiao untuk masuk ke dalam studio. Lantas,
Via, Ify serta Gabriel memilih duduk.
“Eh gue
keluar dulu ya! Bye!” seru Via tanpa
menunggu jawaban apa-apa.
“Kenapa
tuh anak?” tanya Gabriel sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Biasa
mah anak abegeh baru jadian ya begitu bawaannya calling calling mulu.”
Gabriel
tertawa mendengar jawaban dari Ify. Rasanya, sudah lama sekali mereka tak
bertemu. Gadis yang notabene adalah teman seperjuangannya di ajang kompetisi
ini sudah banyak berubah. Suaranya jadi lebih halus, rambutnya berwarna
cokelat, kulitnya semakin putih, hidungnya semakin bangir, ah satu lagi. Dia
semakin cantik.
“Lo
sendiri?” tanya Gabriel.
“Ha?
Maksudnya?”
“Ya
pacar lo. Kan lo soulmate banget sama
Via. Pasti udah dong?” goda Gabriel.
“Yeee!
Emangnya kalau soulmate harus selalu
sama? Jangan-jangan lo nyumpahin pacar gue sama Via samaan lagi,” canda Ify.
“Hahaha
kacau lo! Udah lama nggak ketemu ternyata lo makin rusuh deh. Asik kali ya
kalau kita ketemu terus, jadi sekalian reuni sekalian cari hiburan.”
“Lo yang
kacau ituuu! Ya kali deh cari hiburan ckck.”
“Ya abis
lo kocak banget sumpah. Dulu kan lo jayus banget sampai nge-tweet Ify-udin,
hahahaha,” ledek Gabriel.
“IYEEELLL!!!
ITU KAN LO YANG BAJAAAKKK!!!”
Gabriel
semakin tertawa puas.
***
Pertemuan
Blink dengan Gabriel membuat Ify semakin dekat dengan pemuda itu. Meski di social media mereka jarang terlihat,
sebenarnya dua anak itu sangat dekat dan tak jarang menghabiskan weekend bersama.
Yang
menjadi masalah, sesuatu yang disimpan Ify rapat-rapat terus mencuat seolah
meminta untuk dikeluarkan. Perasaannyapada Gabriel.
“Gue
harus gimana, Vi?” tanya Ify.
“Ya lo
kan cinta sama Gabriel udah lama banget. Ya udah,” jawab Via sekenanya.
“Gue
pesimis. Dia putus sama mantannya gara-gara beda agama.”
“Gue
juga bingung. Sumpah, gue kasian sama elo. Sekalinya jatuh cinta malah begini.”
Mendengar
ucapan Via, gadis itu semakin tertunduk lemas.
***
Hari
ini, Ify dan Gabriel pergi ke PIM bersama karena kebetulan scene Ify tak banyak. Jadi, dia bisa pulang duluan. Kebetulan pula
Gabriel menawarkan diri sebagai pendamping jalan-jalan. Ify yang memang
waktunya banyak tersita dengan syuting akhirnya menyetujui.
“Es krim
yuk,” ajak Ify.
“Ayo
deh.”
Mereka
pun membeli es krim cokelat yang tentu saja dibayarkan oleh Gabriel. Lagipula,
dia yang mengajak. Meskipun Ify bilang mau bayar sendiri namun Gabriel nyolot
untuk membayarkannya.
“Belepotan,
Fy,” ujar Gabriel.
Ify pun
segera membersihkan bibirnya dengan tangan. “Ify! Jorok!”
“Biarin.
Biar nggak ada adegan kayak di sinetron-sinetron yang cowok bersihin bekas
makanan di bibir cewek,” balas Ify dengan wajah polos.
Gabriel
tergelak mendengarnya. “Jadi, mau gue bersihin ceritanya?” goda Gabriel.
Ify baru
sadar akan ucapannya barusan. Gadis itu berusaha menyembunyikan
ke-salting-annya. Tapi percuma. Gabriel sudah melihat dengan jelas.
“Hahaha
dasar,” celetuk Gabriel yang kemudian mengusap puncak kepala Ify.
Berhenti,
Yel. Jangan perlakuin gue kayak gini.
Gadis
itu terpaku. Hatinya berontak. Perlakuan Gabriel mengingatkannya dengan
adegannya dengan Rendi John di sinetronnya. Namun, mereka beradegan seperti itu
sebagai kekasih. Sedangkan... dia dan Gabriel?
“Ng—fy,
kayaknya gue harus jujur,” ujar Gabrie tiba-tiba.
“Jujur?”
Gabriel menggangguk.
“Gue...
gue suka sama elo. Would you be my girl?”
Sekali
lagi. Ify membeku atas pernyataan dan pertanyaan Gabriel barusan. Pemuda itu
sendiri masih menatap sepasang mata cantik Ify yang terhias soft lense dengan lembut.
“Gimana,
Fy?” tanya Gabriel.
“Tapi...
kita kan beda agama, Yel,” jawab Ify sangat lirih.
Ini yang
dari dulu gue tunggu, Yel. Sumpah. Tapi kenapa harus begini...
“Memangnya
kenapa? Lo nggak suka sama yang beda agama?” tanya Gabriel lembut.
“Bukan
gue. Tapi... tante Nita. Lo putus sama mantan lo gara-gara tante nggak ngijinin
kan, Yel?” balas Ify.
Gabriel
menggeleng. “Buat elo, beda. Lo punya golden
card. Gimana?”
“Maksudnya?”
“Dari
dulu, Mama juga suka sama elo. Katanya lo baik. Waktu gue bilang kalau gue suka
sama elo, beliau bolehin aja selama pacaran kita sehat dan saling dukung,”
jelas Gabriel.
“Tapi—“
“Lo
ragu?” potong Gabriel.
Dengan
polosnya, Ify mengangguk. “Gue takut jadi pelampiasan.”
“Nggak
akan pernah, Ify. Percaya sama gue. Gue bakalan bahagia banget kalau lo mau
coba.”
Kemudian,
Ify mengangguk. “Iya gue mau. Jadi, lo harus bahagia ya.”
Reflek,
Gabriel merengkuh Ify dalam-dalam untuk menyalurkan semua hasratnya yang tak
tersampaikan.
Lo yang
pertama, Gabriel.
***
0 komentar:
Posting Komentar