Tittle: Always Be My Baby
Author: Fanny Salma
NB: Jangan dicopast please.
Seorang
gadis menatap layar ponselnya dengan senyum yang tak dapat disembunyikan.
Membaca rangkaian kata yang kini terpampang jelas di sana, membuat dia terkikik
geli. Entah. Rasa bahagianya saat ini meletup-letup tanpa diminta. Bahagia yang
menurutnya ‘beda’.
Sulit
untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Yang jelas, bentuk perasaan itu
adalah bahagia. Bahagia yang didapatkannya melalui seorang pemuda yang telah
resmi menyandang gelar sebagai ‘kekasihnya’. Tak hanya itu, dia bahkan masih
membunya gelar dengan embel-embel ‘pertama’. Cinta pertama. Juga pacar pertama.
From: Gabriel{}
Kamu nggak capek cantik mulu?
To: Gabriel{}
Hahaha apa sih! Sok romantis lo. Wooo *toyor*
From: Gabriel{}
Emang gue romantis wek :p
Lo sih ingetnya udin mulu. Di sinet aja ingetnya
udin=))
To: Gabriel{}
Anjir sumpah ngeselin! Kan itu lo yang
nge-tweet! Kalo yang di sinetron itu tuntutan kerja tau! Sekarang kan gue
ingetnya mommy Gabriel :p
From: Gabriel{}
Mommy? -_- Asem banget gue disamain emak-emak
-_-
Acara chatting itu terus berlanjut. Tak sadar,
teman-temannya yang tergabung dalam Blink menautkan alis mereka begitu
Ify—gadis ini—semakin maniak dengan gadget.
Memang, begitu banyak teman Ify yang mengajak chatting namun ini pertama kalinya mereka melihat Ify yang begitu
antusias.
“Chat sama siapa lo?”
Tiba-tiba
saja, Via—sahabat Ify—sudah duduk di sebelahnya. Ify gelagapan dan langsung
menyembunyikan gadget-nya. Dia hanya
nyengir memperlihatkan deretan giginya yang terkunci rapi dengan behel berwarna kuning.
Alis
tebal Via lantas naik sebelah. Dia menatap curiga sekaligus memandang
menyelidik ke arah Ify.
“Kana?
Thalia? Jongga? Adhy? Haz? Ifa? ....” Via menyebutkan daftar teman-teman Ify
secara lengkap. Namun, gadis itu menggeleng tegas.
“Aneh,”
gumam Via.
“Apanya
yang aneh?” tanya Ify karena mendengar gumaman sahabatnya itu.
“Ya elo.
Chat sama siapa sih? Biasanya juga
mereka-mereka itu yang menuhin whatsapp
sama line lo,” seloroh Via.
Ify
semakin gelagapan mendengar nada curiga di setiap kata yang dilontarkan oleh
Via. “Ng—itu... mereka mungkin sibuk makanya nggak sempet nge-chat,” kilah Ify.
Sejujurnya,
dia berbohong. Sebenarnya orang-orang yang disebutkan Via tadi memang
benar-benar meng-greet dia di whatsapp dan line namun dihiraukannya. Gadis berdagu tirus itu lebih memfokuskan
diri pada Gabriel. Seseorang yang telah berhasil mendapatkan hatinya secara
utuh. Hanya saja, Ify belum siap untuk go
public termasuk pada sahabat-sahabatnya.
“Sejak
kemarin, lo...”
Ucapan
Via menggantung saat sebuah tangan tiba-tiba meraih bandonya. Gadis berpipi
chubby itu mendongak dan menatap kesal sang pelaku.
“Kak
Dimas!!! Biasanya juga Ify, kenapa sekarang gue sih!” semprotnya.
“Pinjem
bentar ah. Gerah nih,” seloroh pemuda bertubuh jangkung yang ternyata Dimas
Anggara.
Memang,
saat ini mereka tengah berada di lokasi shooting. Namun The Pinkers—nama genk Via, Ify, Pricilla dan Audi Marissa—belum
waktunya take. Sedangkan Dimas
Anggara, sebagai peran utama tentu saja dia yang pertama kali take.
“Yeee!!!
Kayak cewek lo!”
Dalam
hati, Ify bersyukur karena tak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan Via. Namun,
kelegaannya itu hanya sebentar karena setelah menggoda Via habis-habisan,
pemuda yang bernama Dimas Anggara tersebut kembali menggodanya seperti biasa.
***
“HAH?!”
Ify
tercengang menyaksikan timeline-nya
di akun @Ify_blink yang memang mem-follow
para fans-nya. Sekarang, dia berada
di dalam mobil untuk pulang. Dari atas sampai bawah, semuanya membicarakan dia
dan Gabriel. Tidak. Mereka tidak tahu tentang ‘hubungan rahasia’ mengenai
dirinyadan juga Gabriel. Mereka hanya sedang mengkhayal. Namun, cukup membuat
Ify tercekat.
@tyaAninditya_
RT @fannyslma HAHAHA gue iyaiya aja deh es asal Ify bahagia (?) RT @estiest_
kalau Ify-Gabriel jadian, gue tetep pilih Rio-Ify(?)
@liaaasssttt_
Rio-Ify tetap di hati. Persetan sama Gabriel-Ify *efekbacacerbung*
Ify
malas untuk meng-scroll down timeline-nya. Dengan kesal, gadis itu menutup akun
twitter-nya. Padahal, awalnya dia berniat untuk membalas mention yang masuk.
Dia
merasa mood-nya benar-benar rusak. Ingatannya pun kembali pada saat ada Ify
Club—nama fans Ify—meminta foto
dengannya, namun gadget yang
dikeluarkannya justru menampilkan wajah Ify bersama pemuda yang disebut-sebut
di timeline saat ini.
“Kenapa
harus Rio sih? Apa bagusnya Rio-Ify? Cuma gara-gara gue pernah duet sama dia?
Kalau iya, gue nyesel udah setuju waktu itu,” dumel Ify.
Tiba-tiba,
ponselnya bergetar menampilkan pesan dari whatsapp.
From: Gabriel{}
Sayang, udah selesai shooting?
Ify
buru-buru membalasnya.
To: Gabriel{}
Udah. Ini mau pulang. Capek banget rasanya.
From: Gabriel{}
Ya udah, istirahat ya. Aku juga mau recording
nih. I love you{}
Ify
tersenyum menatap kalimat terakhir yang diucapkan Gabriel melalui ketikan.
To: Gabriel{}
I love you too mommy{} =))
Sejujurnya,
dia tak ingin mengatakan apa-apa mengenai tweet-tweet
yang mampir i timeline-nya yang
dibacanya barusan. Dia hanya takut terlihat ‘ewh’ di depan Gabriel. Ify sadar
betul, dia memang childish karena
mempermasalahkan hal sepele itu. Lagipula, Gabriel sedang dekat dengan Rio.
Di sisi
lain, Gabriel tak kalah surprise dengan timeline-nya
sendiri. Kebetulan, orang yang membuat
tweet tadi memang ada di following-nya.
Untuk itu lah dia meng-greet Ify.
Entah mengapa, ada rasa takut kehilangan gadis itu.
“Kali
ini, gue akan pertahanin elo,” gumam Gabriel.
Ditatapnya
wajah seorang gadis cantik yang tak lain adalah Ify di layar ponselnya.
Ini adalah foto candid yang diambilnya
secara diam-diam saat berada di PIM.
“Bang!”
Gabriel
terlonjak. Pemuda itu mengurut dadanya dan kemudian menatap kesal ke arah
seorang gadis kecil yang baru datang. “Apa sih, Nia? Ngagetin tau nggak!”
“Ah
abang sih liatin fotonya Kak Ify mulu,” balas Nia—adik kecil Gabriel—dengan
polos. Sontak, Gabriel mendelik. Padahal Gabriel sudah menyembunyikan ponselnya
dengan cepat namun ternyata mata adiknya ini lebih cepat menangkap.
“Abang playboy ih. Baru kemarin putus udah
dapet yang baru.”
Mendengar
kalimat yang terlontar secara frontal itu lagi-lagi membuat Gabriel mendelik.
Adik kecilnya sendiri masih menatap dengan polos seakan tak melakukan kesalahan
apa-apa. Setahunya, dia tak pernah mengajarkan kata ‘playboy’.
“Siapa
yang ngajarin Nia bilang playboy?”
selidik Gabriel.
“Bang
Jully.”
Pemuda
itu reflek menepuk keningnya.
***
Seperti
yang telah direncanakan, Ify dan Gabriel saat ini berada di salah satu Caffe.
Kesibukan Ify benar-benar mengalahkan artis papan atas jadi kesempatan ini tak
disia-siakan oleh Gabriel begitu saja. Kalau kalian mengira mereka sedang dating, salah besar. Selain meluapkan
rasa kangen, Gabriel meminta Ify untuk membawa buku-buku sekolahnya.
Di meja
mereka sekarang tak hanya terdapat makanan dan minuman, tapi juga buku-buku
berjudul Matematika. Salah satu dari buku itu mulai dibuka Gabriel.
“Ify
nggak bisa yang mana?” tanya Gabriel lembut.
“Ih
jangan gitu ah nadanya. Gue geli dengernya,” seloroh Ify. Hal itu membuat
Gabriel tersadar. Tanpa sengaja, dia memperlakukan Ify sama seperti mantannya.
Pemuda
itu pun menggeleng pelan dan berdesis minta maaf.
“Jadi,
lo nggak bisa yang mana?” tanya Gabriel mengulang pertanyaannya.
“Logaritma,”
jawab Ify dengan mantap.
Dengan sabar,
Gabriel mulai menjabarkan dan mengajarkan bab logaritma pada gadis yang telah
menduduki tahta tertinggi di hatinya. Ify pun
manggut-manggut sambil sesekali bertanya saat dia belum mengerti dengan
penjelasan Gabriel.
Walau
dalam keadaan seperti ini, tak bisa dipungkiri bahwa jantung keduanya berdetak
lebih kencang dari biasanya. Padahal mereka sudah satu minggu menjalin
hubungan.
“Oh gue
ngerti. Sini sini!” seru Ify semangat.
Gadis
itu merebut bukunya dan mulai mengerjakan soal selanjutnya. Gabriel pun hanya
pasrah. Dipandanginya gadis di depannya ini, lalu dia tersenyum meski samar.
Entah mengapa, Gabriel merasa beruntung sekali dipertemukan kembali dengan
teman seperjuangannya saat berada di kompetisi menyanyi.
Memikirkan
menyanyi, Gabriel pun menoleh ke arah depan Caffe.
“Tunggu
ya,” ujar Gabriel yang kemudian beranjak dari duduknya.
Ify
hanya mengangguk kilat. Sebab, dirinya tengah terfokus pada bukunya.
***
We were as one babe
For a moment in time
And it seemed everlasting
That you would always be mine
Mendengar suara yang tak asing lagi baginya, Ify mendongak. Gadis
itu tercengang saat kekasihnya—Gabriel—sudah duduk di stage Caffe sambil memainkan gitar. Dia menyanyikan sebuah lagu
yang diketahui Ify berjudul ‘Always Be My
Baby’.
Now you want to be free
So I'm letting you fly
'Cause I know in my heart
babe
Our love will never die, no
You'll always be a part of me
I'm a part of you
indefinitely
Girl don't you know you can't
escape me
Ooh darling, 'cause you'll
always be my baby
Mata
Gabriel tak henti menatap ke arah meja Ify. Gadis itu sendiri tak segan
membalas sambil tersenyum manis.
...
(You and I will always be)
And we'll linger on and on
Time can't erase a feeling this strong
(You and I)
No way you're never gonna shake me
(You and I)
Ooh darling, 'cause you'll always be my baby
Always Be My Baby ....
Lagu itu
pun berakhir. Diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari pengunjung Caffe.
Gabriel segera memberi hormat lalu kembali ke meja Ify.
“Cieee
keren banget!” seru Ify.
“Iya
dong. Spesial buat gadis cantik sih,” balas Gabriel.
“Nggak
ada mama lo di sini,” seloroh Ify setengah bercanda.
“Ah
nggak asik deh. Elo maksudnya.”
Ify
terkikik geli. Hal yang membuat Gabriel tidak dapat menahan diri untuk mengusap
puncak kepala gadis itu. Kemudian, kepala Gabriel bergerak. Tiba-tiba saja
bibirnya sudah mendarat di kening Ify dengan sempurna.
Setelah
cukup lama, Gabriel melepaskan ciumannya. Selanjutnya, dua remaja itu sama-sama
salah tingkah.
***
Gabriel
menatap dirinya di pantulan cermin. Setelah cukup puas, pemuda yang sekarang mengenakan kaos polos
berwarna merah dengan bawahan celana jins itu menatap tiga temannya. Salah
seorang dari mereka sudah lama dikenal Gabriel. Rio. Ya. Pemuda yang beberapa
tahun lalu menjadi runner up di
kompetisi yang diikutinya. Namun,
Gabriel berbeda angkatan dengan Rio.
“Cover
lagu apa?” tanya Gabriel.
“Kasih
Putih mash up Takkan Terganti sama
Sahabat Sejatiku medley Seberapa
Pantas,” jawab Abed—salah seorang dari mereka.
“Gue
main keyboard ya,” pinta Gabriel.
“Tumben?”
sahut Rio yang sedang mengemil snack.
“Pengen
aja. Nanti pas lagu kedua baru deh pake gitar,” kilah Gabriel.
Sebenarnya
pemuda itu hanya sedang merindukan kekasihnya, Ify. Gadis itu benar-benar sibuk
karena sinetron yang dibintanginya akan menanjak di level lebih tinggi. Lebih
tepatnya, mulai dari kisah cinta SMA menjadi kisah cinta anak kuliahan. Namun
Gabriel sangat bersyukur. Sebab, saat masih bercerita di SMA, Ify harus
dipasangkan dengan pemuda bernama Rendi John. Lebih-lebih banyak adegan mesra
di dalamnya. Sekarang, Rendi John tak pernah terlihat lagi dan Ify seolah
berstatus sebagai jomblo di sinetronnya.
“Mulai
ya!”
Abed
memberi aba-aba melalui gebukan drum-nya. Lantas, tiga pemuda yang terdiri dari
Gabriel, Rio dan Abed itu mulai meng-cover
lagu. Hanya saja, yang bertugas menyanyi adalah Gabriel dan Rio saja.
Sementara
itu, satu teman mereka yang lain—Novell—sebagai perekam sekaligus editor. Project ini sudah lama mereka rencanakan.
***
“Ify?”
Gabriel
terperanjat saat tiba-tiba Rio sudah berada di sampingnya.
“Ah elo
ngagetin aja,” kesal Gabriel.
“Hehe.
Itu Ify ya?”
Rio
memandangi layar ponsel Gabriel yang menampilkan wajah seorang gadis berdagu
tirus. Yang menarik perhatian adalah, foto itu terkesan seperti foto seorang model. Bukan sekedar iseng-iseng.
“Iya.
Dia jadi brand ambassador 8wood,”
jawab Gabriel sekenanya.
“Cantik
ya.”
Gabriel
hanya mengangguk. Foto yang tak sengaja bertengger di timeline-nya tersebut memang sangat cantik. Meski bagi Gabriel
sendiri, Ify yang ditemuinya secara nyata lebih dari cantik.
Sejurus
kemudian, Gabriel tersadar dengan apa yang diucapkan oleh Rio. Ingatannya
beralih pada tweet yang saat itu
ditemukannya. Lalu... pikiran Gabriel tersambung pada kejadian dua minggu lalu
setelah mereka meng-cover lagu.
Tepatnya, saat itu malam hari. Rio membuat tweet
huruf R dan kemudian I. Setelah cukup lama dan diselingi satu tweet, temannya itu baru menuliskan
huruf O.
“Yo,”
panggil Gabriel dengan ragu.
Saat ini
mereka tengah menunggu Patton untuk project
baru.
“Apa?”
tanya Rio.
“Tweet lo yang R sama I itu...”
“Iya,
kenapa?”
“Maksudnya
apa?” tanya Gabriel tak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.
“Oh
itu... tapi lo jangan bilang-bilang, ya!”
Gabriel
hanya menganggukkan kepalanya.
“Sebenernya
gue mau nge-tweet R sama I doang. Tapi berhubung RFM langsung nge-retweet Rio-Ify, gue gelagapan. Jadi
ditambahin huruf O deh,” jelas Rio yang membuat Gabriel terperangah. Pemuda itu
kesulitan menelan salivanya.
Jadi...
“Gue
udah lama sih tertarik sama Ify. Cuman—“
“Yo,”
potong Gabriel.
“Eh,
apa?” Rio mengernyit heran.
“Ify
itu... pacar gue.”
Sekarang,
sosok Rio yang terpaku di tempatnya. Lidahnya kelu. Dua pemuda itu saling
berpandangan dengan sorot mata berbeda. Gabriel dengan segala ketegasannya, dan
Rio dengan kegusaran hatinya.
“She always be my baby,” tegas Gabriel
seolah tak mau kehilangan Ify.
***
0 komentar:
Posting Komentar