"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Jumat, 11 Juli 2014

Cerpen - Always Be My Baby (Sekuel FIRST)



Tittle: Always Be My Baby
Author: Fanny Salma

NB: Jangan dicopast please.


Seorang gadis menatap layar ponselnya dengan senyum yang tak dapat disembunyikan. Membaca rangkaian kata yang kini terpampang jelas di sana, membuat dia terkikik geli. Entah. Rasa bahagianya saat ini meletup-letup tanpa diminta. Bahagia yang menurutnya ‘beda’.
Sulit untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Yang jelas, bentuk perasaan itu adalah bahagia. Bahagia yang didapatkannya melalui seorang pemuda yang telah resmi menyandang gelar sebagai ‘kekasihnya’. Tak hanya itu, dia bahkan masih membunya gelar dengan embel-embel ‘pertama’. Cinta pertama. Juga pacar pertama.
From: Gabriel{}
Kamu nggak capek cantik mulu?
To: Gabriel{}
Hahaha apa sih! Sok romantis lo. Wooo *toyor*
From: Gabriel{}
Emang gue romantis wek :p
Lo sih ingetnya udin mulu. Di sinet aja ingetnya udin=))
To: Gabriel{}
Anjir sumpah ngeselin! Kan itu lo yang nge-tweet! Kalo yang di sinetron itu tuntutan kerja tau! Sekarang kan gue ingetnya mommy Gabriel :p
From: Gabriel{}
Mommy? -_- Asem banget gue disamain emak-emak -_-
Acara chatting itu terus berlanjut. Tak sadar, teman-temannya yang tergabung dalam Blink menautkan alis mereka begitu Ify—gadis ini—semakin maniak dengan gadget. Memang, begitu banyak teman Ify yang mengajak chatting namun ini pertama kalinya mereka melihat Ify yang begitu antusias.
Chat sama siapa lo?”
Tiba-tiba saja, Via—sahabat Ify—sudah duduk di sebelahnya. Ify gelagapan dan langsung menyembunyikan gadget-nya. Dia hanya nyengir memperlihatkan deretan giginya yang terkunci rapi dengan behel  berwarna kuning.
Alis tebal Via lantas naik sebelah. Dia menatap curiga sekaligus memandang menyelidik ke arah Ify.
“Kana? Thalia? Jongga? Adhy? Haz? Ifa? ....” Via menyebutkan daftar teman-teman Ify secara lengkap. Namun, gadis itu menggeleng tegas.
“Aneh,” gumam Via.
“Apanya yang aneh?” tanya Ify karena mendengar gumaman sahabatnya itu.
“Ya elo. Chat sama siapa sih? Biasanya juga mereka-mereka itu yang menuhin whatsapp sama line lo,” seloroh Via.
Ify semakin gelagapan mendengar nada curiga di setiap kata yang dilontarkan oleh Via. “Ng—itu... mereka mungkin sibuk makanya nggak sempet nge-chat,” kilah Ify.
Sejujurnya, dia berbohong. Sebenarnya orang-orang yang disebutkan Via tadi memang benar-benar meng-greet dia di whatsapp dan line namun dihiraukannya. Gadis berdagu tirus itu lebih memfokuskan diri pada Gabriel. Seseorang yang telah berhasil mendapatkan hatinya secara utuh. Hanya saja, Ify belum siap untuk go public termasuk pada sahabat-sahabatnya.
“Sejak kemarin, lo...”
Ucapan Via menggantung saat sebuah tangan tiba-tiba meraih bandonya. Gadis berpipi chubby itu mendongak dan menatap kesal sang pelaku.
“Kak Dimas!!! Biasanya juga Ify, kenapa sekarang gue sih!” semprotnya.
“Pinjem bentar ah. Gerah nih,” seloroh pemuda bertubuh jangkung yang ternyata Dimas Anggara.
Memang, saat ini mereka tengah berada di lokasi shooting. Namun The Pinkers—nama genk Via, Ify, Pricilla dan Audi Marissa—belum waktunya take. Sedangkan Dimas Anggara, sebagai peran utama tentu saja dia yang pertama kali take.
“Yeee!!! Kayak cewek lo!”
Dalam hati, Ify bersyukur karena tak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan Via. Namun, kelegaannya itu hanya sebentar karena setelah menggoda Via habis-habisan, pemuda yang bernama Dimas Anggara tersebut kembali menggodanya seperti biasa.
***
“HAH?!”
Ify tercengang menyaksikan timeline-nya di akun @Ify_blink yang memang mem-follow para fans-nya. Sekarang, dia berada di dalam mobil untuk pulang. Dari atas sampai bawah, semuanya membicarakan dia dan Gabriel. Tidak. Mereka tidak tahu tentang ‘hubungan rahasia’ mengenai dirinyadan juga Gabriel. Mereka hanya sedang mengkhayal. Namun, cukup membuat Ify tercekat.
@tyaAninditya_ RT @fannyslma HAHAHA gue iyaiya aja deh es asal Ify bahagia (?) RT @estiest_ kalau Ify-Gabriel jadian, gue tetep pilih Rio-Ify(?)
@liaaasssttt_ Rio-Ify tetap di hati. Persetan sama Gabriel-Ify *efekbacacerbung*
Ify malas untuk meng-scroll down timeline-nya. Dengan kesal, gadis itu menutup akun twitter-nya. Padahal, awalnya dia berniat untuk membalas mention yang masuk.
Dia merasa mood-nya benar-benar rusak. Ingatannya pun kembali pada saat ada Ify Club—nama fans Ify—meminta foto dengannya, namun gadget yang dikeluarkannya justru menampilkan wajah Ify bersama pemuda yang disebut-sebut di timeline saat ini.
“Kenapa harus Rio sih? Apa bagusnya Rio-Ify? Cuma gara-gara gue pernah duet sama dia? Kalau iya, gue nyesel udah setuju waktu itu,” dumel Ify.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar menampilkan pesan dari whatsapp.
From: Gabriel{}
Sayang, udah selesai shooting?
Ify buru-buru membalasnya.
To: Gabriel{}
Udah. Ini mau pulang. Capek banget rasanya.
From: Gabriel{}
Ya udah, istirahat ya. Aku juga mau recording nih. I love you{}
Ify tersenyum menatap kalimat terakhir yang diucapkan Gabriel melalui ketikan.
To: Gabriel{}
I love you too mommy{} =))
Sejujurnya, dia tak ingin mengatakan apa-apa mengenai tweet-tweet yang mampir i timeline-nya yang dibacanya barusan. Dia hanya takut terlihat ‘ewh’ di depan Gabriel. Ify sadar betul, dia memang childish karena mempermasalahkan hal sepele itu. Lagipula, Gabriel sedang dekat dengan Rio.
Di sisi lain, Gabriel tak kalah surprise dengan timeline-nya sendiri. Kebetulan, orang yang membuat tweet tadi memang ada di following-nya. Untuk itu lah dia meng-greet Ify. Entah mengapa, ada rasa takut kehilangan gadis itu.
“Kali ini, gue akan pertahanin elo,” gumam Gabriel.
Ditatapnya wajah seorang gadis cantik yang tak lain adalah Ify di layar ponselnya. Ini  adalah foto candid yang diambilnya secara diam-diam saat berada di PIM.
“Bang!”
Gabriel terlonjak. Pemuda itu mengurut dadanya dan kemudian menatap kesal ke arah seorang gadis kecil yang baru datang. “Apa sih, Nia? Ngagetin tau nggak!”
“Ah abang sih liatin fotonya Kak Ify mulu,” balas Nia—adik kecil Gabriel—dengan polos. Sontak, Gabriel mendelik. Padahal Gabriel sudah menyembunyikan ponselnya dengan cepat namun ternyata mata adiknya ini lebih cepat menangkap.
“Abang playboy ih. Baru kemarin putus udah dapet yang baru.”
Mendengar kalimat yang terlontar secara frontal itu lagi-lagi membuat Gabriel mendelik. Adik kecilnya sendiri masih menatap dengan polos seakan tak melakukan kesalahan apa-apa. Setahunya, dia tak pernah mengajarkan kata ‘playboy’.
“Siapa yang ngajarin Nia bilang playboy?” selidik Gabriel.
“Bang Jully.”
Pemuda itu reflek menepuk keningnya.
***
Seperti yang telah direncanakan, Ify dan Gabriel saat ini berada di salah satu Caffe. Kesibukan Ify benar-benar mengalahkan artis papan atas jadi kesempatan ini tak disia-siakan oleh Gabriel begitu saja. Kalau kalian mengira mereka sedang dating, salah besar. Selain meluapkan rasa kangen, Gabriel meminta Ify untuk membawa buku-buku sekolahnya.
Di meja mereka sekarang tak hanya terdapat makanan dan minuman, tapi juga buku-buku berjudul Matematika. Salah satu dari buku itu mulai dibuka Gabriel.
“Ify nggak bisa yang mana?” tanya Gabriel lembut.
“Ih jangan gitu ah nadanya. Gue geli dengernya,” seloroh Ify. Hal itu membuat Gabriel tersadar. Tanpa sengaja, dia memperlakukan Ify sama seperti mantannya.
Pemuda itu pun menggeleng pelan dan berdesis minta maaf.
“Jadi, lo nggak bisa yang mana?” tanya Gabriel mengulang pertanyaannya.
“Logaritma,” jawab Ify dengan mantap.
Dengan sabar, Gabriel mulai menjabarkan dan mengajarkan bab logaritma pada gadis yang telah menduduki tahta tertinggi di hatinya. Ify pun  manggut-manggut sambil sesekali bertanya saat dia belum mengerti dengan penjelasan Gabriel.
Walau dalam keadaan seperti ini, tak bisa dipungkiri bahwa jantung keduanya berdetak lebih kencang dari biasanya. Padahal mereka sudah satu minggu menjalin hubungan.
“Oh gue ngerti. Sini sini!” seru Ify semangat.
Gadis itu merebut bukunya dan mulai mengerjakan soal selanjutnya. Gabriel pun hanya pasrah. Dipandanginya gadis di depannya ini, lalu dia tersenyum meski samar. Entah mengapa, Gabriel merasa beruntung sekali dipertemukan kembali dengan teman seperjuangannya saat berada di kompetisi menyanyi.
Memikirkan menyanyi, Gabriel pun menoleh ke arah depan Caffe.
“Tunggu ya,” ujar Gabriel yang kemudian beranjak dari duduknya.
Ify hanya mengangguk kilat. Sebab, dirinya tengah terfokus pada bukunya.
***
We were as one babe
For a moment in time
And it seemed everlasting
That you would always be mine
Mendengar suara yang tak asing lagi baginya, Ify mendongak. Gadis itu tercengang saat kekasihnya—Gabriel—sudah duduk di stage Caffe sambil memainkan gitar. Dia menyanyikan sebuah lagu yang diketahui Ify berjudul ‘Always Be My Baby’.
Now you want to be free
So I'm letting you fly
'Cause I know in my heart babe
Our love will never die, no
You'll always be a part of me
I'm a part of you indefinitely
Girl don't you know you can't escape me
Ooh darling, 'cause you'll always be my baby
Mata Gabriel tak henti menatap ke arah meja Ify. Gadis itu sendiri tak segan membalas sambil tersenyum manis.
...
(You and I will always be)
And we'll linger on and on
Time can't erase a feeling this strong
(You and I)
No way you're never gonna shake me
(You and I)
Ooh darling, 'cause you'll always be my baby
Always Be My Baby ....
Lagu itu pun berakhir. Diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari pengunjung Caffe. Gabriel segera memberi hormat lalu kembali ke meja Ify.
“Cieee keren banget!” seru Ify.
“Iya dong. Spesial buat gadis cantik sih,” balas Gabriel.
“Nggak ada mama lo di sini,” seloroh Ify setengah bercanda.
“Ah nggak asik deh. Elo maksudnya.”
Ify terkikik geli. Hal yang membuat Gabriel tidak dapat menahan diri untuk mengusap puncak kepala gadis itu. Kemudian, kepala Gabriel bergerak. Tiba-tiba saja bibirnya sudah mendarat di kening Ify dengan sempurna.
Setelah cukup lama, Gabriel melepaskan ciumannya. Selanjutnya, dua remaja itu sama-sama salah tingkah.
***
Gabriel menatap dirinya di pantulan cermin. Setelah cukup puas,  pemuda yang sekarang mengenakan kaos polos berwarna merah dengan bawahan celana jins itu menatap tiga temannya. Salah seorang dari mereka sudah lama dikenal Gabriel. Rio. Ya. Pemuda yang beberapa tahun lalu menjadi runner up di kompetisi yang diikutinya. Namun,  Gabriel berbeda angkatan dengan Rio.
“Cover lagu apa?” tanya Gabriel.
“Kasih Putih mash up Takkan Terganti sama Sahabat Sejatiku medley Seberapa Pantas,” jawab Abed—salah seorang dari mereka.
“Gue main keyboard ya,” pinta Gabriel.
“Tumben?” sahut Rio yang sedang mengemil snack.
“Pengen aja. Nanti pas lagu kedua baru deh pake gitar,” kilah Gabriel.
Sebenarnya pemuda itu hanya sedang merindukan kekasihnya, Ify. Gadis itu benar-benar sibuk karena sinetron yang dibintanginya akan menanjak di level lebih tinggi. Lebih tepatnya, mulai dari kisah cinta SMA menjadi kisah cinta anak kuliahan. Namun Gabriel sangat bersyukur. Sebab, saat masih bercerita di SMA, Ify harus dipasangkan dengan pemuda bernama Rendi John. Lebih-lebih banyak adegan mesra di dalamnya. Sekarang, Rendi John tak pernah terlihat lagi dan Ify seolah berstatus sebagai jomblo di sinetronnya.
“Mulai ya!”
Abed memberi aba-aba melalui gebukan drum-nya. Lantas, tiga pemuda yang terdiri dari Gabriel, Rio dan Abed itu mulai meng-cover lagu. Hanya saja, yang bertugas menyanyi adalah Gabriel dan Rio saja.
Sementara itu, satu teman mereka yang lain—Novell—sebagai perekam sekaligus editor. Project ini sudah lama mereka rencanakan.
***
“Ify?”
Gabriel terperanjat saat tiba-tiba Rio sudah berada di sampingnya.
“Ah elo ngagetin aja,” kesal Gabriel.
“Hehe. Itu Ify ya?”
Rio memandangi layar ponsel Gabriel yang menampilkan wajah seorang gadis berdagu tirus. Yang menarik perhatian adalah, foto itu terkesan seperti foto  seorang model. Bukan sekedar iseng-iseng.
“Iya. Dia jadi brand ambassador 8wood,” jawab Gabriel sekenanya.
“Cantik ya.”
Gabriel hanya mengangguk. Foto yang tak sengaja bertengger di timeline-nya tersebut memang sangat cantik. Meski bagi Gabriel sendiri, Ify yang ditemuinya secara nyata lebih dari cantik.
Sejurus kemudian, Gabriel tersadar dengan apa yang diucapkan oleh Rio. Ingatannya beralih pada tweet yang saat itu ditemukannya. Lalu... pikiran Gabriel tersambung pada kejadian dua minggu lalu setelah mereka meng-cover lagu. Tepatnya, saat itu malam hari. Rio membuat tweet huruf R dan kemudian I. Setelah cukup lama dan diselingi satu tweet, temannya itu baru menuliskan huruf O.
“Yo,” panggil Gabriel dengan ragu.
Saat ini mereka tengah menunggu Patton untuk project baru.
“Apa?” tanya Rio.
Tweet lo yang R sama I itu...”
“Iya, kenapa?”
“Maksudnya apa?” tanya Gabriel tak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.
“Oh itu... tapi lo jangan bilang-bilang, ya!”
Gabriel hanya menganggukkan kepalanya.
“Sebenernya gue mau nge-tweet R sama I doang. Tapi berhubung RFM langsung nge-retweet Rio-Ify, gue gelagapan. Jadi ditambahin huruf O deh,” jelas Rio yang membuat Gabriel terperangah. Pemuda itu kesulitan menelan salivanya.
Jadi...
“Gue udah lama sih tertarik sama Ify. Cuman—“
“Yo,” potong Gabriel.
“Eh, apa?” Rio mengernyit heran.
“Ify itu... pacar gue.”
Sekarang, sosok Rio yang terpaku di tempatnya. Lidahnya kelu. Dua pemuda itu saling berpandangan dengan sorot mata berbeda. Gabriel dengan segala ketegasannya, dan Rio dengan kegusaran hatinya.
She always be my baby,” tegas Gabriel seolah tak mau kehilangan Ify.
***

0 komentar:

Posting Komentar