"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Jumat, 20 Juni 2014

Fans Musiman. Ada yang Salah?



Apa yang ada di otak kalian ketika mendengar kalimat ‘fans musiman’? Yeah. Dulu, aku selalu berpikir negatif tentang fans musiman. Dulu, aku selalu mandang mereka sebelah mata. Dulu, aku selalu kesel—banget—sama mereka yang musiman. But, everything has changed. Ternyata seiring berjalannya waktu, aku mulai punya pemikiran lain tentang fans musiman. Pemikiran yang menurut aku lebih dewasa. Catat. Menurut aku.
Nggak ada yang salah sama mereka yang musiman. Mungkin memang kesannya labil, tapi... kembali pada ajaran di Indonesia tercinta kita ini. Semua orang punya hak. Semua orang berhak memutuskan apa yang pas untuk dirinya sendiri. Dengan catatan, tidak merugikan orang lain.
Readers, sebenarnya kita bisa pindah posisi dari tempat kita saat ini. Mencari sesuuatu yang ‘matching’ dengan pandangan kita. Bukan salah mereka kalau mereka musiman. Sama sekali bukan salah mereka! Yang salah itu orang-orang yang mengedepankan kenegatifan dan akhirnya menuduh yang enggak-enggak. Mereka pindah ngidolain ini itu juga kita nggak pernah rugi. Sama sekali.
Sebelumnya, aku ajak kalian mengenal definisi lebih dalam mengenai idola. Idola itu orang yang bisa memberikan contoh baik, orang yang bisa membawa kita menuju kebaikan, orang yang bisa membuat kita mengerti keikhlasan dan ketulusan, menjauhi keburukan, bisa menasehati sebagai sahabat pula. Lalu... emangnya kita tau kenapa mereka—yang dianggap fans musiman—itu terkesan labil? Mereka pasti punya alasan. Seandainya mereka beralasan berhenti mengagumi karena ‘sudah tidak menemukan sosok idola yang dia cari’ gimana? Apa masih mau nge-judge fans musiman?
Hati-hati ketika kamu mulai mengagumi dan mulai mendeklarasikan diri sebagai sosok fans. Kenapa? Karena yang kamu idolakan itu manusia, sesama, sama-sama seperti kamu. Terkadang, banyak yang lupa akan ini hingga akhirnya terkesan ‘menuntut’. Menuntut supaya idolanya seperti yang dia mau, menuntut supaya orang yang mengagumi—sama sepertinya—tidak mengagumi yang lain, menuntut supaya menjadi fans sejati. Apa sih makna sejati? Apa kesejatian dari menjadi seorang fans bisa membawa ke kebaikan? Bisa membawa menuju Surga? Bisa membawa diri kita jadi yang paling baik? Think again.
Untuk kalian yang selalu memprioritaskan diri dengan kalimat ‘fans sejati’ silakan bercermin. Sudahkah idola kamu menjadi idola sejati? Sudahkah? Sudahkah? Sudahkah? Karena pada dasarnya, dia juga manusia biasa.
Terapkan kalimat ‘fans sejati’ untuk orang-orang yang pantas mendapatkannya. Nabi Muhammad, misalnya. Beliau manusia yang luar biasa. Yang akhlaknya luar biasa pula. Yang bisa membawa kita menuju Surga-Nya. Jangan butakan diri dengan tokoh-tokoh televisi yang bahkan nggak pernah kita tau bagaimana karakter mereka sebenarnya. Biasanya sih yang ada di dunia maya itu... pencitraan.
Boleh kok mengagumi mereka sebanyak-banyaknya, asal meniru yang baik-baik aja, mengambil sisi positifnya saja. Dan karena itu, jangan sampai membela mereka dengan ‘kebutaan’ yang ujungnya menyakiti hati orang, mengeluarkan kata-kata kasar, mencaci maki, bertengkar, segalanya.
Pada akhirnya, semua dosa itu adalah tanggungan kamu. Bukan idola kamu.
Lalu, aku sering nemu kalimat dengan acuan ‘kalau kamu fans sejati, ayo...’ oh please! Kalian bodoh atau apa? Yang namanya mengidolakan dan mau dianggap fans, nggak perlu kok menuruti hal-hal kayak gitu. I think, she/he’s so stupid. Kenapa nggak ‘mendoakan’ aja? Mendoakan termasuk kategori men-support. Kalau idola kamu ‘pantas’ dianggap idola, mereka akan lebih bersyukur kalau banyak didoakan. Didoakan yang baik-baik tentunya.
Kesejatian seorang fans itu tidak pernah ada. Dan tidak akan bisa diukur dengan membeli sebuah merch, membuat nama idola masuk trending topic, tidak pula dengan likers atau followers.
Karena mereka yang tulus, apa adanya dan selalu mendukung dalam kebaikan lebih baik daripada mereka yang ada ketika di ambang kesuksesan. Dan biasanya, kita bisa menemukan ini di fans musiman. Sebab kebanyakan dari mereka yang pergi, sebelumnya sudah memberikan itu semua... sepenuhnya.
Jadi, masih mau menjelekkan orang lain hanya karena fans musiman?
Lebih baik fans musiman yang ikhlas di-bully, dibanding fans sejati (padahal nggak pernah ada kesejatian seorang fans) yang bisanya hanya mencaci—GARIS KERAS.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Gimana ya ka maaf aja gw jga bkn fans sejati. Tapi gni sih klo msalnya lo emg fans psti ngrti prsaan gw ya. Gue udh lama bgt jdi fans dan udh nerima bnyk caci maki. Gw bkn org yg tertarik untuk beli sgala kstuff tiket konser dan lain2. Dan lo hrus tau rsanya saat org yg dulu ngjek lo jdi proud bgt sma korean idol and she give anything for them. And, actually gw msi memaklumi, but how would you feel sat dia hanya melihat korean idol tuh with one half of her eyes! Visual first! Face first! And next finally she throw away the Korean Idol! If you think it, Is the Korean Idol face has change? Itu aja si yg gw bingugin. Karena pada mutlaknya, Their show and amuse people with their talent cause they are an idol. Not with their face!

Posting Komentar