"Tanpamu,
aku sebatas rindu yang tak pernah sampai ke peraduannya." - Fanny Salma (20yo)

Minggu, 06 Oktober 2013

Hujan di Langit Abu-Abu

Tittle: Hujan di langit abu-abu
Author: Fanny Salma


Terlihat sebuah rindu diujung hatiku. Ah... perasaan ini masih saja teruntuk dirimu. Nyatanya kamu selalu saja membuat percikan-percikan luka sederhana yang terus bergelayut mesra bersamaku. Sadarkah? Luka ini yang membuatku semakin berharap pada sosokmu. Kamu memang begitu menarik di mataku, hanya saja aku sadar bahwa hatimu jauh dariku. Mungkinkah Tuhan membuat aku dan kamu menjadi sebuah takdir cinta umat-Nya? Aku lelah menantikan pelangi. Aku letih berharap hujan ini berhenti. Langit yang kian gelap menunjukkan sosok tak pentingku untukmu. Sambaran petir seakan sedang berusaha menyampaikan salam rinduku padamu. Kemana hatimu pergi?

Ada rasa sesak yang mendalam ketika sapaan hangatmu terungkap untuk seseorang di balik hatimu. Aku bodoh! Aku tak sanggup menerima pernyataan mutlak ini, bahwa kamu telah menemukan tambatan hati. Ya, aku terlanjur mencintai sosokmu yang terus menyala lewat bayang-bayangmu. Rasa sakit yang terus menjalar, melukai sistem kerja hatiku bahkan selalu terulang. Begitu kah rasanya mencintai seseorang sepertimu? Aku terluka tanpa sepengetahuan retinamu.

Lalu, kamu tiada kabar. Kamu menghilang dengan sosokmu meski aku sadar benar kamu masih menempati tahta di hatiku. Lantas, tiba-tiba kamu kembali membawa sebuah pertunjukkan besar. Pertunjukkan yang mampu membuatku menegang, membuatku menangis dengan sendu, membuatku bersedia membuang percuma air mataku yang mengatasnamakan cinta, dan membuatku lagi-lagi terluka untuk kesekian kalinya. Haha. Aku tertawa miris, mengingat kebodohanku mencintaimu hingga membiarkan aku merasakan sakitnya mencinta. Nyatanya aku memang bukan pilihanmu. Kamu yang membuat hujan ini tiada reda. Kamu yang mengenalkanku pada sebuah kisah tentang luka. Kamu pula yang telah membiarkanku mencinta dan berbalas luka. Hanya kamu. Seseorang yang kuharapkan sebagai masa depanku. Ah... bodoh! Kamu membuatku berharap lagi, disaat aku patah hati seperti ini.

Apa yang kamu pikirkan? Perasaan ini bukan sekedar rasa sesaat. Cinta yang mereka bilang adalah sebuah kesucian terhempas dalam angan-angan. Aku tak mau lagi. Aku takut jatuh cinta jika berujung patah hati, tak ada luka yang tak berbekas kan? Begitu pula hatiku. Aku harap kamu bahagia dengan pilihanmu, biarkan hujan ini terus bersamaku. Biarlah langit ini tetap menggelapkan kisah ini. Aku selalu merindukanmu dengan caraku, dengan luka yang kau tulis di kisahku.

0 komentar:

Posting Komentar