Dari
Sebilah Hati
Oleh: Fanny Salma
Terlalu banyak detik
yang tak dapat kuhitung sejak segalanya berubah sedemikian rupa. Awalnya, aku
mencoba biasa walau pada akhirnya aku menyerah. Menyerah untuk segala perubahan
yang tak sanggup kumengerti.
Aku tak tahu, apa kamu peduli
atau tidak. Aku tak tahu, apa kamu sadar atau tidak. Berapa banyak hati yang
kamu buat terluka, selain aku?
Aku kecewa. Lebih dari
apa yang aku tuliskan di sini. Aku kecewa, melebihi segala hal yang pernah aku
kecewakan. Walau pada kenyataannya, aku tak pernah kecewa sempat menyayangimu
lebih dalam. Dan sekarang, aku tak mengerti apakah rasa sayang itu masih
sebesar dulu, berubah kecil atau bahkan tak pernah ada lagi. Aku tak tahu.
Mungkin kamu
mempermudah segalanya, mempermudah sesuatu yang hilang dari hidupmu sebagai
hembusan angin belaka. Tapi, bisa kamu mengerti perasaan orang-orang sepertiku
walau sedikit saja? Bisa kamu pahami bagaimana rasa kecewa itu tiba hanya karna
semua hal yang kau ubah sedemikian rupa? Aku seolah tak pernah mengenalmu kembali.
Ah, aku lupa bahwa kita tak pernah mengenal. Tapi, tolong percaya. Aku pernah
menyayangimu seluas antariksa.
Apakah salah bila aku
merindukan kamu? Kamu yang pernah punya posisi di hatiku? Kamu yang pernah aku
bangga-banggakan pada dunia. Bahkan aku yakin, saat itu dunia merasa iri hanya
karna cerita-ceritaku tentangmu.
Apakah salah bila aku
marah? Saat pernyataanmu yang ‘kata orang’ wajar dan biasa saja mampu menusukku
hingga tembus ke jantung. Aku tahu kamu tak akan peduli, tapi aku mengingatkan.
Marahnya orang yang terbiasa marah tak sebanding dengan marahnya orang yang
sedang kecewa, apalagi dia yang pernah menyayangimu, memberi dukungan penuh dan
mungkin selalu ada.
Segala kekecewaan ini
selalu saja naik ke permukaan saat aku melihatmu seolah tak kehilangan apapun.
Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa semua orang yang menyayangimu itu
segalanya? Berharga? Lantas, apakah aku dan ‘mereka’ tidak termasuk dalam
kategori ‘segalanya’ untukmu?
Aku marah. Aku kecewa.
Aku benci. Tapi, kenapa aku tak pernah bisa berhenti berharap darimu? Kenapa
aku terus berharap bahwa saat itu akan tiba? Saat kamu sadar bahwa orang-orang
yang kamu lepaskan yang paling berharga. Orang-orang yang kamu kecewakan adalah
orang-orang yang telah membuatmu mengudara seperti saat ini.
Sulit untukku tidak
peduli. Aku memang diam, itu karna aku tak tahu bagaimana merangkai frasa yang
tepat untukmu, untuk mengungkapkan segala kerinduanku.
Aku menghukummu dengan
caraku. Aku menghakimimu dengan caraku. Meski tanpa kamu tahu, disetiap ketidakpedulianku
pada hukuman itu adalah doa supaya segalanya kembali seperti dulu. Dulu yang
indah, dulu yang berharga, yang tak tak pernah aku lupa sampai detik ini.
Kamu, hitung denyut
nadiku sejak aku lahir sampai sekarang. Sebanyak itu aku merindukanmu.
3 komentar:
Hay, fani salma,
Aku udah punya novel pertamamu loh
Ceritanya menarik.
Sukses yah. :)
Oh iya, kunjungi blok ku yah dwimeyendah.blogspot.com.
Salam kenal
Hy fanny, aku fharid..
Tau blog kamu dr novel sorry i love u
Kisahnya menarik,
Ada email kh..?? Ada banyak hal yg pengen aku bahas sm kamu . . di email aja yaa. Ni email aku, faridatkj12@gmail.com
Thx yaa fann..
Salam kenal..
Posting Komentar